NovelToon NovelToon
Jatuh Cinta Dengan Baby Sitter

Jatuh Cinta Dengan Baby Sitter

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Pembantu
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Larasati Pristi Arumdani

Shereny Claudine, seorang perempuan mandiri dan tegas, terpaksa mencari pekerjaan baru setelah putus dari kekasihnya yang berselingkuh serta kepergian ibunya. Tak ingin bergantung pada siapa pun, ia melamar sebagai pengasuh (baby sitter) untuk seorang anak laki-laki berusia 5 tahun bernama Arga. Tak disangka, ayah dari Arga adalah Elvano Kayden, pria arogan dan kaya raya yang pernah bertemu dengannya dalam situasi yang tidak menyenangkan. Elvano, seorang pengusaha muda yang dingin dan perfeksionis, awalnya menolak keberadaan Shereny. Menurutnya, Shereny terlalu keras kepala dan suka membantah. Namun, Arga justru menyukai Shereny dan merasa nyaman dengannya, sesuatu yang sulit didapat dari pengasuh sebelumnya. Demi kebahagiaan anaknya, Elvano terpaksa menerima kehadiran Shereny di rumah mewahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Larasati Pristi Arumdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 31 : Mengapa?

Alfaro hampir menyelesaikan pekerjaannya ketika ponselnya bergetar, mengalihkan perhatiannya dari layar. Dia melihat bahwa Kayyisa telah mengirimkan pesan. Dengan rasa penasaran, dia membuka chat tersebut.

"Hai, Sayang! Sebentar lagi pulang, kan? Aku ingin bertemu di luar. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan langsung."

Mendapatkan pesan itu, Alfaro merasa sedikit gugup. "Ada sesuatu yang ingin dibicarakan langsung?" pikirnya. Dia menyadari betapa pentingnya momen ini, dan dia tidak bisa menahan rasa cemas yang mulai muncul.

Dia membalas pesan Kayyisa dengan cepat, "Sure beib, sekalian kita pulang sama-sama ya. Kebetulan Elvano pulang duluan." Setelah mengirimkan balasan, Alfaro mengambil napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan dirinya. Dia tahu bahwa pertemuan ini bisa menjadi kesempatan untuk menjelaskan perasaannya dan mungkin memberi kejelasan pada hubungan mereka.

Alfaro berdiri dan merapikan meja kerjanya, memastikan semua dokumen rapi sebelum pergi. Dia mengenakan jaketnya dan melihat ke cermin sejenak, mencoba mengatur penampilannya. "Oke, Alfaro. Ini saatnya, lakukan seperti saran Elvano. Kamu harus jujur." bisiknya pada diri sendiri.

Saat dia melangkah keluar dari ruangan, jantungnya berdebar-debar. Dia berjalan ke luar gedung, dan udara segar menyambutnya. Dia melihat Kayyisa berdiri di dekat pohon, tampak menunggu dengan senyuman.

"Hai!" Kayyisa menyapa dengan ceria saat melihat mobil Alfaro mendekat. Kayyisa tampak bahagia dan langsung masuk ke dalam mobil.

"Halo sayang! " jawab Alfaro, berusaha untuk terdengar tenang meskipun dalam hati dia merasa berdebar. "Apa yang ingin kamu bicarakan?"

Kayyisa menarik napas dalam-dalam, tampak sedikit ragu. "Aku merasa kita telah melewati banyak hal bersama, dan aku ingin tahu bagaimana kamu melihat masa depan kita."

Alfaro mengangguk, merasa bahwa ini adalah momen yang tepat untuk berbagi perasaannya. "Aku juga berpikir tentang itu. Aku sayang sama kamu, Kayyisa, dan aku ingin kita bisa membangun hubungan yang lebih serius."

Kayyisa tersenyum, tetapi ada keraguan di matanya. "Tapi apakah kamu benar-benar siap untuk itu? Aku ingin memastikan bahwa kita berada pikiran dan posisi yang sama."

Alfaro merasakan ketegangan di udara. "Aku tidak ingin terburu-buru, tapi aku juga tidak ingin kehilanganmu. Kita bicarakan ini lebih serius ya.."

Mereka pun duduk di bangku yang ada di dekat taman, dan Alfaro merasa lebih tenang saat berbicara langsung. Dia tahu bahwa pertemuan ini bisa menjadi langkah penting dalam hubungan mereka, dan dia ingin memastikan bahwa mereka saling memahami satu sama lain.

Dengan senyuman dan harapan, mereka mulai berbicara lebih dalam tentang masa depan, mimpi, dan harapan masing-masing. Alfaro merasa semangatnya kembali, bertekad untuk menghadapi setiap perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang rumit, demi hubungan yang lebih baik dengan Kayyisa.

Alfaro dan Kayyisa memutuskan untuk melanjutkan malam dengan makan malam bersama. Mereka pergi ke restoran favorit mereka, tempat yang selalu penuh dengan kenangan indah. Namun, saat mereka duduk dan memesan makanan, Alfaro merasakan sesuatu yang berbeda.

Saat makanan disajikan, Kayyisa terlihat ceria, berbicara tentang banyak hal—pekerjaan, kehidupan sehari-hari, dan rencana masa depan. Alfaro mendengarkan dengan seksama, tetapi dia merasa ada sesuatu yang hilang. "Kenapa aku tidak merasa seantusias dia?" pikirnya.

