Alena Ricardo sangat mencintai seorang Abian Atmajaya, tidak peduli bahwa pria itu kekasih saudara kembarnya sendiri. Hingga rela memberikan kehormatannya hanya demi memiliki pria itu.
Setelah semua dia lepaskan bahkan dibuang oleh keluarga besarnya, Alena justru harus menghadapi kemarahan Abian. kehidupan rumah tangganya bagaikan di neraka, karena pria itu sangat membencinya.
Akankah Alena menemukan kebahagiaannya? Dan akankah Abian menyesali apa yang selama ini diperbuatnya, setelah mengetahui rahasia yang selama ini Alena simpan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25
Keesokan harinya.
"Kau masak apa?"
Alena membalik badannya karena terkejut mendengar suara Abian. Terlebih lagi pria itu mengajaknya berbicara, atau kata yang lebih tepatnya bertanya. Karena selama beberapa bulan menikah dengan Abian, pria tidak pernah sekalipun bertanya sesuatu padanya.
"Aku hanya masak nasi goreng," Alena kembali fokus memasak tanpa mempedulikan Abian. Karena sejujurnya dia bingung kenapa tiba-tiba pria itu ada di dapur, karena biasanya Abian langsung pergi ke kantor tanpa mau repot-repot bertanya dirinya sedang masak apa. Bahkan pria itu dulu tidak mau selangkah pun mendekati dapur atau ruang makan jika ada dirinya.
"Kau hanya bikin untuk satu orang?" Abian menelan salivanya saat melihat nasi goreng yang dipindahkan ke dalam piring.
"Ya, aku hanya membuatnya untuk diriku sendiri. Karena aku tahu kau tidak akan pernah mau menyentuh apalagi memakan masakan ku," Alena membawa piring berisi nasi goreng itu ke atas meja makan.
"Bagus kalau kau ingat itu!" Abian mengikuti Alena yang saat ini duduk di ruang makan, memakan nasi goreng tersebut tanpa mempedulikan keberadaannya. "Sial, aku ini kenapa? Masa hanya dengan mencium aroma nasi goreng itu membuatku sangat ingin memakannya," lagi-lagi ia harus menelan salivanya dengan susah payah saat sendok berisikan nasi goreng itu masuk kedalam mulut Alena.
"Tuan Anda ingin sarapan? Kalau iya aku akan membuatnya," ucap pelayan yang membawakan secangkir kopi, saat melihat tuan Abian menatap nyonya Alena yang sedang makan.
Pelayan itu memang tidak pernah membuat sarapan pagi untuk tuan Abian, karena tuannya itu tidak pernah sarapan di rumah. Terlebih lagi sudah tiga minggu majikannya itu tidak pernah pulang ke rumah.
"Tidak perlu!" jawab Abian dengan kesal, berlalu dari ruangan tersebut sambil mengumpat dalam hati.
Sementara itu Alena yang tengah menikmati makanannya, terdiam saat melihat punggung Abian yang menjauh. Dengan terburu-buru dia pun menghabiskan makanannya, karena ingin mengemasi berkas penting ke dalam koper. Tadi malam Alena memang belum sempat berkemas karena terlalu lelah, sehingga baru sempat melakukannya saat ini.
"Nona makanannya tidak dihabiskan?" tanya pelayan, saat melihat nona Alena terburu-buru berjalan menuju kamar.
"Aku sudah kenyang," jawab Alena tanpa menatap kebelakang.
Pelayan itu pun merapihkan piring bekas makan nona Alena, karena sekalian membawa kembali cangkir kopi yang belum disentuh oleh tuan Abian. Namun saat hendak berjalan menuju dapur, pelayan itu terkejut melihat tuan Abian yang kembali ke ruangan tersebut.
"Dimana wanita itu?" tanya Abian, yang kebetulan lewat di depan ruang makan saat ingin kembali ke kamar untuk mengambil berkas yang ketinggalan.
"Nona ada di dalam kamarnya Tuan."
Abian menganggukkan kepalanya. "Eh tunggu dulu! Mau dibawa kemana piringnya?"
"Mau saya bersihkan Tuan, karena nona Alena sudah selesai sarapannya."
"Tidak perlu! Tinggalkan saja piring itu di sana, biar wanita itu yang membersihkannya."
"Tapi Tuan."
"Sudah sana kerjakan pekerjaanmu! Dan ingat jangan pernah membantu wanita itu!"
"Ba-baik Tuan," pelayan tersebut pergi ke dapur karena tidak mau melawan perintah majikannya.
Setelah melihat pelayan nya masuk ke dalam, Abian menarik piring bekas makan Alena. Memakan nasi goreng yang sejak tadi membuat air liurnya hampir menetes, setelah memastikan tidak ada yang melihat.
"Enak juga masakannya," Abian kembali memakan nasi goreng tersebut. "Tapi kenapa rasanya seperti buatan Alana?" gumam Abian dengan kening yang berkerut, karena rasa nasi goreng buatan Alena sama persis dengan buatan Alana dulu.