NovelToon NovelToon
Dibalik Cadar Istriku

Dibalik Cadar Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:14.6k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Raka Sebastian, seorang pengusaha muda, terpaksa harus menikah dengan seorang perempuan bercadar pilihan Opanya meski dirinya sebenarnya sudah memiliki seorang kekasih.

Raka tidak pernah memperlakukan Istrinya dengan baik karena ia di anggap sebagai penghalang hubungannya dengan sang kekasih.

Akankah Raka menerima kehadiran Istrinya suatu saat nanti atau justru sebaliknya?

Yuk simak ceritanya 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

"Di mana dia, Umi?" tanya Raka sesaat setelah tiba di rumah.

"Dia? Namanya Nirma, Raka." Jawab Umi Mawar tajam.

Raka menghela napas panjang mendengar ucapan Uminya.

"Nirma sudah menjadi Istri kamu. Artinya, dia bagian dari diri kamu dan sudah tugas kamu untuk menjaga, menyanyangi dan melindunginya."

"Aku paham, Umi."

"Alhamdulillah, kalau kamu paham, Nak. Nirma ada di kamar, mungkin sedang istirahat."

"Ya sudah, aku juga mau ke kamar."

Umi Mawar mengangguk pelan.

Ia hanya menatap punggung tegap Raka yang sudah berjalan menuju tangga.

Saat memandang pintu kamar, Raka menarik napas dalam. Langkahnya terasa berat. Raka menggenggam gagang pintu dan memutarnya secara perlahan.

Begitu masuk, terlihat Nirma duduk di kursi dengan balutan gamis berwarna putih tulang, lengkap dengan cadar yang menutupi wajahnya.

"Assalamualaikum." ucap Nirma lebih dulu, sebab Raka tidak memberi salam saat masuk ke kamar.

"Walaikumsalam." Jawab Raka, lalu tanpa kata langsung duduk di sofa untuk melepas sepatu dan meletakkannya di antara koleksi sepatu mahalnya.

Sementara Nirma masih terpaku di tempat.

"Aku mau mandi. Ambilkan handuk!" pintanya tanpa memandang sang Istri.

Tanpa banyak kata, Nirma segera membuka lemari dan mengeluarkan handuk baru. Ia serahkan kepada Suaminya.

Setelah mengambil handuk dari tangan Nirma, Raka bangkit dan melepas kemejanya lalu ia lemparkan ke tangan Nirma, membuat wanita itu gelagapan.

Nirma langsung memasukkan pakaian Suaminya ke dalam keranjang pakaian kotor.

Lalu, menuju meja rias untuk melepas cadarnya, namun sebelum masuk ke kamar mandi, Raka menoleh dan melayangkan tatapan tajam.

"Jangan pernah lepas cadarmu di hadapanku! Aku tidak mau melihat wajahmu!"

Hati Nirma seketika terasa sakit saat mendengar kalimat penolakan dari Suaminya.

Seluruh tubuhnya meremang dan kaki terasa lemas. Dalam hitungan detik bola matanya dipenuhi cairan bening.

Lelaki yang pagi tadi menghalalkan dirinya atas nama Allah itu, seolah sedang membangun benteng pembatas di antara mereka.

Nirma kembali tersentak saat dentuman pintu kamar mandi yang dibanting Raka menggema di dalam kamar.

Wanita itu menjatuhkan tubuh lemasnya di sofa dengan napas terasa berat.

"Astaghfirullah ... Ya Allah, kuatkan aku." Nirma menarik napas dalam-dalam demi mengurangi sesak yang menghimpit dada.

Sementara di kamar mandi, Raka menghabiskan waktu cukup lama.

Berendam di air hangat mengalirkan sensasi nyaman pada seluruh tubuhnya yang lelah. Hari ini benar-benar menguras tenaga dan pikiran.

"Apa dia pikir dengan melepas cadarnya aku akan tertarik? Jangan mimpi!" Raka bergumam pelan sambil menyandarkan kepala pada bathtub.

Begitu keluar dari kamar mandi, Raka mendapati Nirma masih duduk di sofa dengan tatapan kosong.

Melihat itu Raka berdecih malas dan langsung menuju lemari untuk mengenakan pakaian.

Nirma masih diam di tempat. Sikap dingin Raka benar-benar membuat lidahnya terasa kaku untuk sekedar mengucapkan sepatah kata.

Terlebih, ini adalah pertama kalinya ia berada dalam satu kamar dengan lawan jenis. Punggung tegap berbalut kulit putih milik Raka membuatnya terpaku.

Namun, sesaat kemudian ia tersadar bahwa tubuh atletis nan sempurna itu bukan miliknya, dan mungkin tidak akan pernah.

Nirma kembali menunduk dengan malu-malu saat Raka melepas handuk putih yang membalut pinggangnya dan menyisakan dalaman.

