NovelToon NovelToon
Merebut Kembali Bahagiaku

Merebut Kembali Bahagiaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Pelakor / Kebangkitan pecundang / Dendam Kesumat / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:173.9k
Nilai: 4.9
Nama Author: Seraphine E

Hidup Dina hancur ketika suaminya, Ronny, berselingkuh dengan sahabatnya, Tari. Setelah dipaksa bercerai, ia kehilangan hak asuh bayinya yang baru lahir dan diusir dari rumah. Patah hati, Dina mencoba mengakhiri hidupnya, namun diselamatkan oleh Rita, seorang wanita baik hati yang merawatnya dan memberi harapan baru.

Dina bertekad merebut kembali anaknya, meski harus menghadapi Ronny yang licik dan ambisius, serta Tari yang terus merendahkannya. Dengan dukungan Rita, Ferdi dan orang - orang baik disekitarnya, Dina membangun kembali hidupnya, berjuang melawan kebohongan dan manipulasi mereka.

"Merebut kembali bahagiaku" adalah kisah tentang pengkhianatan, keberanian, dan perjuangan seorang ibu yang tak kenal menyerah demi kebenaran dan keadilan. Akankah Dina berhasil merebut kembali anaknya? Temukan jawabannya dalam novel penuh emosi dan inspirasi ini.

Mohon dukungannya juga untuk author, dengan like, subs, vote, rate novel ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seraphine E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Pagi itu, suasana masih sunyi ketika suara bel pintu apartemen mendadak memecah keheningan. Dina yang baru bangun dan masih sedikit mengantuk, berjalan cepat menuju pintu. Namun, langkahnya terhenti seketika ketika di hadapannya muncul Ferdi.

Ferdi berdiri di ambang pintu kamarnya, rambutnya masih basah, meneteskan air setelah mandi. Dia hanya mengenakan jubah mandi yang memperlihatkan tubuhnya yang kekar dan dada bidangnya sedikit terbuka.

Dina langsung merasa gugup. Wajahnya memanas saat menyadari penampilan Ferdi. Seketika, jantungnya berdetak lebih cepat.

"Maaf... Aku... aku pikir kau sudah pergi," kata Ferdi terbata-bata, jelas dia juga tidak menduga akan bertemu Dina dalam keadaan seperti itu.

Dina tidak tahu harus berkata apa. Dengan wajah memerah, dia hanya bisa mengangguk kikuk sebelum berbalik dan berlari kembali ke kamarnya. Rasa malunya tak terbendung. Begitu dia sampai di kamar, Dina menutup pintu dengan cepat, bersandar di belakangnya, dan menarik napas panjang untuk menenangkan diri.

Di sisi lain, Ferdi yang sama-sama merasa canggung, kembali ke kamarnya dengan langkah tergesa. "Kenapa aku keluar seperti ini...," bisiknya, merasa malu pada dirinya sendiri. Dia tak menyangka Dina masih ada di apartemen.

Keduanya sama-sama terdiam di balik pintu masing-masing, merenungkan pertemuan singkat yang tak terduga itu.

****

Suara bel yang terus berbunyi seolah semakin menambah ketegangan dalam apartemen. Setelah mengumpulkan keberanian dan memastikan Ferdi sudah tidak ada di ruang tengah, Dina perlahan berjalan menuju pintu. Jantungnya masih berdegup kencang akibat insiden canggung dengan Ferdi tadi.

Dengan hati-hati, Dina mengintip melalui lubang pintu untuk melihat siapa yang datang. Wajahnya langsung berubah terkejut saat mengenali sosok yang berdiri di luar. Itu adalah Aldo.

Dina merasa panik. Dia tahu Aldo adalah orang yang tajam dalam membaca situasi, dan dia tidak bisa membiarkan Aldo melihat sesuatu yang mencurigakan di apartemen ini. Tanpa berpikir panjang, Dina segera berlari ke kamar Ferdi untuk memberitahu.

Dia mengetuk pintu kamar Ferdi dengan panik, berharap dia cepat membuka. "Pak Ferdi, cepat! Pak Aldo ada di depan pintu!" bisiknya cemas dari balik pintu, berharap Ferdi segera keluar.