Dia mencoba untuk terlibat dalam percakapan, tetapi saat Kayyisa berbicara, Alfaro merasa seperti ada jarak yang tidak bisa dia jembatani. "Apa ini hanya perasaan sementara?" tanyanya dalam hati.

Kayyisa tersenyum lebar, "Aku senang kita bisa menghabiskan waktu bersama. Ini terasa spesial." Dia menatap Alfaro dengan mata yang penuh harapan.

Namun, Alfaro merasa hatinya dingin. "Apa yang terjadi dengan perasaanku?" Dia mencoba mengingat kembali momen-momen indah yang telah mereka lalui, tetapi semua terasa samar. "Seharusnya aku merasa bahagia, tapi kenapa aku merasa hampa?"

Ketika mereka mulai menyantap makanan, Alfaro berusaha untuk tersenyum dan terlibat dalam percakapan, tetapi rasa hambar itu terus mengganggu pikirannya. Dia merasa seolah-olah dia sedang menjalani rutinitas tanpa emosi yang mendalam.

"Sayang, kamu baik-baik saja? Kamu terlihat seperti kurang oke," Kayyisa bertanya, khawatir.

"Oh, ya. Maaf, aku hanya sedikit memikirkan banyak hal," Alfaro menjawab, berusaha untuk tidak menunjukkan ketidaknyamanannya. Namun, dia tahu bahwa kejujuran adalah kunci dalam hubungan mereka.

Setelah beberapa saat, Kayyisa bertanya, "Apa kamu memikirkan tentang masa depan kita?"

Alfaro merasa hatinya bergetar. "Sebenarnya... aku merasa kita perlu berbicara tentang perasaan kita," dia berkata dengan hati-hati. "Aku ingin jujur padamu."

Kayyisa menatapnya dengan serius, "Tentang apa?"

"Aku mulai merasa bahwa ada sesuatu yang hilang dalam perasaanku terhadapmu," Alfaro mengakui, merasakan ketegangan di udara. "Aku tidak ingin menyakiti hatimu, tetapi aku tidak merasa sekuat yang aku harapkan."

Setelah Alfaro mengungkapkan perasaannya, suasana di meja makan menjadi sangat berat. Kayyisa menundukkan kepala, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang di matanya. "Aku tidak tahu bahwa kamu merasa seperti ini," katanya dengan suara bergetar.

Alfaro merasa hatinya remuk melihat Kayyisa yang biasanya ceria kini tampak begitu terluka. "Aku minta maaf, Kayyisa. Aku tidak ingin menyakitimu. Ini sangat sulit bagiku juga," katanya dengan penuh penyesalan.

Kayyisa menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk mengumpulkan kekuatannya. "Aku sudah merasakan ada jarak di antara kita, tapi aku berharap itu hanya fase sementara. Aku cinta sama kamu. Kamu beda dari yang lain. Bahkan aku mencoba untuk memperbaiki diri berusaha untuk menyesuaikan agar kamu tidak kecewa." ungkapnya dengan penuh emosi.

Air mata mengalir di pipi Kayyisa, dan Alfaro merasa bingung. Dia ingin menenangkan Kayyisa, tetapi dia juga tahu bahwa kejujuran adalah hal yang paling penting saat ini. "Aku tahu, dan aku menghargai semua yang telah kita lalui bersama. Tapi aku tidak ingin kita terus berada dalam hubungan yang tidak saling melengkapi, bahkan aku juga tidak ingin kita terjebak dalam hubungan yang tanpa rasa." jawabnya dengan lembut.

Kayyisa menatap Alfaro dengan mata yang penuh harapan yang mulai pudar. "Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang? Apakah ini berarti kita harus berpisah?" tanyanya, suaranya hampir tidak terdengar.

Alfaro merasa sangat berat untuk menjawab pertanyaan itu. "Aku tidak ingin merusak semua kenangan indah kita. Mungkin kita perlu waktu untuk merenung dan mencari tahu apa yang sebenarnya kita inginkan," katanya, berusaha memberikan pengertian.

Kayyisa mengangguk pelan, namun air mata masih mengalir. "Aku tidak tahu apakah aku bisa menerima ini. Rasanya sangat menyakitkan," dia mengaku, suaranya penuh kepedihan.

"Aku juga merasa sakit, Kayyisa. Ini bukan keputusan yang mudah. Aku sangat menghargai kamu dan semua yang telah kita lalui bersama,"

Mereka berdua terdiam, masing-masing tenggelam dalam pikiran dan perasaan mereka. Alfaro ingin menenangkan Kayyisa, tetapi kata-katanya terasa tidak cukup untuk menghapus rasa sakit yang dirasakannya.

Akhirnya, Kayyisa berkata, "Mungkin kita perlu waktu terpisah untuk benar-benar memahami apa yang kita inginkan." Dia menghapus air matanya dan mencoba tersenyum meskipun wajahnya terlihat sedih. "Aku akan menghormati keputusanmu, Alfaro. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku akan selalu menghargai hubungan kita."

Alfaro merasa sangat berat mendengar kata-kata itu. "Aku juga akan selalu menghargai semua yang kita miliki. Mari kita beri waktu untuk diri kita sendiri dan melihat apa yang terjadi." Kayyisa mengangguk memahami dan ia berpamitan untuk pergi meninggalkan Alfaro. Alfaro menawarkan Kayyisa untuk mengantarnya pulang. Tetapi Kayyisa hanya melepaskan genggaman tangan Alfaro lalu pergi tanpa sepatah kata apapun.

1
LISA
Aq mampir Kak
Arachikimchi: haloo! selamat membaca~
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!