NovelToon NovelToon
SALAHKAH AKU TURUN RANJANG

SALAHKAH AKU TURUN RANJANG

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:6.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: mama reni

Aksa harus menelan pil pahit saat istrinya, Grace meninggal setelah melahirkan putri mereka. Beberapa tahun telah berlalu, tetapi Aksa masih tidak bisa melupakan sosok Grace.

Ketika Alice semakin bertumbuh, Aksa menyadari bahwa sang anak membutuhkan sosok ibu. Pada saat yang sama, kedua keluarga juga menuntut Aksa mencarikan ibu bagi Alice.

Hal ini membuat dia kebingungan. Sampai akhirnya, Aksa hanya memiliki satu pilihan, yaitu menikahi Gendhis, adik dari Grace yang membuatnya turun ranjang.

"Aku Menikahimu demi Alice. Jangan berharap lebih, Gendhis."~ Aksa

HARAP BACA SETIAP UPDATE. JANGAN MENUMPUK BAB. TERIMA KASIH.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Tiga

Pagi hari seperti biasa, Ghendis bangun dan membantu ibu memasak buat sarapan. Setelah mandi gadis itu langsung menuju dapur.

Ibu dan bibi telah mulai memasak. Sepertinya ibu memasak cukup banyak. Mungkin karena ada menantu tersayangnya.

"Ada yang bisa Ghendis bantu, Bu?" tanya Ghendis mendekati sang ibu.

"Kamu duduk saja. Pengantin baru pasti capek," ucap Ibu Novi dengan tersenyum.

Ibu mendorong pelan tubuh putrinya, dia meminta Ghendis untuk duduk manis saja. Gadis itu tampak sedikit heran. Tidak biasanya ibu melarang dia membantu memasak. Bukankah selama ini, walau harus bekerja, dia tetap memasak untuk sarapan.

Dari ruang keluarga terdengar langkah kaki menuju dapur. Tenyata si bocah cantik Alice. Ghendis tersenyum dan langsung berdiri, menyusul ponakannya. Gadis itu langsung menggendong dan menghujani dengan ciuman. Di balas dengan hujanan ciuman juga dari bocah itu ke wajah mulus sang tante. Tanpa keduanya sadari, Aksa melihat tanpa kedip dan diam-diam tersenyum.

Inilah salah satu alasan kenapa dia memilih Ghendis sebagai pengganti Grace. Walau banyak wanita yang mendekati dirinya, pilihan terbaik jatuh pada adik iparnya itu.

"Papi ...," panggil Alice dengan suara khas anak-anaknya.

Aksa tersenyum dan mendekati putrinya. Mengambil dari Ghendis dan menggendongnya. Dia tersenyum manis dengan Alice. Tak akan ada yang mengira jika pria itu sangat kaku dan sombong jika melihat dia tersenyum saat ini.

Aksa memangku sang putri saat sarapan. Dia menyuapi makanannya.

"Bu, hari ini juga aku akan bawa Ghendis untuk tinggal denganku di rumah kami," ucap Aksa meminta izin.

"Silakan. Sebagai istri kamu tentu Ghendis harus ikut kemana pun kamu pergi," jawab Ibu Novi dengan semangat.

"Bu, aku juga mau minta izin, mungkin lusa aku akan pergi liburan. Mumpung pekerjaan kantor lagi luang," ujar Aksa selanjutnya.

Ghendis hanya diam mendengar obrolan antara ibu dan Aksa, pria dingin yang telah berstatus sebagai suaminya itu.

"Kamu tak perlu minta izin. Sekarang Ghendis itu telah menjadi istri kamu, mau kamu bawa kemana dan diapakan, itu hak kamu," jawab Ibu Novi.

Ghendis cukup terkejut mendengar ucapan ibunya. Seperti melepaskan tanggung jawab saja.

Setelah sarapan, Ghendis memasukan pakaiannya. Hanya sedikit yang dia bawa. Jika butuh lagi masih bisa ambil ke rumah ini. Jaraknya cuma satu jam perjalanan.

