Demi menjaga nama baiknya sendiri Aylin sampai rela terjerat dosennya yang galak.
"Pak Aland = Sialand." Aylin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TDG Bab 27 - Putri Pembohong
Aylin dan Nora akhirnya bertemu secara langsung setelah mereka saling meminta maaf melalui obrolan di dalam grup semalam.
Bertemu secara langsung seperti ini ternyata membuat suasana jadi sedikit terasa canggung. Namun akhirnya Nora bicara lebih dulu. "Aku serius tentang semalam, semoga setelah ini hubungan kita jadi lebih baik," kata Nora.
"Aku tidak menyukai William, aku hanya menganggapnya sebagai teman. Jadi jangan salah paham tentang hal itu," balas Aylin, langsung membicarakan tentang hal ini, mumpung tidak ada William diantara mereka.
Kenapa Aylin bicara begini? karena dia tahu, William adalah sumber permasalahan mereka sekarang. Nora menyukai pria itu dan selalu mengira bahwa dia menyukai William. Padahal sedikitpun tidak.
"Benarkah? Lalu kenapa kamu bekerja di perusahaan ini, kamu harusnya bekerja di perusahaan keluarga mu," jawab Nora.
"Kakakku yang memintaku untuk bekerja di sini lebih dulu, kak Nathan dan pak Aland adalah teman dekat. Jadi aku seperti dititipkan," jelas Aylin, bohong. Dia benar-benar telah jadi putri pembohong.
Nora mengangguk-anggukkan kepala, alasan Aylin cukup masuk akal baginya. Bisa saja Aylin dititip di sini agar benar-benar bisa belajar tentang dunia kerja, bukan langsung masuk ke perusahaan keluarganya dengan jabatan yang tinggi.
"Baiklah, karena sekarang kita sudah jadi teman jadi bantu aku untuk lebih dekat dengan William," balas Nora, tak sungkan sedikit pun untuk meminta bantuan seperti itu.
Aylin mengedikan bahu, "Lakukan sendiri, kenapa harus merepotkan aku," balas Aylin.
"Cih! Kamu selalu saja seperti itu, penyendiri," kesal Nora, Aylin tidak seasik Sella.
Ternyata sulit juga untuk membuat hubungan mereka langsung dekat, tetap aja ada perdebatan yang tercipta.
Jam 9 pagi semua karyawan mulai bekerja sesuai job mereka masing-masing, namun alangkah terkejutnya Aylin ketika dia melihat Tante Berta tiba-tiba mengunjungi kantor.
Wanita dengan setelan sosialita itu masuk dan semua karyawan langsung memberi hormat.
Deg! Jantung Aylin sampai terasa copot sendiri, sedang tidak ada pak Aland dan tiba-tiba Tante Berta datang.
Ingin menghindar jadi Aylin mengendap-endap keluar dari meja kerjanya.
"Aylin, apa yang kamu lakukan?" tanya Nora.
William yang mendengar jadi melihat ke arah Aylin.
"Aku sakit perut, aku ke toilet dulu," balas si putri pembohong dengan berbisik. Tanpa pikir panjang dia langsung melipir dari sana, mengambil jalan memutar untuk menuju toilet, bagaimana pun caranya dia tidak boleh bertemu dengan Tante Berta di sini.
Sebab wanita itu belum tau bahw Aylin bekerja di perusahaan.
Untungnya Tante Berta tidak menyadari keberadaan Aylin tersebut, dia terus berjalan menuju kantor sang anak. Was-was sendiri ketika melihat Aland pun tak ada di sana.
"Pak Aland belum datang ke kantor?" tanya mama Berta pada salah satu karyawan, kebetulan yang ditanya adalah Nora karena mejanya berada di paling pinggir.
"Maaf Nyonya, pak Aland memang belum terlihat datang. Coba Anda tanyakan pada sekretaris beliau," balas Nora gugup, sebelumnya dia tak pernah menghadapi situasi seperti ini. Nora juga belum tau siapa wanita ini, dia hanya menebak mungkin masih kerabat pak Aland.
"Panggil saja Ben, aku akan tunggu di ruangan Aland," titah mama Berta.
Ben adalah asisten pribadi sang anak. Aland tidak ada kabarnya lagi setelah pertemuan keluarga dengan Aylin kemarin. Jadi terpaksa mama Berta datang ke sini untuk memperjelas semuanya.
Jika Aland tidak ingin dijodohkan tidak apa-apa, tapi segera nikahi Aylin.
Saat mama Berta masuk ke ruang kerja Aland, Nora pun segera mencari asisten Ben, dalam pencarian itu dia baru tau bahwa wanita itu adalah ibu dari pak Aland.
