NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Berbalut Dendam

Terjerat Cinta Berbalut Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / CEO / Konflik etika / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Laksamana_Biru

Berawal dari kesalahan yang Faiz Narendra lakukan di masa lalu, membuat hidup Keluarga Narendra terancam bahaya.

Berbagai teror, dan rentetan penyerangan dilakukan secara diam-diam, oleh pelaku misterius yang menaruh dendam kepadanya.


Namun bukan hanya pelaku misterius yang berusaha menghancurkan Keluarga Narendra.


Konflik perebutan pewaris keluarga, yang dilakukan oleh putra sulungnya, Devan Faiz Narendra, yang ingin menjadikan dia satu-satunya pewaris, meski ia harus membunuh Elvano Faiz Narendra, adik kandungnya sendiri.



Sedangkan Elvano yang mulai diam-diam menyelidiki siapa orang yang meneror keluarganya. Tidak sengaja dipertemukan, dengan gadis cantik bernama, Clarisa Zahra Amanda yang berasal dari keluarga sederhana, dan kurang kasih sayang dari ayahnya selama hidupnya.

Ayah Clarisa, Ferdi tidak pernah menyukai Clarisa sejak kecil, hanya karena Clarisa terlahir sebagai anak perempuan. Ferdi lebih menginginkan bayi laki-laki untuk meneruskan keturunannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laksamana_Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Hari ini Arlo berencana menemui calon investor di proyek terbarunya. Dia sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan rapi, termasuk proposal bisnis yang telah dia susun semalam.

Arlo menaruh harapan besar pada pertemuan hari ini dengan Mr Lee, seorang pembisnis sukses yang berasal dari luar negeri namun memiliki darah keturunan Indonesia.

Arlo sudah merencanakan pertemuan ini secara matang. Dia akan menawarkan kerja sama dengan Mr Lee untuk menjadi investor utama dalam pembangunan pusat perbelanjaan yang akan dia dan Faiz, jalankan.

Pusat perbelanjaan tersebut akan menjadi proyek besar pertama bagi Arlo dan Faiz, dan mereka butuh dukungan finansial yang cukup besar untuk mewujudkannya.

Setelah melakukan persiapan, Arlo segera menuju ke hotel tempat Mr Lee menginap. Saat sampai di lobi hotel, Arlo disambut oleh seorang resepsionis yang ramah.

Dia memberitahu bahwa Mr Lee sudah menunggu Arlo di ruang tengah. Arlo pun segera menuju ke ruang tengah hotel.

Di sana, dia melihat seorang pria dengan pakaian jas rapi sedang duduk santai, sambil membaca koran. Arlo yakin itu adalah Mr Lee. Dia menghampiri pria tersebut dan memperkenalkan diri.

"Selamat pagi, Pak Lee. Saya Arlo," sapa Arlo tersenyum ramah sambil menjabat tangan

Mr. Lee Mr Lee menoleh dan tersenyum. "Oh, selamat pagi Arlo. Silakan duduk," ucap Mr. Lee dan membalas jabatan tangan Arlo.

"Terima kasih Mr. Lee" ucap Arlo sambil duduk di kursi yang berada di depan Mr. Lee.

"Oke ada hal apa dengan kunjunganmu kali ini?" tanya Mr. Lee langsung ke inti pertemuan.

"Saya datang hari ini untuk membicarakan proyek pembangunan pusat perbelanjaan bersama Faiz. Kami ingin mengajak Mr. Lee untuk menjadi investor utama dalam proyek ini." ujar Arlo sambil menyodorkan beberapa berkas kepada Mr. Lee.

"Oh, begitu. Proyek apa ini? Dan mengapa kalian memilih saya sebagai investor utama?" tanya Mr. Lee meminta penjelasan lebih lanjut.