Ghendis juga membawa perlengkapan kantornya. Setelah itu dia pamit dengan ibunya.

"Ghendis, saat ini kamu telah menjadi istrinya Aksa. Ikuti apa kata suamimu. Jangan membantah," ucap Ibu menasehati saat mereka akan meninggalkan rumah.

**

Selama di perjalanan menuju rumah kediamannya Aksa, antara Ghendis dan suaminya tiada obrolan. Hanya suara Alice yang terdengar. Sesekali gadis itu membalas ucapan ponakannya.

Satu jam perjalanan, mereka sampai di rumah kediaman Aksa dan kakaknya Grace. Ghendis hanya beberapa kali ke rumah ini. Saat itu dia kuliah di luar kota.

Memasuki ruang tamu, pemandangan pertama yang dilihat adalah foto pernikahan Aksa dan Grace. Kakaknya terlihat bahagia di dalam foto itu. Melangkahkan kaki makin ke dalam, di ruang keluarga juga terpajang foto pernikahan mereka yang cukup besar dan didampingi foto Alice.

Aksa yang berjalan di belakang Ghendis melihat tatapan gadis itu yang tak berkedip memandangi foto pernikahan mereka. Dia lalu mengatakan sesuatu dengan lantang.

"Foto pernikahan kami akan tetap berada di sana selamanya. Tidak ada yang boleh menurunkan. Itu semua agar Alice tahu wajah cantik maminya! Satu lagi yang harus kamu ingat ... Jangan merubah apa pun di rumah ini, barang-barang itu harus tetap ditempatnya. Ini semua berdasarkan keinginan Grace. Dia yang menatanya. Jadi aku tak mau ada yang pindah letaknya!" ucap Aksa dengan suara penuh penekanan.

"Jangan takut, Mas. Aku sadar diri. Aku tahu posisiku di mana. Bukankah aku kau nikahi hanya sabagai pengasuh Alice. Jadi sebagai pembantu, aku tak akan berani merubah rumah majikanku!" ucap Ghendis dengan suara setenang mungkin.

Ghendis menarik napas dan membuangnya. Dia juga tak ada niat merubahnya. Dia sadar posisinya hanya sebagai pengganti.

"Jaga ucapanmu, Ghendis! Apa kau ingin membuat citraku buruk di mata pelayan?" Aksa bertanya karena Ghendis mengatakan itu di depan bibi.

"Aku tak ada maksud begitu. Biar saja mereka menilai sendiri!" balas Ghendis.

"Bi, antarkan Ghendis ke kamar tamu!" perintah Aksa. Dia tidak ingin gadis itu terlalu banyak bicara di depan pelayan.

Bibi lalu mengajak Ghendis menuju lantai dua dimana kamar tamu berada. Kamar utama ada di lantai dua juga, bersebelahan. Semua kamar di rumah ini ada di lantai dua.

Ghendis memperhatikan isi kamar tanpa kedip. Grace memang memiliki selera tinggi. Dia menyukai kemewahan, berbeda dengan dirinya yang lebih suka dengan kesederhanaan.

Gadis itu membuka jendela kamar. Pemandangan di luar begitu indahnya. Taman dihiasi berbagai bunga. Pasti itu juga kakaknya Grace yang menginginkan. Dia penyuka bunga, berbeda dengan Ghendis yang lebih suka dengan binatang peliharaan seperti kucing.

Ghendis duduk di sofa dekat jendela. Pandangannya entah kemana. Dia tampak termenung.

"Aku saat ini sedang berusaha bersama dengan diri sendiri. Berdamai dengan sesuatu yang tak bisa diubah. Belajar mengikhlaskan sesuatu yang sudah terjadi. Belajar menerima keadaan dan belajar untuk tidak memaksakan sesuatu," ucap Ghendis dalam hatinya.

