Pernikahan adalah sebuah janji seumur hidup di mana semoga orang ingin menikah dengan pilihannya sendiri, namun bagi Maura itu adalah sebuah angan-angan saja.
Dia harus menggantikan sang kakak yang kabur di hari pernikahannya, tekanan yang di dapat dari orang tuanya membuat Maura pun menyetujuinya karena dia tidak ingin membuat keluarganya malu.
Pernikahan ini terjadi karena sebuah hutang, di mana orang tuanya hutang begitu besar dengan keluarga calon suaminya itu, sosok pria yang sama sekali tidak Maura ketahui bagaimana wajahnya.
Bahkan selama beberapa kali pertemuan keluarga tidak pernah pria itu menampakkan wajahnya, dari rumor yang di dapat bahwa pria itu berwajah jelek sehingga tidak berani untuk menampakkan wajahnya, itu juga salah satu alasan sang Kaka memilih kabur di hari-h pernikahannya dan harus menumbalkan sang adik yaitu Maura.
Bagaimana kelanjutannya???
Yukkk kepoin cerita nya.
NB: Kalau ada typo boleh komen ya biar bisa di perbaiki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25_Berendam
Saat sedang santai bercerita tiba-tiba mereka mendengar suara mobil terparkir.
"Siapa? bukannya papa kalian masih olahraga golf sama temen temennya," ucap mama Wina saat mendengar ada suara mobil di depan.
CEKLEK
Tak lama menampakkan sosok orang yang sudah di tunggu-tunggu oleh Maura siapa lagi kalau bukan Bara, baru di tinggal 3 hari namun rasa rindunya begitu dalam sekali.
"Assalamualaikum." ucap Bara langsung membuat semua orang tertuju ke arah pintu.
"Mas...!" pekik Maura kemudian berlari menghampiri sang suami, dia bahkan memeluk erat suaminya membuat Bara yang belum siap pun terkejut, namun segera dia balas pelukan erat tersebut.
"Aku kangen lama banget sih perginya." ucap Maura yang ingin melepaskan pelukannya namun langsung di tahan oleh sang suami.
"Saya juga kangen." balas Bara sambil bibirnya mengecup leher sang istri yang terekspos bebas karena memang Maura memilih untuk mencepol rambutnya.
Sedangkan mama Wina dan Bianca hanya duduk diam menunggu kemesraan itu berakhir baru nanti menyambut kedatangan Bara.
"Gimana gak ada saya? Enakkan bisa jalan jalan sepuasnya," ucap Bara karena selama dia tidak ada sang istri terus jalan jalan dengan sang adik atau enggak sang mama.
"Hehe sesekali gak papa kan." seru Maura dengan cengiran.
"Gak papa sayang." jawab Bara dengan entengnya memanggil Maura dengan sayang, sedangkan Maura sudah tidak karuan dengan sebutan tersebut.
"Sayang kamu udah balik," sapa mama Wina menghampiri sang anak.
"Iya ma." jawab Bara dengan mencium lembut pipi sang mama.
"Ya udah sana ke kamar, bersih-bersih terus istirahat. Pasti capek banget," ucap mama Wina dan di angguki oleh Bara.
"Ayo," ajak Bara karena sang istri malah hanya diam saja.
"Kamu ikut suami kamu ya." tutur mama Wina, dia tahu kalau Maura pasti merasa tidak enak jika harus meninggalkan nya dan Bianca.
"Maura ke atas dulu ya ma," pamit Maura dan di angguki oleh mama Wina, dia pun mengikuti sang suami dari belakang.
Sampai di kamar mereka Bara langsung menutup pintu dan menguncinya membuat Maura mengernyitkan dahinya.
"Kenapa di kunci?" tanya Maura begitu polosnya.
Bara langsung menghampiri sang istri dan memeluknya begitu erat, dia begitu merindukan sang istri, bersentuhan dengan istrinya membuat dirinya kembali bersemangat.
"Kangen." ucap Bara singkat namun bisa memporak-porandakan hatinya.
"Aku juga." balas Maura tidak boleh bohong karena dia juga sangat merindukan moment seperti ini.
Mendengar hal itu membuat Bara langsung mengangkat tubuh ringan sang istri dan menaruhnya di atas ranjang, dan penyatuan mereka akhirnya pun terjadi, rasanya senang sekali karena bisa menyalurkan hasrat yang sudah tiga hari tertunda.
"Cantik sekali sih istri aku." lirih bara setelah menuntaskan hasratnya dan melihat Maura yang sudah tertidur dalam pelukannya dengan tubuh yang tertutup selimut karena sekarang dia tidak mengenakan pakaian sama sekali sama seperti Bara.
CUP
Dia mencium sekilas kemudian beranjak dari tidurnya dan membersihkan tubuhnya, rasanya tubuhnya kembali bersemangat karena sudah mendapat kan suntikan dari pawangnya.
"Son kau sudah pulang?" tanya papa Brian saat melihat bara turun setelah membersihkan tubuhnya dan hanya menggunakan kaos hitam polos dan celana pendek ala rumahan.
"Iya pa baru tadi siang." jawab Bara.
"Istri kamu mana sayang?" tanya mama Wina karena sekarang sudah waktunya makan malam namun Maura tak kunjung hadir dan hanya Bara sendiri yang turun.
"Lagi tidur nanti Bara bawakan saja makanannya ke kamar." ucap Bara sampai kemudian duduk di kursinya.
Sedangkan mama Wina dan papa Brian yang tahu apa maksud sang anak pun hanya bisa menggelengkan kepalanya karena kelakuannya, pasti sang anak sudah menghajar habis-habisan Maura.
"Kak besok pinjem kak Maura nya lagi ya." izin Bianca akhirnya bicara setelah dari tadi saat makan malam saja karena dia begitu lapar sekali.
"Enggak, kamu terlalu membawa pengaruh buruk untuk istri kakak." jawab Bara singkat.
"Ck punya kakak kok nyebelin banget." gerutu Bianca.
Sedangkan di sisi lain Maura bangun dari tidurnya, badannya begitu remuk sekali namun setelah mengingat apa yang sudah dia lakukan dengan suaminya membuat pipi Maura bersemu merah.
Tidak melihat tanda-tanda ada suaminya Maura pun berjalan menuju ke kamar mandi.
"Seperti nya berendam air hanya tidak ada salahnya." gumamnya pelan.
Akhirnya Maura pun berendam air hangat, tubuhnya yang tadi begitu sakit sekarang menjadi lebih baik.
.
.
Bersambung.....