Sementara Aylin mengurung dirinya di dalam kamar mandi, dalam gugupnya dia coba menghubungi sang dosen, untungnya tadi Aylin pergi dengan membawa ponsel.
Panggilan Aylin terhubung, tapi tidak mendapatkan jawaban. Di jam mengajar seperti ini Aland memang memasang mode diam untuk ponselnya.
"Ya ampun, jawab dong Pak," gumam Aylin, bingung sendiri.
Di luar sana Ben akhirnya menghadap pada sang Nyonya.
"Dimana Aland? Apa dia mengajar?" tanya mama Berta langsung.
"Benar Nyonya, hari ini tuan Aland tidak akan datang ke kantor. Setelah mengajar beliau memiliki janji temu dengan beberapa mahasiswanya untuk bimbingan," jelas Ben apa adanya.
"Apa kamu tau tentang Aylin?" tanya mama Berta lagi, langsung bertanya pada inti tujuannya datang ke sini. Selain menemui Aland, dia pun ingin tahu lebih tentang kekasih anaknya tersebut.
Pertemuan pertama mereka kemarin tidak berjalan dengan baik, sebab belum banyak yang mereka bicarakan namun Aylin sudah pergi duluan.
"Maaf Nyonya, maksud anda Aylin siapa?" tanya Ben, dia tidak tahu jika sang tuan dan Aylin Carter memiliki hubungan.
Aland tidak seterbuka itu dengan masalah pribadinya, tapi Ben cukup tahu bahwa keduanya memang memiliki hubungan yang spesial. Bukan hanya mahasiswi dan dosen pembimbing, bukan pula bos dan anak buah.
Ada sesuatu tapi entah apa.
"Aylin kekasihnya Aland, apa kamu tau sesuatu tentang wanita itu?"
"Maaf Nyonya, saya tidak tahu apapun tentang hal itu," balas Ben jujur.
"Aylin itu mahasiswinya Aland di kampus, kamu tidak tahu juga?" tanya mama Berta lagi.
"Maaf Nyonya, saya tidak tahu."
"Ya ampun, bagaimana sih, memangnya kamu tidak pernah melihat mereka bertemu?"
Ben jadi bingung sendiri harus bagaimana, harus menjawab apa. Karena sepertinya ini bukan ranah dia untuk ikut campur.
Tapi tentang Aylin sang mahasiswi jelas saja dia tahu karena sekarang anak itu bekerja di sini.
"Ya sudah lah, katakan pada Aland untuk pulang ke rumah, katakan padanya mama menunggu," jelas Mama Berta.
"Baik Nyonya, nanti akan saya sampaikan," balas Ben.
Mama Berta kemudian bangkit dari duduknya dan keluar lebih dulu dari ruang kerja tersebut.
Sebelum meninggalkan perusahaan dia putuskan untuk ke kamar mandi lebih dulu, dan alangkah terkejutnya mama Berta saat melihat Aylin di sini.
"Aylin," ucap mama Berta.
Langit di atas kepala Aylin langsung jatuh seketika itu juga.
"Tan-tante," balas Aylin gagap.
Dia belum berhasil menghubungi sang dosen, tapi sudah lebih dulu digrebek oleh Tante Berta.
"Kamu bekerja di sini?" tanya mama Berta lagi, bertanya dengan bibir tersenyum, sebab dia melihat kartu tanda karyawan Aylin gunakan di lehernya.
"Iya Tante, aku karyawan kontrak, tapi aku mohon Tante untuk pura-pura tidak mengenal ku, aku tidak ingin semua karyawan tahu bahwa aku adalah kekasih pak Aland," jawab Aylin, bingung harus bagaimana jadi dia jawab seperti ini.
"Ya ampun, kenapa tidak bilang. Ayo ikut Tante dulu, kita bicara di cafe depan."
"Maaf Tante, aku tidak bisa, aku permisi," jawab Aylin, dengan cepat dia keluar dari kamar mandi tersebut.
Mama Berta jadi lupa apa tujuannya datang ke kamar mandi, dia sontak mengikuti Aylin dan berhasil menahan tangan sang calon menantu.
"Aylin, tunggu dulu Sayang," ucap mama Berta, di sana mulai ada karyawan lain yang melihat mereka.
"Maaf Tante, bersikaplah pura-pura tidak mengenal ku," balas Aylin dengan suara lirih, dia menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat, lalu masuk ke ruang kerjanya dan menuju meja.
Mama Berta tercengang, Aylin memintanya untuk bersandiwara.
"Astaga, astaga, ya ampun, anak itu benar-benar ajaib," gumam mama Berta, syok sendiri.