Membuka ponselnya dan melihat foto-foto kebersamaan dengan Dicky. Pria yang dia cintai. Ghendis masih berpikir bagaimana menghadapi Dicky saat mereka bertemu. Pasti dia sudah mendengar tentang pernikahannya karena salah seorang sahabat pria itu tetangganya.

Ghendis menarik napas dan membuangnya, melakukan itu berulang kali untuk membuat hatinya sedikit tenang. Dia mulai menata barang pribadinya tanpa merubah apapun di dalam kamar itu. Dia sudah berjanji pada Aksa, tidak akan mengganti apa pun.

Setelah itu dia masuk ke kamar dan membersihkan diri. Alice saat ini ada bersama Aksa sehingga dia bisa tenang berdiam diri di kamar. Gadis itu masih terus memikirkan apa yang akan dia katakan saat nanti bertemu sang kekasih.

"Hari ini masih sama. Aku gagal memberikan ketenangan pada diriku sendiri. Kepalaku sedang berpesta ria oleh pikiran, yang datang tanpa di undang. Satu persatu kesedihan dan kekecewaan memenuhi isi kepalaku. Entah bagaimana menyembuhkannya. Satu hal yang pasti sakitnya itu nyata."

"Ada keresahan yang tak mungkin diceritakan. Ada kesedihan yang tak sanggup diungkapkan. Dan ada tangisan di balik sebuah senyuman. Luka yang dalam sering kali tidak terlihat oleh kasat mata. Di balik ketenangan seseorang ada seribu kisah yang tersembunyi. Kalau kamu pernah merasakan hujan di saat langit tidak mendung, berarti kamu tau rasanya air mata turun saat bibir tersenyum."

...----------------...

1
Cahyani Mursydianti
novelnya banyak bawang nya 😭😭
Irma Wangsa
Luar biasa
Soraya
apa diruangan ceo gak ada sofa buat nerima tamu selain kursi direktur kok ghendis bingung mau duduk dmn
Soraya
suka ghendis sama dcky
Soraya
jgn mau ditindas Gendis
Soraya
blg Gendis aku juga terpaksa menikah dgn mu jgn cuma didlm hati ngomong nya percuma Aksa gak dengar, lagi lagi harta
Soraya
mampir thor sllu cerita yang sama hutang budi
delfastri
munafik ente
delfastri
akhiri semuanya ndis..hidup cuma sekali..mengharap bahagia dari orang lain sama saja harakiri..bahagia kita sendiri yg ciptakan berawal dari hati senang dan lapang..lw hatimu dikit2 dikit2 sakitdan nelangsa gak bakalan bahagia..semua di kenndalikan otak ndis..gimana hatimu bisa bahagia w otakmu sudah tertanam mindset lw kamu gak bisa bahagia..optimislah ndis hidupmu berharga..pasti ada bahagia untukmu
Rahma Waty
kadian
thor. bikin aksa nyesel
Rahma Waty
Thor kata katamu luar biasa
Rahma Waty
luar biasa visualnya
Rahma Waty
suami Yang ego tudak akan pernah bertahan dengan perkawinannya
Rahma Waty
kata kata yg memyentuh hati. mantap thor
Nining Setyaningsih
Luar biasa
Susanah Amel
Kecewa
Susanah Amel
Buruk
𝓵𝔂𝓷𝓭𝓲𝓪🖤ᥫ᭡.
maaf, metafora nya salah, seharusnya "awan, terima kasih sudah menangis"
Mama Reni: Makasih kritiknya.♥️♥️
total 1 replies
Jetty Eva
kasihan Gendis juga tp gedek juga sama Gendis yg egois...klo ada rasa bersalah dlm dr dia ya itu wajar krn dia yg maksa utk melewari lampu merah hingga menyebabkan kecelakaan...dia ga boleh nyalahin siapapun...Aksa ikuti km krn ingin meminta maaf...bukan diam n dgr apa kata Aksa malah lari nyerobot lampu merah..
Miyagi Mitsui
jeng jeng jeng jeng
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!