****

Ferdi menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Dia menyuruh Dina dengan tegas, tapi pelan, "Cepat, sembunyi di kamarmu. Jangan keluar sampai dia pergi."

Dina mengangguk, dengan cepat berlari masuk kembali ke kamar tamu. Meskipun di antara mereka tidak ada apa-apa, situasi sekarang cukup mencurigakan. Dina menutup pintu dengan hati berdebar, telinganya masih mencoba mendengar percakapan di luar.

Ferdi membuka pintu apartemen dengan senyum yang dipaksakan. "Aldo, pagi-pagi sekali datang kemari. Ada apa?"

Aldo, yang tampak santai dengan tangan di saku, tersenyum balik. "Mobilku di bengkel. Kupikir kita bisa pergi ke kantor bareng. Kebetulan kau ada disini kan?"

"Darimana kau tahu, kalau aku ada disini?" tanya Ferdi.

"Oh, aku menelpon tante Rita. Dia bilang, kau tidak pulang semalaman. Jadi aku pikir kau pasti ada disini, dan ternyata aku benar" jawab Aldo terkekeh.

Ferdi berusaha tetap tenang, meskipun pikirannya masih memikirkan Dina yang bersembunyi di dalam. "Oh, begitu. Baiklah, beri aku waktu sebentar. Aku masih harus bersiap-siap," katanya, mencoba terdengar biasa saja.

Aldo menyandarkan diri di pintu dengan santai. "Santai aja, aku tidak sedang buru-buru." kata Aldo sambil melangkahkan kakinya masuk kedalam apartemen.

Aldo mengernyit heran ketika Ferdi tiba-tiba menutup pintu di hadapannya. Dia baru akan melangkah masuk. Beberapa detik kemudian, pintu terbuka lagi, dan Ferdi menatapnya dengan senyum canggung.

"Maaf, apartemenku baru saja dibersihkan," ujar Ferdi cepat, tangannya masih menggenggam gagang pintu, seolah tak ingin membiarkan Aldo melihat ke dalam. "Lebih baik kau tunggu di luar sebentar, aku merasa tidak enak kalau masih berantakan."

Aldo mengangkat alis, merasa ada yang aneh dengan tingkah Ferdi. "Hah? Baru dibersihkan? Kok tumben sekali kau rewel soal kebersihan?"

Ferdi tertawa tipis, berusaha menormalkan suasana. "Yah, tidak enak juga kalau kau melihat apartemen ini berantakan. Lagipula, aku hanya membutuhkan waktu sebentar untuk bersiap-siap."

Aldo melirik curiga, namun akhirnya mengangkat tangan tanda menyerah. "Oke, oke. Aku tunggu di luar, tapi jangan terlalu lama ya."

Ferdi mengangguk cepat, menutup pintu lagi dengan hati-hati. Setelah memastikan Aldo benar-benar menunggu di luar, dia menghela napas panjang, lega karena bisa menghindari situasi yang lebih rumit.

Sementara itu, di dalam kamar tamu, Dina duduk di tepi tempat tidur dengan perasaan cemas. Dia bisa mendengar samar-samar percakapan antara Ferdi dan Aldo, dan merasa sedikit lega saat tahu Aldo tidak masuk.

****

Aldo menyeringai nakal sambil menyandarkan tubuhnya ke dinding koridor apartemen. Pikirannya mulai berkelana, membayangkan berbagai kemungkinan di balik sikap Ferdi yang mendadak tertutup dan aneh pagi ini. "Wah, wah, Ferdi akhirnya bertemu juga dengan seorang wanita," batinnya, hampir tertawa sendiri.

"Orang dingin dan serius seperti dia ternyata bisa juga membawa wanita ke tempat suci ini." Aldo bergumam pelan sambil menggeleng-gelengkan kepala, merasa lucu.

Aldo menyebut apartemen milik Fifi sebagai tempat suci, karena Ferdi yang tidak pernah membiarkan wanita manapun untuk menginjakkan kaki ke tempat itu selain Rita dan bibi asih, yang sekali -kali datang untuk membersihkan apartemen.

Bahkan, Aldo yang merupakan sepupu dekatnya, bisa dihitung dengan jari kapan dia bisa menginjakkan kakinya kesini.

