Dari Terpaksa Menjadi Cinta

Semakin hari hubungan Brian dengan Kaila semakin dekat, merasakan ada sesuatu yang hilang ketika keduanya tak saling memberi kabar walau barang sehari saja.

Contohnya saja hari ini, Brian yang sedari tadi berangkat keluar kota secara mendadak karena ada suatu urusan merasa uring-uringan kala tak mendengar kabar dari Kaila.

Entah sedang apa kekasih pura-puranya itu sehingga dari tadi pagi begitu susah untuk di hubung. Ponselnya berdering yang berarti panggilan terhubung namun sama sekali tak diangkat oleh yang punya.

"Ck, ponsel itu buat komunikasi ... kalau gak bisa di hubungi buat apa punya ponsel." gumam Brian sambil memegang ponselnya.

"Maaf tuan Brian, apa ada masalah?" tanya rekan bisnis Brian.

Saat ini dirinya sedang makan siang sekaligus membahas kerjaan dengan beberapa rekan bisnisnya yang ada di kota Y.

"Ah tidak apa-apa tuan." sahut Brian.

Padahal di sebrang sana ada mata yang sedari tadi terus mencuri pandang ke arahnya. Bukannya tak tau tapi memilih untuk pura-pura tak tahu.

"Ah maaf tuan Brian kalau saya lancang." kata sang klien tiba-tiba yang membuat Brian menaikkan sebelah alisnya menunggu kata apa yang akan kembali terucap dari pria yang kira-kira lebih tua sedikit dari papinya. "Maukah tuan untuk lebih mengenal putri saya ... Cesa, sepertinya dia begitu tertarik dengan anda." sambungnya dengan di sertai sedikit kekehan di ujung kalimatnya.

Sedangkan wanita yang di bicarakan menundukkan wajahnya yang tersipu malu.

Definisi malu-malu tapi mau, malu tapi dalam hatinya bersorak sorai karena sang ayah membantunya.

"Saya rasa tuan dan putri saya sangat cocok, kita sama-sama pebisnis dan bisnis saya ini nantinya akan di teruskan olah Cesa karena anak pertama, Cesa pekerja keras sama seperti tuan, tuan tampan rupawan dan putri saya cantik jelita ... pasangan yang sangat serasi dan kedepannya bisa jadi best couple." katanya lagi bah seorang seles yang sedang menawarkan barang dagangannya.

Baru mendengar pertanyaan yang pertama saja Brian sudah malas karena sudah bisa ketebak kemana alurnya, tambah ke sini kok tambah memuakkan kata-katanya.

"Khem, maaf tuan saya menolak." tegas Brian.

"Kenalan dulu tuan, biar kalian bisa saling mengenal satu sama lain." kata tuan Bagas lagi.

"Saya sudah punya calon istri yang dalam waktu dekat ini kami akan melangsungkan pernikahan." sahut Brian yang raut wajah putri tuan Bagas bermuram durja.

"Ayah." lirihnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca dan sang ayah pun mengangguk-anggukkan kepalanya seperti saling berkontak batin satu sama lain.

"Ah begitu, kalau jadi simpanan atau istri kedua bagaimana tuan?" tawarnya. "Saya yakin calon istri anda itu tak akan tau." sambungnya lagi. "Ah kalau tidak anda bisa berkencan dulu dengan putri saya, sekali saja ... Anda pasti akan tau perbedaannya antara putri saya dengan calon istri anda itu." bujuknya.

"Benar tuan, saya akan melakukan yang terbaik agar anda tak kecewa." kata si Cesa dengan nada yang di buat sensual.

Bukannya tertarik, Brian juga Samuel malah bergidik ngeri.

"Tanpa mengenalnya lebih jauh pun saya sudah tau perbedaannya tuan." kata Brian. "Calon istri saya adalah wanita baik-baik dan tak mengobral tubuhnya, berbeda dengan putri anda." kata Brian lagi. Dia adakah pria dewasa, jadi dia paham kemana arah pembicaraan anak dan ayah tersebut.