Setelah selesai mengenakan seluruh pakaian, barulah Nirma mendekat.

"Mas, tidak mau shalat bareng dulu? Abah bilang..” Nirma memberanikan diri membuka suara.

"Aku tidak peduli!" Raka memotong cepat, menghadapkan tubuhnya pada Nirma dengan menghujam tatapan tajam.

Dalam kebisuan terlintas kembali pesan mendalam Pak Vino siang tadi, agar memenuhi tanggung jawabnya sebagai Suami, termasuk dalam memberi nafkah lahir batin.

Tanpa kata, Raka menarik lengan Nirma dan mendorongnya ke tempat tidur. Gerakannya yang cepat membuat wanita itu tidak memiliki waktu untuk menghindar.

Nirma yang terkejut berusaha untuk bangkit, namun Raka bergerak lebih cepat dengan mendorong bahunya, sehingga ia kembali terbaring dengan Raka yang berada tepat di atasnya.

"Apa yang kamu harapkan dari pernikahan ini?" desis lelaki itu sangat dekat ke telinga.

Sudut bibirnya menyeringai tipis.

Nirma menahan napas, matanya dipenuhi cairan bening.

"Asal tahu saja, aku bersedia menikahi kamu hanya karena terdesak Opa dan Abi. Seandainya tidak, aku tidak sudi berada satu kamar dengan wanita seperti kamu. Sekarang bangun dan tidur di sofa! Aku tidak mau tidur berdekatan dengan kamu!"

Jantung Nirma serasa akan berhenti berdetak mendengar kalimat itu. Suara Raka begitu pelan, namun terasa menusuk ke hati.

"Ingat satu hal, kesehatan Opa sedang menurun. Jadi jangan menambah masalah apapun di rumah ini." Sesaat setelah membisikkan kalimat itu, Raka melepas cengkramannya dari lengan sang Istri.

Nirma langsung bangkit. Ia berjalan gontai dan menjatuhkan diri di ujung sofa.

Berusaha menekan rasa sakit yang memenuhi dadanya.

Ia bisa saja berlari keluar dan mengadukan semua perbuatan Raka kepada Umi dan Abi, namun itu hanya akan membuat keadaan semakin kacau.

Mungkin akan terjadi keributan besar dan ia tidak ingin memicu permasalahan.

Setelah beberapa menit larut dalam keheningan. Nirma menoleh ke tempat tidur di mana Suaminya sudah terbaring dalam balutan selimut.

Ia melepas cadar dan beranjak menuju kamar mandi untuk bersuci.

Saat hatinya sedang lemah seperti sekarang, mengadu kepada sang Pencipta adalah satu-satunya yang dapat ia lakukan.

Sajadah membentang di antara ruang kosong di kamar. Dalam pencahayaan yang temaram, Nirma larut dalam doa.

"Wahai Dzat yang mampu membolak-balikkan hati manusia, teguhkan lah hatiku atas agama-Mu. Lembutkan lah hati Suamiku sebagaimana Engkau melunakkan besi atas Nabi Daud."

Hati Nirma menjadi lebih tenang setelah mencurahkan seluruh isi hatinya. Kini ia sedang membaringkan tubuhnya di sofa.

Beruntung sofa di kamar Raka cukup besar, sehingga tubuh kecilnya dapat berbaring dengan nyaman.

Baru saja akan terpejam, tiba-tiba indera pendengarannya menangkap suara deringan ponsel milik Raka. Tiga kali benda pipih tersebut berdering barulah Raka terbangun.

"Ya, Sayang...."

Deg!

Jantung Nirma kembali berpacu mendengar suara serak Suaminya menyematkan panggilan sayang entah kepada siapa.

Dalam pecahayaan temaram, ia menoleh dan melihat Raka sedang melakukan panggilan video.

"Kamu sudah tidur, belum ?" Suara manja seorang wanita terdengar dari sana.

"Tadinya sudah, kenapa video call malam-malam?" balas lelaki itu dengan lembut.

Sepasang mata Nirma terpejam bersama air mata yang mengalir. Tangannya meremas selimut yang menutupi tubuhnya.

"Tidak apa-apa. Aku tidak bisa tidur, Raka."

"Mikirin apa?"

"Kamu."

Cukup sudah! Nirma tidak kuat lagi. Ia memilih menutup kepala dengan bantal agar tidak perlu mendengar pembicaraan mesra Suaminya yang mungkin semakin lama akan membuatnya sakit.

"Ya Allah, kalau memang kami memiliki jodoh yang panjang, kuatkan hatiku untuk membawa Suamiku keluar dari hal-hal yang diharamkan."

Nirma berusaha terpejam, meskipun samar-samar suara Raka menembus pendengaran.