"Proyek ini adalah pembangunan pusat perbelanjaan modern, yang akan menjadi pusat perbelanjaan terbesar di kota ini" ujar Arlo

"Kami melihat Mr. Lee memiliki pengalaman, dan keberhasilan dalam dunia bisnis, maka dari itu kami pikir Mr. Lee akan menjadi mitra yang tepat untuk proyek ini." sambungnya memberi penjelasan mengenai proyek yang ia tawarkan

"Menarik. Apa yang membuat kalian yakin bahwa proyek ini akan sukses?" tanya Mr. Lee

"Kami telah melakukan studi pasar yang mendalam, dan melihat potensi besar di kota ini untuk memiliki pusat perbelanjaan yang modern, dan lengkap. Selain itu, kami juga memiliki tim yang terampil dan berpengalaman dalam bidang ini." Jelas Arlo

"Saya tertarik dengan proposal kalian. Namun, saya perlu melihat rincian proyek ini lebih lanjut sebelum saya membuat keputusan. Bisakah kalian memberikan proposal lengkap kepada saya?" pinta Mr. Lee

"Tentu saja, Mr. Lee, kami akan segera menyusun proposal lengkap dan mengirimkannya ke alamat email yang telah Anda berikan. Kami harap Mr. Lee dapat mempertimbangkan tawaran kerjasama ini." balas Arlo tersenyum percaya diri

"Baiklah, saya akan menunggu proposal lengkap dari kalian. Tentu saja, saya akan mempertimbangkan tawaran ini dengan serius. Terima kasih atas kunjungannya hari ini." ucap Mr. Lee berdiri dan bergegas pergi untuk menghadiri rapat selanjutnya

"Terima kasih banyak, Mr. Lee. Kami berharap dapat bekerja sama dengan Anda dalam proyek ini. Sampai jumpa." balas Arlo sembari membungkuk hormat.

Setelah bertemu dengan Mr Lee di lobi hotel, Arlo segera menelpon Faiz untuk bertemu di kantornya. Dan mulai menyusun proposal lengkap untuk proyek pembangunan pusat perbelanjaan.

Mereka bekerja keras untuk memastikan proposal mereka menarik dan meyakinkan agar Mr Lee mau menjadi investor utama dalam proyek tersebut

****************

Jam pulang kuliah sudah berakhir. Suasana kampus yang semula ramai dengan suara mahasiswa bergegas keluar dari ruang kuliah, kini menjadi sepi.

Di tengah kerumunan orang yang bergegas meninggalkan kampus, Mata Elvano justru terus memperhatikan Clarisa, yang sedang menuju parkiran kampus.

Gadis itu tampak begitu anggun dengan gaya rambut long wavy hair-nya, yang tergerai indah di angin senja, membuat Elvano tak bisa berhenti memperhatikannya.

Hanya dengan melihat senyumannya yang manis, Elvano sudah merasakan getaran aneh di hatinya. Dia merasa tertarik pada gadis itu tanpa tahu alasan yang pasti.

Rafi dan Edwin yang juga bergegas ingin pulang kerumah, tiba-tiba mata mereka tertuju pada Elvano yang sedang memperhatikan Clarisa dari jauh. Rafi dan Edwin saling bertukar pandang sebelum akhirnya menghampiri Elvano.

"Bro, kalau lo suka sama Clarisa, kenapa nggak bilang aja ke dia?" ujar Rafi sambil tersenyum.

Elvano terperanjat dan refleks membalas, "Eh apasih gak ada" Namun, terlihat jelas raut wajahnya yang sedikit berubah dan tidak bisa menyembunyikan perasaannya.

"Yakin ni?" tanya Edwin sambil tersenyum lebar

"Hmm" dehem Elvano yang mulai menetralkan perasaannya.

Gila masa secepet ini sih gue suka sama dia. Gak ini bukan suka atau pun cinta. Ini cuma rasa kagum aja, batin Elvano yang masih terasa gelisah. 

"Udah kalau lo suka, sana samperin dan lo nyatain perasaan lo" saran Rafi.

