Di usianya yang masih muda dia dinyatakan tidak bisa berkultivasi, semua orang menyebutnya sebagai sampah, pecundang. Tapi siapa yang mengira, setelah menjalani hidup di bawah bayang bayang hinaan dan makian selama bertahun-tahun dia akan mendapatkan sebuah berkah.
Menemukan sebuah peninggalan yang mengubah seluruh jalan hidupnya, peninggalan dari sesosok yang kemudian ia anggap sebagai guru.
Selalu berusaha menjadi lebih kuat, demi mempertahankan yang namanya keluarga. Melindungi orang tua dan juga orang terkasihnya.
Ini adalah perjalanan pemuda Klan Zhou, bernama Zhou Fan. Dengan pedang pusaka di punggungnya yang ia temukan di makam kuno, dia mengarungi dunia kultivator. Mulai mengukir namanya sebagai Legenda Petarung.
Pantengin terus kisah perjalanan Zhou Fan menuju puncak, jadilah saksi sebuah legenda tercipta...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Lapisan Luar Hutan Mati
"Ingin mempermalukan tuan muda ini, kau pasti bercanda!" Zhou Fan membatin dengan disertai senyuman kecil di bibirnya.
Para pengunjung yang melihat tanda pengenal yang sedang dilempar lemparkan oleh pemuda tersebut pun hanya bisa terkejut.
"Ternyata pemuda itu adalah salah satu anggota Klan Zhou," batin mereka semua yang ada di sana.
Zhou Fan tidak menghiraukan ekspresi yang ditunjukkan oleh semua pengunjung itu, ia terus berjalan menuju ke arah kasir untuk memesan makanan.
"Selamat siang tuan muda Zhou?" sapa gadis yang menjadi kasir pada Zhou Fan dan pemuda itu hanya memberikan anggukan sebagai balasan.
"Apakah anda mau memesan makanan, rumah makan kami mempunyai beberapa menu andalan," ucap kasir itu mencoba untuk menawarkan makanan spesial yang ada di sana.
Zhou Fan pun menyetujui usulan gadis kasir untuk memesan menu andalan yang ditawarkan kepadanya.
Seusai membayar apa yang di pesannya,
Zhou Fan pun memutuskan melanjutkan perjalanannya, dan ia akan mencari penginapan jika hari sudah mulai gelap.
Sekarang Zhou Fan sudah berada di salah satu penginapan yang ada di Desa Permata,
penginapan yang sedang Zhou Fan tempati sekarang adalah penginapan flamboyan.
Zhou Fan memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya besok pagi setelah melihat langit sudah terlihat gelap, akan bahaya
jika Zhou Fan memutuskan untuk meneruskan perjalanannya.
Selesai memeriksa perbekalannya ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan memutuskan untuk segera tidur, karena ia akan melanjutkan perjalanannya ketika hari masih pagi.
Tanpa menunggu waktu lama, suasana di dalam kamar milik Zhou Fan terasa sepi, hanya sesekali terdengar suara nafas Zhou Fan yang pelan dan teratur.
Zhou Fan sekarang sudah berada di alam mimpinya.
***
Tanpa terasa malam telah berganti pagi dan sang surya telah menampakkan pesonanya, jalanan Desa Permata terlihat sudah ramai dengan lalu lalang warganya.
Di dalam kamar yang Zhou Fan tempati sekarang sudah tidak terlihat seorang pun, karena orang yang menempatinya telah meninggalkan kamar tersebut.
Sekarang Zhou Fan sedang berada di lantai bawah penginapan flamboyan, ia berada di lantai itu untuk mencari makanan untuk sarapannya.
Di saat makanan yang dipesannya telah diantarkan oleh pelayan, tanpa menunggu waktu lama Zhou Fan langsung menyantap makanan yang ada di meja yang ada di depannya.
Baru beberapa suap, Zhou fan berhenti, mengangkat makanannya dan meniliknya dengan seksama.
"Huh...makanan disini tidak begitu enak," ucap Zhou Fan pelan, pemuda itu memasang wajah kecewa.
Namun beberapa saat setelah Zhou Fan mengatakan hal itu, makanan yang ada di depannya sudah ia habiskan.
Setelah menyelesaikan sarapannya
ia langsung bergegas melanjutkan perjalanannya menuju ke hutan mati.
Di dalam perjalanannya Zhou Fan masih saja mengomentari makanan yang disediakan oleh penginapan flamboyan.
Ia tak habis pikir 'bagaimana bisa makanan seperti itu dikatakan yang terbaik'.
Saat Zhou Fan sedang mencari penginapan ia mendengar ada beberapa orang yang sedang membicarakan makanan tentang penginapan flamboyan yang mempunyai makanan yang sangat enak, Zhou Fan yang sedang mencari penginapan pun memutuskan untuk pergi ke penginapan flamboyan.
"Kalau dipikir pikir, makanan yang dibuat oleh ibu memiliki rasa yang lebih enak," ucap Zhou Fan yang membandingkan makanan yang dibuat oleh penginapan flamboyan dengan makanan yang dibuat oleh ibunya.
