Dia adalah seorang agen intelejen yang di tugaskan di negara yang bertikai.
Di saat perang terkadang dia bertugas sebagai paramedis dan membantu yang terluka.
Hanya saja dalam misi terakhir dia di jebak dan terbunuh, tapi dia tidak ke akhirat.
Dia malah masuk ke dunia kuno, ke tubuh calon Jendral wanita yang di abaikan.
Dia di angkat menjadi jenderal wanita karena ayahnya mendiang Jendral, sehingga gelar harus di wariskan kepada keturunannya.
Tapi, sepupunya menginginkan jabatan itu, sehingga dia berusaha membunuhnya ketika perjalanan menuju ke perbatasan.
"Wanita yang lemah, dan tidak tahu apa-apa tidak cocok menjadi jendral!" Sepupunya menuntut kepada Kaisar.
Melihat jasa-jasa mendiang ayahnya, Kaisar menjadi serba salah.
"Biarkan dia menjadi pengawal pribadi pangeran ke tiga Yang Mulia." Permaisuri mengajukan permintaan.
Pangeran ke-tiga yang cacat, dia adalah panglima perang, hanya saja ketika perang di perbatasan dia mengalami musibah yang hampir merenggut nyawanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 3
"Mengapa kau mengikuti ku?"
"Kau belum menjawab pertanyaan ku, aku ingin tahu... "
Yenrou menarik nafas sedikit kesal, jika dia tidak menjawab, ular ini akan selalu mengikuti nantinya. "Aku mengikat diriku saat tidur agar tidak jatuh ketika aku terlelap."
"Oh.... aku baru ingat... manusia tidak bisa menempel di dahan pohon, ck... otakku terlalu lambat bekerja, sehingga aku kebingungan sepanjang malam." Dia menggeleng-geleng kepalanya memikirkan bahwa dia sedikit lambat dalam berfikir, ular itu merasa lucu sendiri.
Tadi malam, dia hanya sebentar memejamkan mata, terkadang dia tersentak menahan kantuk dan sesaat kemudian memperhatikan Yenrou yang tidur di depannya.
Ular itu memperhatikan Yenrou yang merapikan kembali pakaiannya dan berjalan hendak meninggalkannya.
"Kau mau kemana?"
"Aku mau mencari desa terdekat dan menemukan tabib, aku sedang terluka." Dia memperlihatkan bagian tubuhnya yang terluka, ada di bagian lengan, perut dan pahanya.
Saat ini dia berjalan dengan timpang menahan sakit di bagian kaki atasnya.
Ular itu merayap mendahului nya, dia berhenti di depan Yenrou.
"Ada apa?"
"Aku bisa sembuhkan lukamu itu."
"Benarkah?
"Tentu saja, selain saya hewan kultivasi, saya juga memiliki energi penyembuh."
"Benarkah? Jangan-jangan api nantinya yang ke luar dari mulutmu. Bukannya sembuh, hidupku jadinya berakhir."
"Heh? Kau meremehkan ku...?!" Dia membosankan matanya merasa tidak senang.
Walaupun selama ini dia tidak pernah menyembuhkan manusia, tapi dia bisa menyembuhkan hewan-hewan terluka yang pernah dia temui.
"Baiklah, lakukan dengan lembut ya.." Entah mengapa dia mau saja mempercayai perkataan ular ini.
Yenrou merasa rambut di tubuhnya berdiri, ketika ular besar tersebut menjalar di tubuhnya sampai ke atas.
'Bodohnya aku, bagaimana kalau dia melilit ku sampai mati?' Gumamnya di dalam hati sambil memejamkan matanya.
Dia merasa geli dengan tubuh ular yang dingin merayap di tubuhnya sampai ke lehernya.
Ternyata ular tersebut ingin menyentuh luka di tubuh Yenrou dengan kulitnya.
Tiba-tiba seberkas cahaya bersinar di antara luka-luka di tubuh Yenrou.
Dan dengan seketika luka-luka tersebut menghilang. Sakit yang tadi dia rasakan di kaki dan sekujur tubuh nya juga ikut menghilang.
Dia membulat kan matanya, di saat ular tersebut sudah turun seutuhnya. Dia langsung memeriksa luka-luka yang tadi dia rasakan betapa sakitnya.
"Wah... benar-benar hilang.... bagaimana kau melakukan nya? Ajaib..." Yenrou tidak habis memberikan pujian kepada ular yang telah menyembuhkannya tersebut.
"Kini, kau sudah percaya?"
"Ya.. tapi imbalan apa yang kau inginkan? Aku saat ini hidup sebatang kara. Ayah ibuku telah tiada, tinggal bersama neneknya dan pamanku, akhirnya aku cidera begini. Luka yang aku alami akibat dari perbuatan sepupu aku. Jadi, jika kau meminta harta dan permata, aku sama sekali tidak punya." Yenrou menjelaskan situasi kehidupannya saat ini.
Agar ular tersebut tidak meminta yang tidak bisa dia kabulkan.
"Jangan kuatir, permintaan ku tidak akan susah. Karena sebagian energi ku sudah berada di dalam tubuhmu. Jadi, kita harus berkontrak."
"Hah..? Aku... aku tidak mengerti, sepertinya baru kali ini aku mendengar bahwa ada hewan di kontrak. Ayahku seorang Jenderal besar dan sepupuku juga sudah selesai bersekolah di akademi. Aku tidak pernah mendengar mereka berkontrak dengan hewan kultivasi."
"Mungkin mereka menyembunyikan nya, atau tidak satupun hewan yang mau berkontrak dengan mereka."
"Mengapa bisa begitu?"
"Karena hewan pun ingin kebebasan, mereka juga tidak mau hidup bersama dengan orang yang tidak sejalan dengan dengan pikiran mereka. Jika merasa cocok dan memiliki misi yang sama, maka biasnya mereka membuat kontrak. Hanya saja mungkin bukan kontrak hidup dan mati."
"Hidup dan mati? Aku tidak paham maksudnya seperti apa?"