Callista merupakan salah satu murid yang menjadi korban pem-bully-an. Ternyata dalang dari semua itu adalah Zanetha, adik kesayangannya sendiri. Sampai suatu hari Callista meninggal dibunuh oleh Zanetha. Keajaiban pun terjadi, dia hidup kembali ke satu tahun yang lalu.
Di kehidupan keduanya ini, Callista berubah menjadi orang yang kuat. Dia berjanji akan membalas semua kejahatan Zanetha dan antek-anteknya yang suka melakukan pem-bully-an kepada murid yang lemah.
Selain itu Callista juga akan mencari orang tua kandungnya karena keluarga Owen yang selama ini menjadi keluarganya ternyata bukan keluarga dia yang asli. Siapakah sebenarnya Callista? Kenapa Callista bisa menjadi anak keluarga Owen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Kasus Anak Haram
Bab 6. Kasus Anak Haram
Hari ini Zanetha pulang dari rumah sakit. Dia disambut dengan suka cita. Tentu saja Callista juga harus ikut menyambut dengan suka cita seperti semua orang penghuni kediaman keluarga Owen.
"Senang bisa melihat kamu kembali pulang ke rumah. Tanpa kamu rumah terasa sangat sepi," kata Callista tersenyum manis.
Kalau satu tahun yang lalu, Callista mengucapkan kata-kata itu dengan tulus sepenuh hati. Sekarang dia mengatakan itu hanya sebuah sandiwara saja.
"Aku juga rindu sama kamu, Kak. Di rumah sakit itu sangat membosankan," ujar Zanetha sambil merangkul lengan Callista, bermanja-manja.
Senyum manis tercipta dari wajah polos Zanetha. Tatap matanya juga terlihat berbinar bahagia. Gadis ini sungguh seorang pelakon drama yang sangat hebat. Sampai-sampai orang tidak akan tahu kalau dirinya sedang berbohong.
"Kak, malam ini aku ingin tidur sama kamu, ya?" Zanetha merengek agar diizinkan tidur di kamar kakaknya.
Callista mencoba mengingat-ingat ada kejadian apa yang terjadi pada satu tahun lalu. Setelah berpikir keras dia teringat kalau dirinya kehilangan beberapa benda berharga dan benda koleksi dirinya yang berupa bros. Benda-benda itu dikemudian hari menjadi barang bukti yang membuatnya menjadi tersangka karena ada di tempat kejadian perkara.
"Boleh saja kita tidur bersama. Tapi, tidurnya di kamar kamu, ya? Karena tadi pagi ada tikus yang masuk ke kamar dan belum berhasil di tangkap," ucap Callista.
Wajah Zanetha yang ceria langsung berubah ekspresinya menjadi muram. Jelas sekali kalau dia sedang merencanakan sesuatu.
"Bagaimana kalau aku menggunakan cara yang sama kepada kamu?" batin Callista.
"Ayo, kita ke kamar kamu! Pastinya kamu merindukan tempat tidur kamu yang empuk itu, 'kan?"
Callista menggandeng tangan Zanetha dan pergi menuju kamar gadis itu. Mau tidak mau dia harus masuk dan tidur di kamarnya.
***
Seorang murid laki-laki berjalan di lorong lantai tiga. Perawakannya bertubuh kurus dan memiliki tinggi badan yang sedang. Wajahnya terlihat pucat seakan tidak dialiri oleh darah dan kedua bola matanya cekung.
"Lucan!"
Murid laki-laki itu membalikkan badan karena ada yang memanggil dirinya. Namun, sebuah pukulan menghantam wajahnya sampai dia jatuh tersungkur.
Ada dua orang laki-laki berseragam seperti Lucan, tetapi memakai topi dan topeng. Mereka melancarkan tendangan ke badan dan kepala Lucan tanpa ampun.
Lucan sendiri tidak bisa memberikan perlawanan karena kondisi tubuh dia sedang lemah. Hampir setiap hari dirinya mendapatkan teror sehingga membuatnya ketakutan.
"Sepertinya dia pingsan," kata salah satu dari mereka.
"Sebaiknya kita jatuhkan dia dari tangga itu. Biar terlihat seperti orang yang mengalami kecelakaan akibat terjatuh dari anak tangga," ujar seorang temannya.
Maka kedua orang itu mendorong tubuh Lucan dari atas. Tubuh anak malang itu kini tergeletak di kaki anak tangga.
***
Callista diam-diam tersenyum setelah berhasil mengambil beberapa buah aksesoris milik Zanetha yang merupakan benda favoritnya. Dia akan membalas perbuatan sang adik ini, seperti yang sudah dilakukan kepadanya di kehidupan yang lalu.
Callista dan Zanetha sarapan bersama dengan kedua orang tua mereka. Seperti biasa putri kebanggaan keluarga Owen itu memakan bolu cream cokelat dan kue sus yang menonjolkan rasa manis. Putri kedua memang suka makanan yang manis-manis.
"Jangan terlalu banyak makan makanan manis, loh! Bisa kena penyakit nanti," ucap Callista kepada Zanetha.
"Mana ada makanan enak menyebabkan penyakit," balas gadis bersurai panjang.