Tanpa terasa Zhou Fan sekarang sudah berada di dekat perbatasan hutan mati.
Zhou Fan yang melihat lapisan terluar hutan mati pun berniat mempercepat langkahnya tapi Zhou Fan menghentikan langkahnya saat suara seseorang memanggilnya.
"Anak muda, apakah kau akan ke sana?" Tiba-tiba terdengar seruan seseorang dari arah belakang Zhou Fan.
Zhou Fan pun berbalik ketika mendengar ada seseorang yang memanggilnya, ia melihat seorang lelaki sepuh yang terlihat berumur sekitar 80 tahun sedang melihatnya sambil jari telunjuk menunjuk ke arah hutan mati.
Merasa lelaki sepuh itu berbicara padanya, Zhou Fan pun menjawab pertanyaan yang diucapkan lelaki sepuh itu.
"Benar kakek, aku akan pergi ke arah sana," ucap Zhou Fan sopan, Ia selalu di ajarkan kedua orang tuanya untuk bersikap sopan kepada orang yang lebih tua.
Mendengar perkataan anak muda di hadapannya kakek tua itu terkejut, tapi ia segera menutupi keterkejutannya dengan mengajukan pertanyaan kepada anak muda
di hadapannya.
"Apa kau tahu apa yang ada di sana?" tanya pria sepuh itu, dia berfikir bahwa anak muda di hadapannya tidak mengetahui di sana terdapat hutan mati.
"Ya, ke arah sana akan menuju hutan mati. Aku memang hendak ke sana," ujar Zhou Fan tenang sembari melirik ke arah hutan mati.
Lelaki sepuh itu kembali terkejut, saat anak muda di hadapannya mengatakan bahwa ia mengetahui di sana ada hutan mati.
Yang membuatnya terkejut adalah, jelas jelas tahu di sana terdapat hutan mati, tapi mengapa anak muda ini akan tetap pergi ke sana.
"Apakah kau tau mengapa hutan itu di beri nama hutan mati?" tanya lelaki sepuh itu kepada Zhou Fan.
"Menurut rumor yang beredar jika ada seseorang yang memiliki tingkat kultivasi petarung master nekat masuki hutan mati lapisan terluarnya saja, orang tersebut akan kembali dengan keadaan yang memprihatinkan....," jelas lelaki sepuh itu tanpa menunggu jawaban Zhou Fan.
Melihat penjelasan orang tua di depannya itu seperti belum selesai, Zhou Fan pun diam saja sambil menatap wajah pria tua di hadapannya.
"Itu masih lebih baik jika dibandingkan dengan lapisan terdalam hutan mati, karena
banyak terdapat beast tingkat 3 yang memiliki kekuatan minimal setara dengan petarung tingkat master dan jika sedang bernasib sial akan bertemu dengan beast tingkat tingkat empat ke atas yang memiliki kekuatan minimal setara dengan seseorang kultivator petarung tingkat grand master," jelas lelaki sepuh itu berusaha menggetarkan tekad Zhou Fan.
melihat penjelasan kakek tua di hadapannya selesai, Zhou Fan pun menoleh ke arah hutan mati sambil berkata kepada pria sepuh tersebut.
"Saya mengerti kakek, tapi saya akan tetap pergi ke sana," ucap Zhou Fan.
Mendengar ucapan pemuda di depannya itu lelaki sepuh itu melotot, ia berfikir bahwa pemuda di hadapannya akan membatalkan niatannya untuk pergi ke hutan mati, setelah mendengar penjelasannya, tapi apa yang terjadi tidak sesuai dengan pemikirannya.
"Huh ... baiklah jika itu keputusanmu," ucap pria sepuh itu sambil menghela nafas panjang, kemudian ia berbalik pergi meninggalkan Zhou Fan yang masih memandang kepergiannya.
Kakek tua itu berlalu masih dengan wajah dongkol, dia menggerutu di sepanjang jalan. "Anak muda memang selalu 'bersemangat'."
Ia sudah melihat banyak pemuda seperti Zhou Fan, ingin memasuki hutan mati yang pada akhirnya tidak pernah kembali.
Padahal mereka memiliki kultivasi tingkat petarung tingkat master, sedangkan sekarang yang memasuki hutan mati adalah seorang pemuda yang tidak memiliki tenaga dalam.
Ia pasti akan tamat, pikir kakek tua itu.
Zhou Fan yang tak lagi mendapati punggung kakek tua itu berbalik, menatap ke arah hutan mati, kemudian dengan segera ia melanjutkan perjalanannya ke hutan mati.
Beberapa saat kemudian Zhou Fan telah sampai di lapisan terluar hutan mati, suasana sunyi membuat perbatasan menjadi tempat yang menyeramkan.
Zhou Fan berdiri tegak, matanya jauh memandang ke depan, pemuda itu menghirup nafas kuat, kemudian dia melompat seraya berseru lantang.
"Latihan dimulai...!"