Tuan Bagas dan Cesa langsung membelalakkan matanya kala mendengar perkataan pedas yang terlontar dari mulut Brian. Sudah merasa kesal karena tak bertukar kabar dengan Kaila malah suasana hatinya di buat tambah buruk karena hal ini.

"Sam, batalkan semua kerja sama kita dengan perusahan mereka dan kamu tau tindakan apa yang harus kamu lakukan." kata Brian dengan yakin dan tak ingin terbantahkan.

"Baik." jawab Samuel.

Tanpa basa basi lagi, Brian langsung pergi meninggalkan meja makan dan keluar dari restoran. Moodnya sudah hancur sehancur-hancurnya.

Di dalam restoran, seperti kata Brian ... Samuel langsung memutuskan kerja sama mereka secara sepihak.

"Tuan Samuel, ini tidak bisa seperti ini." kata tuan Bagas uang belum terima dengan semua keputusan ini. "Kalian bisa terkena pinalti karena memutuskan kontrak yang masih berjalan secara sepihak." sambungnya lagi.

"Seperti kata atasan saya, kontrak kerja sama kita berakhir dan kami akan segera membayar pinaltinya ... anda tunggu saja, pasti dalam waktu kurang dari 1x24 jam dana tersebut sudah masuk kedalam rekening perusahaan anda." kata Samuel. "Dan setelah 1x24 jam, kalian akan kehilangan semua investor perusahaan kalian, siapa suruh buat masalah sama Brian Davis ... bangkrut-bangkrut deh." sambungnya dalam hati. "Permisi." pamit Samuel tapi sebelum itu dirinya sempat melirik ke arah dimana Cesa berdiri. "Wanita modelan kayak gitu mah gak ada apa-apanya sama nona Kaila, hem barang bekas mau di kasih ke pak Brian." batinnya.

Samuel yang memang sering keluar masuk ke club malam, sudah sangat hafal dengan modelan wanita seperti si Cesa ini.

❤️

Kaila yang sedari tadi pagi sibuk di dapur untuk membuat beberapa pesanan makanan dan juga kue, tepat pukul satu siang baru bisa naik ke lantai atas dimana ruangannya berada.

Memang akhir-akhir ini perkembangan La cafe & resto cukup pesat, setiap harinya ada saja pesanan yang masuk sehingga membuat mereka kebanjiran orderan ... contohnya saja seperti hari ini.

Begitu selesai membersihkan tubuhnya, Kalila memilih untuk merebahkan tubuhnya sebentar di ranjang ... eh mungkin sangking lelahnya, lama kelamaan mata wanita itu pun terpejam erat.

Lain lagi dengan Brian, karena urusannya batal lebih ke berantakan ... dia dan Samuel akan langsung bertolak pulang.

"Bagaimana Sam?" tanya Brian saat di perjalanan menuju ke bandara.

"Sesuai perintah pak." jawab Samuel. "Besok pagi anda pasti akan langsung mendengarkan beritanya." sambungnya lagi yang di angguki oleh Samuel.

"Bagus." puji Brian. "Datang ke sini membuatku rugi ... hanya buang-buang waktu saja." sambungnya.

Brian tak masalah memberikan kompensasi karena batalnya kerja sama ini, karena baginya uang segitu tak ada apa-apanya. Tapi Brian juga tak akan melepaskannya dengan begitu saja, dia akan membalas dan membuat lawannya mengeluarkan uang lebih banyak lagi dari pada yang dia keluarkan. Ya karena sebegitu berpengaruhnya namanya di dunia bisnis dan dia memanfaatkan hal itu.

"Nanti langsung ke La cafe Sam." kata Brian memberi tahukan tujuannya setelah sampai di kotanya nanti.

Sambil menikmati perjalanan, Brian lebih memilih untuk memejamkan kedua matanya. Berusaha mengontrol emosinya karena hal di resto tadi juga berusaha menenangkan perasaannya yang sedari tadi gundah gulana karena tak mendapatkan kabar dari Kaila.

"Kamu ini sebenarnya kemana sih Kai." gumam Brian dalam hati.