The Darkest Kiss

PERUBAHAN JAX MARTINEZ

Jax memperhatikan mereka semua, bahkan Hattie yang berdiri di sampingnya pun kini menatapnya.

“Maaf, ini mungkin mengejutkan Anda. Biarkan saya menjelaskan nya!” ucap Jacob yang mengajak Jax masuk ke ruangan pribadi milik Martinez yang kini akan menjadi milik Jax.

Di ruangan yang besar dan sangat elegan, Jax duduk di sofa singel bersama Jacob dan Hattie di sana. Jacob menjelaskannya sedetail mungkin hingga cerita tentang Jax yang dibiarkan tinggal bersama seorang nenek tak dikenal di Meksiko karena alasan keselamatan yang Martinez berikan kepada anaknya.

“Apa yang terjadi kepada mereka?” tanya Jax dengan suara dingin dan tatapan lurus ke bawah.

“Ibu Anda meninggal setelah melahirkan Anda dan tuan Martinez meninggal di tangan Salvatore. Sebagian yang Salvatore kuasai saat ini, itu adalah milik tuan Martinez. Dan keinginan terkahirnya adalah membawa Anda kembali untuk menghidupkan bisnis Martinez yang sudah turun temurun.” Jelas Jacob.

“Dan kami akan siap melayani dan membantu Anda.” Sambung Hattie yang berdiri dengan melipat kedua tangannya di depan perutnya.

Jacob mengangguk setuju sehingga Jax menatap ke kedua orang tadi yang akan menjadi asisten setianya dan siap membantunya.

“Beritahu aku soal Salvatore dan bisnis keluarga Martinez.” Pinta Jax dengan tatapan tajam.

Dengan senang hati kedua orang tadi menurutinya.

...***...

Kedua mata Gaby terbuka dengan keadaan kepala yang pusing. Dia menatap samar-samar sebuah ruangan dan dinding bercat gelap.

“Jax?” sontak Gaby terbangun saat dia pikir Jax yang membawanya ke ruangan luas itu.

Namun saat ia mengamatinya dengan saksama, tempat tersebut sangatlah mewah, tidak mungkin Jax membawanya ke tempat seperti itu, pasti harganya mahal.

Dengan bergegas Gaby turun dari ranjang empuk itu dan membuka pintu yang sama sekali tidak dikunci. Masih mengenakan dress putihnya, Gaby dengan langkah tergesa-gesa dan panik, mencoba mencari pintu keluar di dalam sebuah Mansion yang benar-benar seperti labirin.

Dengan wajah panik dan gelisah, Gaby melihat sebuah pintu terbuka sedikit. Tentu saja dia penasaran dan berharap itu adalah pintu keluar.

“Hhffuuu— ” Gaby menghela napas panjang saat dia masuk dan menutup pintunya, namun seketika dia terlonjak kaget sampai terduduk dengan tangan gemetar dan jantung berdegup kencang.

Bibir Gaby menganga dan kedua matanya tiba-tiba saja meneteskan air mata. “A-ayah?” ucapannya pelan dengan gemetar.

Ya! Seorang pria di gantung dalam keadaan luka tembak di dadanya. Meski sudah mati, pria itu digantung di langit-langit hingga aroma menyengat begitu busuk. Namun Gaby tak peduli, dia tidak menyangka dia sangat sakit saat melihat ayahnya di sana dalam kondisi mengenaskan.

“AYAH!!” teriak Gaby mulai menangis histeris melihat jasad ayahnya di sana.

Rasanya sangat lemas saat dia melihat kondisinya. Wanita itu berjalan maju dengan tertatih dan mencoba menyentuh kaki Vegas dengan dada yang sesak dan sesenggukan.

Mata indahnya berair tak kuasa menahan tangis.

Saat dia menyentuh kulit dingin ayahnya, saat itu juga Gaby tertunduk sedih dengan tubuh gemetar. “Kenapa ini terjadi padamu, ayah??” ucapnya lirih.

“Kau suka dengan hadiahnya?” tiba-tiba suara seorang pria membuat Gaby langsung menoleh dan berjaga-jaga.

Salvatore menyeringai kecil melihat keadaan Gaby yang bercucuran air mata. Sedangkan wanita itu menatap tajam dengan penuh tanya dan amarah.