"Betul itu" sahut Edwin.

"Tapi kalau akhirnya lo di tolak sama Clarisa jangan nangis ya" goda Rafi dan membuat Edwin tertawa.

"Hahaha, bener tuh. Soalnya ni ya, gue kasih tau. Itu si Clarisa udah banyak banget cowok yang nembak dia. Tapi semuanya di tolak sama Clarisa" ujar Edwin.

"Serius?" tanya Elvano tidak percaya, jika masih ada cewek yang susah di ajak pacaran.

Atau jangan-jangan itu cuma topeng palsu Clarisa. Berlagak nolak semua cowok, eh tau-taunya simpenan dia banyak banget. Tapi diliat dari tatapannya, dia gak mungkin gitu deh, pikir Elvano sambil melihat Clarisa yang masih berada di parkiran kampus, dan tak terasa Elvano tersenyum melihatnya.

"Pssttt" panggil Rafi berbisik dan membuat Edwin menoleh

"Iya kenapa?" tanya Edwin yang tidak kalah berbisik.

"Kayaknya sahabat kita satu ini sedang jatuh cinta," ucap Rafi tersenyum

Elvano mendengar mereka berbisik, lalu membalas tanpa ekspresi, "Apa maksudmu, Rafi?"

Rafi dan Edwin saling bertukar pandang sebelum Rafi kembali bicara, "iya, lo tahu sendiri. Bahkan Edwin pun bisa melihatnya. Lo gak perlu menyembunyikan perasaan lo, El"

Elvano menggeleng pelan, "Gue gak tahu apa yang kalian bicarakan"

Rafi tersenyum penuh arti, "Sudahlah, Elvano. Lo gak perlu malu. Bahkan tanaman di sekitar kita bisa merasakan getaran asmara yang terpancar dari diri lo." Ucapnya mengoda Elvano

Edwin ikut tertawa, "Iya, pubertas pertama mungkin ya, hahaha"

Elvano menatap keduanya dengan sedikit kesal, namun akhirnya ikut tersenyum, "Kalian berdua makin ngaco"

"Tapi memang benar, Elvano. Kadang melihat seseorang dari jauh, dan mengaguminya diam-diam itu lebih menenangkan daripada mendekat, bukan?" tanya Rafi

Elvano terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Iya, memang begitu. Terkadang melupakan ekspektasi, dan hanya menikmati momen tanpa harus berharap terlalu banyak." ucapnya sambil menghela nafas.

Edwin menimpali, "Tapi dalam diam-diam itu, hati bisa lebih terbuka dan jujur. Meskipun lo tahu bahwa tidak mungkin memiliki dia seutuhnya"

Rafi mengangguk setuju, "Dan pada akhirnya, kita hanya bisa mengaguminya dari kejauhan. Meski terkadang hati ini ingin meraihnya, tapi logika selalu menghalangi."

Elvano tersenyum getir, "Gue ngerti. Kadang jauh dari harapan itu membuat kita semakin terjaga. Apalagi sudah melihat janur kuning melengkung, membuat kita hanya bisa menatap dari kejauhan"

"Ya setrika aja Mas e , biar lurus lagi" sahut Rafi dan Edwin tertawa. Sedangkan Elvano hanya menatap datar kedua sahabatnya itu.

"Udah-udah lupakan tentang itu. ada yang mau gue omongin ma kalian" ujar Elvano.

"Tentang apa?" tanya Rafi

"Keluarga gue di ancam" balas Elvano membuat kedua temannya terkejut.

"Serius, jadi itu kaki lo beneran bekas luka tembak" tanya Edwin yang masih tidak percaya.

"Iya bener, tapi lukanya gak seberapa dalem sih" ujar Elvano.

"Terus itu gimana kelanjutannya. Lo gak curiga sama siapa gitu?" tanya Rafi.