Aldo mengenal Ferdi sebagai pria yang selalu menjaga jarak dan lebih fokus pada pekerjaan daripada hubungan asmara. Maka dari itu, dia langsung menyimpulkan kalau Ferdi mungkin sedang menyembunyikan seseorang di dalam.

Meskipun tebakannya benar dalam hal Dina berada di dalam apartemen, Aldo tetap salah mengira tentang situasinya. Tidak ada romansa di antara mereka, hanya keadaan yang kebetulan dan menegangkan. Namun, pikiran Aldo yang sudah melesat jauh membuatnya semakin yakin bahwa Ferdi akhirnya mulai membuka hatinya untuk seseorang. Aldo tersenyum puas, memikirkan bagaimana dia bisa menggoda sepupunya nanti.

****

Ferdi berdiri di depan pintu kamar Dina, sedikit canggung. "Aku berangkat dulu ke kantor," katanya singkat. Dia merogoh dompetnya, lalu memberikan sejumlah uang kepada Dina. "Ini, buat ongkos taksi. Jangan sampai terlambat."

Namun, Dina tersenyum dan menolak halus. "Terima kasih, Pak Ferdi. Tapi saya pikir, saya akan naik ojek saja nanti," jawabnya sopan. "Kantor kita tidak terlalu jauh, dan masih ada waktu sekitar satu jam sebelum jam masuk."

Ferdi menatapnya sejenak, kemudian mengangguk perlahan. "Baiklah, tapi pastikan kamu sampai tepat waktu, ingat kalau hari ini akan ada meeting" ucapnya dengan nada datar, tapi tetap ada sedikit kekhawatiran dalam suaranya.

Dina hanya mengangguk, berterima kasih sekali lagi. Ferdi kemudian berbalik, berjalan keluar kamar, dan menghilang di balik pintu. Saat pintu apartemen menutup di belakangnya, Dina menghela napas lega, bersiap-siap untuk menjalani harinya sendiri.

Sementara itu, Ferdi di luar apartemen menahan senyum kecil. Meski Dina menolak bantuannya, dia merasa tenang karena tahu Dina akan baik-baik saja. Hal itu tentu saja membuat Aldo semakin yakin dengan dugaannya jika Ferdi sudah memiliki seorang kekasih tersembuyi.

****

Setelah Ferdi pergi, Dina segera merapikan dirinya dan bersiap menuju kantor. Perasaan sedikit canggung masih tersisa setelah pagi yang penuh kejutan, tetapi dia berusaha untuk tetap fokus. Dia melangkah keluar dari unit apartemen dengan hati-hati, memastikan semuanya sudah rapi.

Namun, tanpa disadari Dina, dari kejauhan sepasang mata memperhatikannya dengan penuh amarah. Tiara, yang kebetulan tinggal di gedung yang sama, menahan geram saat melihat Dina keluar dari apartemen Ferdi. Di kepalanya, semua kecurigaan dan prasangka semakin menguat. Dengan gerakan cepat, Tiara mengangkat ponselnya dan memotret Dina yang baru saja keluar dari apartemen Ferdi, menyimpan gambar itu sebagai 'bukti' yang akan ia gunakan di lain waktu.

"Hah, ternyata benar!" gumam Tiara sinis, menggenggam ponselnya erat. Amarah dan kecemburuan membara di matanya. Di pikirannya, ini menjadi senjata yang sempurna untuk menjatuhkan Dina di hadapan Ferdi dan mungkin seluruh kantor.

Tiara merasa hatinya mendidih saat menatap ponsel yang menampilkan gambar Dina keluar dari apartemen Ferdi. Sudah sejak lama Tiara berharap bisa mendekati Ferdi, dan semua upaya yang dia lakukan—mulai dari menyewa unit apartemen di lantai yang sama, mencari-cari alasan untuk bertemu di kantor, hingga mencoba tampil lebih menonjol—semuanya terasa sia-sia.

Dia selalu membayangkan Ferdi akan memperhatikannya suatu hari nanti. Tiara yakin, jika mereka lebih sering bertemu di gedung yang sama, dia bisa perlahan-lahan menarik perhatian pria itu. Namun, kenyataan pahit yang ia lihat pagi ini benar-benar menghancurkan harapannya.