Tak perlu bertanya, Gaby yakin pria itu yang membunuh ayahnya. Hingga dia berkerut alis.

“Ka-kau Salvatore?” tanya Gaby saat dia ingat ucapan Jax mengenai nama pria yang dendam karena ayahnya berkhianat.

Pria dengan setelan jas hitam itu tersenyum licik dan berjalan menghampiri Gaby dengan tatapan tajam bak seorang pemburu. “Ya! Ini aku. Salvatore Conti!” Jawabnya menatap lekat Gaby dengan jarak yang dekat.

Wanita itu mengepalkan kedua tangannya.

“Kenapa kau membunuh ayahku?” tanya nya dengan gemetar.

Salvatore berjalan perlahan secara memutar.

“Aku yakin pria yang bersamamu itu sudah menjelaskannya! Jax, jika kau lupa namanya!” Salvatore mengatakan nama Jax tepat di belakang telinga Gaby seolah memancing emosi Gaby.

Dengan mata keranjang, Salvatore mengamati pundak Gaby dari belakang. Sementara wanita itu hanya diam dengan tatapan malang.

“Seharusnya Jax sudah membunuhmu, tapi entah kenapa dia malah mengulur waktu dan malah meninggalkan mu.” Salvatore yang saat ini berdiri di hadapan Gaby dengan senyuman miring, pria itu memperhatikan wajah cantiknya yang saat ini menatap dengan mata tajam dan berair.

“Kau akan membunuhku?” tebak Gaby dengan pasrah.

Namun pria itu malah terkekeh. “No! Aku ingin kau merasakan neraka di sini dengan wajah cantik mu! Vegas akan tersiksa senang di sana jika melihat putrinya ada bersamaku!” pria itu mengatakannya sambil membelai wajah Gaby yang mana wanita itu langsung berpaling jijik.

Gaby menahan rasa sesak di dadanya saat menghadapi Salvatore. Entah apa yang akan pria itu lakukan, tapi yang pasti, Gaby benar-benar takut.

“Kau bisa menikmati waktumu dengan ayahmu. 3 menit. Setelah itu aku akan membuangnya ke peliharaan ku.” Pinta Salvatore dengan wajah garang dan melangkah pergi setelah mengatakannya.

Kepergian pria itu langsung membuat Gaby lemas dan kembali menangis tak kuasa.

Sekarang siapa yang akan menolongnya? Jax bahkan tidak tahu bahwa Gaby ada bersama Salvatore. Wanita yang malang.

...***...

Semalaman penuh, Jax hanya menyibukkan dirinya untuk mengenal bisnis dan apa saja yang akan dia lakukan dan rencanakan. Tentu, Jacob menemaninya semalaman hingga melacak setiap anak buah Salvatore memasuki kawasan New York.

Kini di pagi hari. Tanpa tidur, Jax bersiap. Mengenakan kemeja hitam dan melingkis kedua lengan kemejanya hingga di siku, lalu mengambil salah satu arloji yang tersusun rapi di laci khusus, memakainya sembari menatap ke cermin.

Sungguh! Aura Jax berbeda dari sebelumnya dia menjadi gangster. Kini tatapannya begitu dingin dan tajam bak pria haus darah.

Tok! Tok!

“Tuan Jax. Saatnya pergi.” Ucap Jacob yang berada di ambang pintu.

Jax hanya bergeming hingga dia melangkah keluar dengan langkah panjang.

“Berapa orang yang ada di sana?” tanya Jax yang saat ini berjalan menuju ke halaman luar bersama Jacob dan empat anak buahnya.

“Enam orang termasuk Salvatore.” Jawab Jacob.

Mendengar nama Salvatore membuat Jax teringat akan Gaby. Wanita yang berhasil masuk ke dalam hatinya dan kini dia sudah pergi ke Asia. Setidaknya itulah yang Jax ketahui.

“Bagaimana dengan keamanan di sana?” tanya Jax.

“Hattie sudah memastikannya bahwa semuanya akan terkendali. Tidak akan ada penyerangan di perkumpulan mafia. Itu sudah dipastikan sejak dulu.” Jelas Jacob dengan sangat rinci.

Jax memahaminya hingga akhirnya dia masuk ke dalam mobil hitam bersama Jacob.