"Untuk sekarang gue fokus mau cari pelaku peneror keluarga gue. Yang pasti gue yakin jika orang itu pasti gak jauh dari sekitar sini, dan yang pastinya selalu mengawasi gerak gerik anggota Keluarga Narendra." ujar Elvano.

********************

Wulan keluar dari swalayan dengan tas belanjaan penuh. Hari ini, ia merasa senang karena berhasil menemukan diskon besar-besaran untuk kebutuhan sehari-hari.

Namun, senyumnya tiba-tiba menghilang saat ia melihat Ajeng, mantan ibu mertuanya yang selalu menunjukkan sikap dingin dan sinis padanya.

Wulan mengatur napasnya, mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya berdebar kencang. Ia tak pernah menyangka akan bertemu dengan Ajeng di tempat seperti ini.

"Ah, ternyata kamu masih berani muncul di hadapanku, Wulan," ujar Ajeng dengan suara dingin.

"Ada apa, ibu? Apa yang ibu inginkan dariku?" tanya Wulan, mencoba menyembunyikan ketakutannya.

"Apa yang kamu lakukan di sini? Memboroskan uang anak saya lagi?" tanya Ajeng dengan nada sinis.

Wulan merasa tersinggung oleh perkataan Ajeng. "Saya hanya sedang berbelanja kebutuhan sehari-hari, bukan memboroskan uang siapapun," balas Wulan

"Terlebih, saya dan Mas Ferdi sudah bercerai, jadi saya tidak mempunyai urusan dengan anda" lanjutnya dengan tegas

Ajeng tersenyum sinis. "Hah, kamu pikir bisa mendapatkan simpati dariku, setelah membuat putraku menderita selama ini? Kamu sama sekali tidak pantas menjadi bagian dari keluarga kami"

"Udah miskin juga belagu. Kalau dulu anak saya gak nikah sama kamu, ck pasti kamu juga gak bakalan laku" ejeknya sambil tersenyum merendahkan, membuat

Wulan merasa geram oleh kata-kata Ajeng. Dia mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya sedang berdesir. Wulan merasa tersinggung dengan perkataan Ajeng. Ia menggenggam erat pegangan tas belanjaannya, mencoba menahan amarah yang memuncak.

Namun, ia tahu betul bahwa bertengkar dengan Ajeng tidak akan menyelesaikan masalah. Ia hanya perlu menjaga ketenangan dan segera pergi dari situ.

"Saya tidak ingin bertengkar dengan Anda. Saya permisi ingin pulang," ucap Wulan bergegas pergi, namun Ajeng menahan tanganya.

"Kamu pikir bisa lepas begitu saja setelah menyakiti anakku? Kamu benar-benar tidak tahu diri," ujar Ajeng semakin marah Wulan mencoba untuk menghindari situasi yang semakin memanas.

"Sudahlah, Ibu. Saya sudah meminta maaf, dan mencoba untuk melupakan masa lalu. Saya hanya ingin pergi sekarang," ucapnya dengan suara yang gemetar.

Tiba-tiba, Ajeng menarik lengan Wulan dan menatapnya dengan tajam. "Kamu tidak akan pergi begitu saja. Kamu harus menerima hukumanmu," ujarnya dengan suara dingin.

Wulan merasa ketakutan dan mencoba untuk melepaskan diri namun Ajeng terlalu kuat. Wulan mencoba untuk berteriak meminta pertolongan namun tidak ada seorang pun yang mendengarnya.

"Aku akan memberikanmu hukuman yang pantas untuk perbuatanmu!" ujar Ajeng sambil menarik Wulan ke dalam mobilnya.

1
Abu Bakar Siddiq
ceritanya keren
gak bisa berkata kata banyak
Abu Bakar Siddiq
banyak cari inspirasi lagi
Maximilian Jenius
Jangan berhenti menulis, ceritamu bagus banget!
Webcomics fan #2
Tidak bisa berhenti
Rubí 33-12
Gak bisa lupain cerita yang dilukiskan oleh author.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!