Tiara menggigit bibirnya, matanya memancarkan kekecewaan dan amarah. "Apa yang sebenarnya Dina lakukan di sana? Apa mereka sudah memiliki hubungan selama ini?" pikirnya penuh kecemburuan. Ferdi, pria yang selalu terlihat begitu serius dan dingin, kini tampaknya lebih memperhatikan Dina daripada dirinya. Itu adalah pukulan telak bagi harga dirinya.

Dengan tangan gemetar, Tiara memandang foto Dina sekali lagi. "Lihat saja nanti, apa yang akan aku lakukan" gumamnya pelan namun tegas. Dia bertekad, kali ini dia akan melakukan sesuatu untuk mengungkap apa yang terjadi. Tiara tersenyum tipis, sudah membayangkan bagaimana dia akan memanfaatkan foto itu untuk mempermalukan Dina.

1
Lee Mba Young
kasian bayi nya, semoga gk berhasil atau keguguran saja. tari ngambil bayi itu gk ikhlas bayi itu cm buat senjata untuk di manfaat kan. sdng nenek si bayi butuh uang mkne tega seperti itu.
aku kl masalh bayi di adopsi hnya untuk kepentingan sungguh gk tega. aku gk setuju kl yg bgini. tari bukan tulus ma si bayi tp modus. dah di kasih penyakit ma karma bkn insyaf mlh makin menjadi.
Lee Mba Young
semoga bayi nya gk selamat, niat saja dah jelek ambil bayi itu untuk harta. tp pelakor apa sih yg di mau kl bkn harta. semoga gk berhasil deh.
Soraya
bu Ratna teriak teriak akhirnya tetangganya pada tau klo siti hamil
Soraya
Tari takut dipatuk ayam kakinya
Konny Rianty
jodoh kan dina sm ferdy thorrr...😊😊
murni l.toruan
Tari nungguin karma nih ya Thour
Sunaryati
Semoga Ronny cepat hancur, dari dalam ada Tari, Tedi, Mita dan dari Luar dari Dina
Soraya
Tari kok tau klo papa nya dah sadar dri koma
Soraya
Mami Rita Thebes,
Lee Mba Young
o tari ternyata ingin gunakan bayi untuk dpt harta Rony kurasa. ternyata masih picik pikirannya kn pling gk harta Rony hak dr anak kandungnya. kupikir dah insaf ternyata di balik ia menyerahkan bayi Rony pd ibunya ia punya rencana ambil bayi lain buat dpt in harta rony ya. ya bgitulah pelakor apa sih yg di ingin kan paling cm ngincer harta kan. kl bkn Rony orang kaya gk mungkin juga dia mau jd selingkuhan.
Sunaryati
Semoga impian Bu Tita kamu kabulkan Dina atas izin dan restu Author. Aku benar-benar salut atas cerita yg benar- benar hidup serasa nonton drama , Author memang the best
murni l.toruan
Rony punya malu nggak?
Soraya
ada yah orang tua kayak gitu
Soraya
dimana mana anak yg masih dibawah umur apa lagi masih bayi dh pasti ibunya yang lebih berhak mengurus anak nya
Soraya
klo hak asuh dimenangkan sama Ronny q stop baca, walaupun ini cuma cerita halu ya harus ada logika nya juga lah
Soraya
karma mu mulai berjalan Tari
Soraya
aneh orang kaya kok kulkasnya kosong ga ada isinya
Sunaryati
Ealah ingin hidup enak kok cuma dengan memanfaatkan anak gadisnya yang belum tentu masih perawan, ndak usah susah- susah cari menantu kaya jadi istri kedua, jual saja Cintya, Bu Marta jadi mucikarinya, dapat untung juga/Facepalm//Facepalm/
murni l.toruan
Mirisnya hidup Gio, ada bundanya tapi tdk bisa merasakan pelukan hangat yang tulus
murni l.toruan
Rony punya hati nurani ngak ya, tega banget misahi anak dengan ibu kandung yang memiliki ikatan batin. Semoga Rony secepatnya dapat karma
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!