"Karena aku sayang sama kamu, makanya aku memberikan peringatan. Jangan sampai kamu sakit karena kebiasaan terlalu banyak makan makanan manis dan tidak suka minum air putih," tutur Callista.
Di kehidupan sebelumnya Zanetha mengalami gagal ginjal. Penyakit itu baru diketahui setelah dalam keadaan kritis. Ujung-ujungnya satu ginjal Callista harus diberikan kepadanya.
"Benar apa yang dikatakan kakakmu. Kamu jangan sampai lupa minum air putih," kata Michael Owen yang teringat dengan kata-kata dokter.
"Tapi, Papa ... aku suka muntah kalau minum air putih. Aku lebih suka minum susu manis dan teh manis," tukas Zanetha dengan rengekan yang menjadi kebiasaannya ketika merajuk kepada kedua orang tuanya.
Callista hanya diam dan menikmati sarapannya. Dalam hati dia mengata-ngatai Zanetha yang bodoh dan susah diatur. Akibat perbuatannya malah merugikan dirinya sendiri.
***
Begitu masuk ke pintu gerbang sekolah, Callista mengeluarkan raket tenis begitu mendapatkan serangan mendadak dari arah samping. Dia pukul kembali tomat busuk itu ke arah si pelempar.
"Rasakan. Kalian pikir aku akan kena pem-bully-an lagi sekarang!" Callista tersenyum miring.
Beberapa murid yang melihat kejadian itu terkesima, lalu bertepuk tangan mengagumi kehebatan wakil ketua OSIS mereka. Ini memberikan ide kepada anak-anak yang terkadang mendapatkan serangan mendadak seperti tadi.
"Callista, kemarilah!" teriak Charlie Kinsey yang berdiri di balkon lantai dua.
Buru-buru Callista menghampiri sang ketua OSIS. Di perjalanan dia bertabrakan dengan Henry yang juga terlihat terburu-buru.
"Aaaw!" Henry mengaduh kesakitan sambil memegangi hidungnya.
"Maaf," ucap Callista yang tanpa sengaja raket tenis mengenai hidung mancung pemuda itu.
"Lain kali hati-hati. Lagian buat apa kamu bawa benda itu! Kamu, kan, bukan anggota klub tenis," ujar Henry bersungut-sungut, lalu pergi meninggalkan Callista.
Begitu masuk ke ruang OSIS, Charlie dan beberapa anggota lainnya sedang berkumpul mengitari meja. Rasa penasaran membuat Callista ikut bergabung.
"Ada apa ini?" tanya Callista.
"Lucan, salah seorang murid yang mengajukan pelaporan kepada kita karena sering mendapatkan teror dan pem-bully-an, tadi pagi ditemukan dalam tidak sadarkan diri," jawab Charlie.
"Lucan?" Callista merasa tidak asing dengan nama ini.
"Ya, Lucan Louis, murid kelas dua. Satu angkatan dengan kita, tetapi berbeda kelas," balas Charlie sambil menunjuk beberapa foto murid laki-laki itu.
Mata Callista terbelalak ketika melihat foto-foto yang menampilkan keadaan murid bernama Lucan. Sungguh, orang yang mengenalnya pasti tidak akan percaya kalau itu adalah dia.
Callista berpikir keras untuk mengingat kasus yang menimpa murid bernama Lucan ini. Menurut dia jika keadaan pemuda itu sampai parah seperti ini, pasti masuknya ke dalam kasus kejahatan besar.
"Lucan Louis? Kalau tidak salah dia adalah anak haram keluarga Louis dari seorang wanita simpanan. Dia mendapat perlakuan seperti ini pastinya dari orang yang tidak mengharapkan dirinya. Kalau tidak salah dia mempunyai saudara bernama ...," batin Callista.
"Siapa nama saudaranya Lucan?" tanya Callista.
Di kehidupan sebelumnya banyak teman Zanetha dari kalangan keluarga bangsawan kelas atas. Hubungan mereka terjalin dan membentuk suatu kelompok yang suka berlaku semena-mena ke orang-orang yang tidak sepaham dengannya.
"Eh, maksudnya?" tanya beberapa anggota OSIS.
"Kita harus cari tahu dahulu siapa saja orang-orang terdekatnya. Ada kemungkinan mereka adalah pelaku. Kalian tahu, 'kan, kalau kedudukan strata sosial dan uang bisa membuat seseorang menyuruh siapa saja untuk melakukan kejahatan yang dia inginkan tanpa mengotori tangannya sendiri," jawab Callista dan mereka semua membenarkan hal ini.
"Kamu benar, Callista. Bisa saja kemungkinan orang terdekatnya adalah pelaku sesungguhnya," balas salah seorang anggota OSIS.
"Saudara tiri Lucan itu adalah Megan. Mereka berbeda ibu," jawab Charlie Kinsey.
"Nah, kita cari tahu dan mengintai kegiatan Megan!"
Callista tersenyum puas, karena dia ingat murid bernama Megan Louis itu orangnya pemaksa dan manja, tetapi bodoh. Lebih bodoh dari Zanetha.
jngan lengah ya callista... karena boom wktu menunggumu... apalgi dngan perbhan si zanet nntinya yg hbis oprasi...
semoga saja...