Dalam kebisuan hatinya menjerit pilu.

****

Rumah Keluarga Hadiwijaya,

Sudah berjam-jam Zayn membolak balikkan tubuhnya di tempat tidur. Namun, matanya enggan terpejam.

Bahkan seluruh lampu di kamar sudah ia padamkan sehingga kini ruangan itu berselimut kegelapan. Tetapi, semua usaha itu sia-sia.

Hatinya tetap gelisah, entah karena apa. Ada rasa sakit menyusup menyiksa batin, entah asalnya dari mana. Pemuda itu bahkan menjatuhkan air mata tanpa sebab.

"Ya Allah, ada apa ini?" Zayn bergumam sambil menyentuh dadanya yang terasa nyeri.

Seolah ada lubang besar nan gelap dalam hatinya.

Tidak dapat terpejam, Zayn menyibak selimut dan turun dari tempat tidur. Berharap dengan menjalankan shalat malam ia bisa lebih tenang.

Namun, kegelisahan itu semakin terasa nyata. Bahkan setiap ia bersujud air matanya terus mengalir.

****

Lantunan adzan subuh membangunkan Nirma dari tidurnya.

Dalam keadaan masih dikuasai kantuk, ia bangkit seraya memijat kepala yang sedikit berdenyut. Kemudian segera beranjak menuju kamar mandi.

Begitu melihat pantulan wajahnya pada cermin, ia meringis pelan. Matanya sembab dan wajahnya sedikit pucat. Semalam ia benar-benar kesulitan tidur.

Setelah membersihkan diri dan mengenakan mukena, matanya melirik Raka yang masih terpejam. Ia mendekat dan berdiri tepat di samping tempat tidur.

"Mas... tidak shalat subuh?"

Tak ada jawaban dari Raka. Ia tampak lelap dalam tidurnya.

"Mas... bangun! Sudah waktu subuh!"

"Hemmm...." Suara serak lelaki itu menyapa.

"Shalat subuh, Mas."

Bukannya segera bangkit, Raka malah meraih sebuah bantal untuk menutup kepala. Mencari posisi nyaman untuk melanjutkan tidurnya.

"Shalat saja sendiri sana! Aku mau tidur!"

Nirma menarik napas dalam-dalam seraya beristighfar berulang-ulang. Nirma tidak berani lagi membangunkan Suaminya.

**

**

"Pagi, Sayang...."

Pagi ini Nirma disambut dengan senyuman hangat Umi Mawar.

Wanita itu sedang berkutat di dapur membuat sarapan seperti biasa. Nirma memandangnya penuh kagum.

Meskipun memiliki banyak ART yang bisa melayani, namun wanita itu tetap melakukan tugasnya sebagai Istri dan Ibu.

"Boleh saya bantu, Umi?"

"Kenapa tidak istirahat saja, Nak? Kamu pasti capek setelah acara kemarin." ucapnya lembut. Dari bibirnya selalu terlukis senyum.

Namun, senyum Umi Mawar seketika redup saat mendapati mata menantunya terlihat sembab.

"Kenapa matanya sembab? Kamu habis menangis?" tanya Umi Mawar khawatir.

*************

*************

1
Konny Rianty
Thorrrr"" bikin Raka jatuh cinta sm Nirmaaa....
Konny Rianty
lamuttt Thorrrr" yg Buanyakkkk heeee heeee....
Umu Kahar
/Angry//Angry//Angry/
Elfira Yozarina
ko nga ada lanjutanya....
Al Thaf
bagus si
Konny Rianty
Akh...sedih thorrr" bc nya pengen nangiss...kapan raka mau membuka hati nya untuk Nirmaa"" kamu pergi aja dr rumah, biar nyahok si Raka sableng ituu....
Uthie
keep 👍
Wiwik murniati
Luar biasa
Rieya Yanie
jangan jangan adiknya bryan
Eka raffasya
sangat² bagus/Rose//Rose/
Konny Rianty
Lanjut Thorr" bgs cerita nyaaa....
Asmarni Sias
lanjut
Reni Fitria Mai
sabungan nyo dong 🙏😭
Reni Fitria Mai
Hati saya yg menjerik melihat perlakuan suaminya 😭😭😭😭
Konny Rianty
lanjut Thorrrr" bgs cerita nyaaa....
Konny Rianty
Muak kaliii nengok raka" bikn si raka pisah dgn Nirma thoorr" biar nyesel ntiii
Konny Rianty
Zahraaa nya" pasti Nirma itu..
lanjut Thorrr" bgs cerita nyaaaa....
Rian Moontero
lanjooot yuuukk smangaaaaat💪💪🤸🤸🤩
erlina herliani
Luar biasa
Yaya Sukmalia
bagaimana nasib Norma?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!