Berada di dunia yang mana dipenuhi banyak aura yang menjadi bakat umat manusia, selain itu kekuatan fisik yang didapatkan dari kultivasi melambangkan betapa kuatnya seseorang. Namun, lain hal dengan Aegle, gadis belia yang terasingkan karena tidak dapat melakukan kultivasi seperti kebanyakan orang bahkan aura di dalam dirinya tidak dapat terdeteksi. Walaupun tidak memiliki jiwa kultivasi dan aura, Aegle sangat pandai dalam ilmu alkemi, ia mampu meracik segala macam ramuan yang dapat digunakan untuk pengobatan dan lainnya. Ilmu meraciknya didapatkan dari seorang Kakek tua Misterius yang mengajarkan cara meramu ramuan. Karena suatu kejadian, Sang Kakek hilang secara misterius. Aegle pun melakukan petualang untuk mencari Sang Kakek. Dalam petualang itu, Aegle bertemu makhluk mitologi yang pernah Kakek ceritakan kepadanya. Ia juga bertemu hantu kecil misterius, mereka membantu Aegle dalam mengasah kemampuannya. Bersama mereka berjuang menaklukan tantangan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chu-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
Dalam kegelapan kesadaran, Aegle mendapati dirinya berada di sebuah tempat yang hangat dan damai. Kabut lembut menyelimuti sekelilingnya, dan dari kejauhan, ia melihat sosok yang sangat dikenalnya yaitu kakeknya. Air mata mengalir tanpa henti saat ia berlari dan memeluk kakeknya erat, tubuhnya bergetar karena rindu yang telah ia pendam selama perjalanan.
“Kakek… aku merindukanmu!” tangis Aegle.
Kakek itu mengelus rambut Aegle dengan lembut, senyumnya penuh kasih sayang. “Aku tahu, Aegle. Kau telah melalui banyak hal, bukan?”
Aegle mulai menceritakan semuanya dengan suara bergetar, dari perjalanan berbahayanya hingga pertemuannya dengan Nyth, dan kejadian hari itu di mana burung Rock hampir menghancurkan seluruh hutan Valeria. Ia juga menjelaskan kebingungannya tentang bagaimana menyelamatkan Nyth yang kini rohnya dimasukan ke dalam cincin.
Kakek mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu tersenyum samar. “Cincin itu adalah warisan kuno, Aegle. Ruang di dalamnya dipenuhi energi spiritual yang cukup tinggi untuk menjaga roh seperti Nyth tetap stabil. Namun, energi itu tidak cukup untuk memulihkannya. Bahan-bahan yang kau kumpulkan di Hutan Valeria bisa membantu, tapi kau harus bekerja keras untuk menyempurnakannya.”
Aegle mengangguk, menyerap setiap kata kakeknya. “Aku akan melakukannya.”
Kakek terdiam sejenak, matanya menatap dalam ke arah Aegle. “Hati-hatilah, cucuku. Nyth memiliki niat yang tidak mudah ditebak. Dia mungkin membantumu, tapi jangan lengah. Ingat, selalu gunakan akal dan hatimu untuk menilai.”
Aegle terdiam sejenak, lalu mengangguk. Ia memeluk kakeknya sekali lagi sebelum berpisah.
“Terima kasih, Kek. Aku akan menjaga diriku dan menyelesaikan ini.”
“Jaga dirimu, Aegle. Jalanmu masih panjang,” pesan kakek sebelum sosoknya perlahan memudar, dan Aegle kembali terbangun.
Saat Aegle membuka matanya, ia melihat burung kecil merah yang bertengger di sisinya. Burung itu berkicau riang, tampak lega melihat Aegle kembali sadar. Namun, yang membuatnya terkejut adalah kehadiran seorang pemuda berdiri tak jauh darinya. Tingginya menjulang, dengan postur tegap, kulit tan, wajah tegas, dan sorot mata tajam. Aegle refleks mundur, rasa waspada langsung menyergapnya.
“Siapa kau?” tanyanya gugup.
Burung kecil itu segera menenangkan Aegle. “Jangan khawatir, dia adalah jelmaan burung Rock.”
Aegle membelalak. “Burung Rock? Tapi… bagaimana dia bisa…”
Pemuda itu tersenyum tipis, suaranya dalam dan tenang. “Kekuatanku memungkinkan aku mengubah bentuk. Setelah kau menyelamatkan keturunanku, aku tak bisa membiarkanmu terjebak di sini. Ini bentuk permintaan maafku.”
Aegle mencermati penjelasan burung Rock itu. Rupanya burung kecil ini adalah keturunan dari burung Rock itu. Aegle emnatap dalam pemuda itu, dia tampak muda tidak terlihat seperti kakek-kakek buyut, kenapa bisa dia sudah memiliki keturunan. Apakah ini kekuatan abadi hewan legenda? Lalu, agel tersadar bahwa dia harus kembali ke kota Valeria.
Aegle masih terkejut, tapi akhirnya mengangguk. “Aku harus kembali melanjutkan lomba. Tapi portalnya sudah ditutup.”
Pemuda itu mengangguk paham. “Aku akan mengantarmu. Itu hal yang paling sedikit bisa kulakukan untuk membalas budi.”
Wajah Aegle berubah cerah. “Benarkah? Terima kasih banyak!”
Pemuda itu mengubah dirinya kembali menjadi burung Rock raksasa. Dengan kepakan sayapnya, angin kencang berputar, dan tubuhnya menjulang ke langit. “Naiklah ke punggungku,” katanya.
Sebelum berangkat, Aegle berpaling pada burung kecil merah itu. Ia menunduk sedikit, memberikan salam perpisahan. “Terima kasih atas segalanya. Aku akan kembali suatu hari nanti.”
Burung kecil itu mengangguk. “Semoga perjalananmu selamat, Aegle.”
Setelah naik ke punggung burung Rock, Aegle terbang melintasi langit, menuju arena kompetisi yang telah ia tinggalkan.