kisah cinta dalam perjodohan, penuh luka dan air mata, hanya Demi mewujudkan wasian terahir dari kedua orang tuanya ia rela menikah tanpa cinta...
bagaimana. selajutnya apakah pernikahan dan juga cintanya bersambut atau hanya menambah luka di hatinya...
ikuti terus sahabat Nana imuet.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon salsabilaimuet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
berbicara dengan sahabat
Falinda bingung ia harus berkata apa saat di hadapan dengan pertanyaan mertuanya, jujur ia juga bingung ingin menjawab apa,
"Emb.. Mas Tama berangkat lebih pagi pa, ma, maaf gak kasih tahu Kalian dulu." alibi falinda.
Dan keuangan paruh baya itu manggut-manggut saja, apa saja apa di ucapan oleh menantunya itu.
"Oh.. Baiklah, apa kamu hati ini kuliah nak." tanya papa Abraham.
"Iya pa, setelah sarapan bolehkah falinda pergi ke apartemen untuk mengambil tas dan langsung berangkat, "
"Ya boleh dong nak, kenapa izin segala, jangan sungkan untuk keluar masuk rumah ini karena ini rumah kamu juga." ucap mama Laura..
falinda menjadi tak enak saat kedua orang tua Tama memperlakukan diri ya sedemikan rupa.
Falinda hanya mengangguk saja setelah selesai sarapan ia langsung berangkat untuk menyelesaikan kuliahnya, ia juga ingin bertemu dengan aca sang sahabat yang selama ini selalu ada untuknya.
"Pa ma,, falinda berangkat dulu, ya.." falinda pun pamit kepada kedua orang mertuanya.
"Hati-hati ya nak.. kamu berangkat di antar siapa.." tanya sang papa.
"Naik taksi aja ma, sekalian ketemu sama temen nanti.." ucap falinda.
"Baiklah."
setelah berpamitan falinda pun langsung berangkat kemana yang ia tuju..
Sesampainya di kampus ia langsung menghampiri sahabatnya karena di perjalanan ia sudah cat akan ketemuan dimana.
"Lama amat sih, lagi adon kamu ya.." ucap aca yang bersungut-sungut.
"Apaan sih, wajah dong telah, gue kemaren nginep di rumah mertua jadi agak telat ke kampus. Maaf ya.." falinda yang memberi pengertian.
"Ayo kita masuk sebelum dosen killer datang bisa-bisa kita gak lulus lagi.."
Mereka pun berjalan ke dalam kelas.
jam makan siang pun tiba, falinda yang belum sempat untuk meminum obat yang selalu ia bawa karena ia ada di rumah mertua ia langsung mengambil dan meneguknya, aca yang melihat sahabatnya itu diam melongo..
"Kami minum obat apaan, kamu sakit.." cecar aca yang sedikit mencurigai falinda.
Falinda gelagapan.." gak hanya minum vitamin saja memang kenapa.. Dan tumben kamu kepo.." alih falinda.
"Jangan mengalihkan pembicaraan falin, gue kenal Lo dari kecil apa yang Lo sembunyikan dari gue.." tanya aca..
Dengan wajah sendu falinda akan cerita kepada sahabat.
"Baiklah gue akan cerita tapi tidak di sini, gimana sepulang kuliah nanti kita ke Taman yang Deket dari sini.." ajak falinda.
"Baiklah, gue butuh penjelasan.."
Mereka makan bersama di kantin.
Sampai di perusahaan, Tama langsung masuk kedalam ruangannya dengan perasan kacau..
"Apa perlakuan aku salah selama ini, hingga falinda ingin sekali berpisah.." Tama menyenderkan kepala dan punggungnya di sofa.
"Apa balas dendam ini aku salah, bukanya harusnya dia yang merasa bersalah karena berani meninggalkan diriku." dengan tangan mengepal kuat,
Tama juga masih merasa sakit hati akan perlakuan falinda dulu, tapi setelah di ungkapkan tapi hati Tama seakan belum bisa menerima akan fakta yang sebenarnya.
ingin. Hati ia menyiksa falinda dengan acuh tapi ia juga tak tega saat sang istri menangis, entah kenapa tama sekarang menjadi lemah hanya dengan air mata falinda..
"Kenapa jika berhadapan dengan makhluk yang berjenis wanita ia akan menjadi lemah, kenapa..." Tama begitu frustasi akan kelemahan dirinya yang tak bisa melihat akan air mata,
"Apa aku akan terus menghindar dengan falinda, aku gak ingin kata perceraian itu terucap, apa aku salah jika ingin memperbaiki kesalahan dengan menerima dirinya kembali dan membuka hati ini, tapi sikap aku yang tak bisa romantis dan juga sikap dingin aku tak bisa..." dengan helaan nafas..
Dan tampa menunggu ia berbalik dan betapa terkejutnya ia melihat, Felix jang ada di depan mejanya dengan menopang wajahnya dengan tangan.
"Astaghfirullah..." saking kagetnya tama..
"Tumben istighfar biasanya mengumpat.." ucap Felix dengan santainya.
"Ngapain Lo kesini. Lancang gak ketuk pintu lagi.." ucap tama dengan nada juteknya..
"Alah.. Gue pegel kali. ketok pintu tapi gak di sautin sama Lo, apa pendengarannya Lo bermasalah..." dengan nada mengejek.
"Sialan Lo, mau apa kesini..."
"Ya seperti biasa, lagian kenapa Lo ngoceh sendiri, kayak orang gila.." cibir Felix.
"Serah Lo deh," ucap Tama acuh.
"Nie Lo tanda tangani nanti gue kembali, sama jangan ngelamun lagi masih banyak pekerjaan yang harus ko kerjakan jangan asik melamun saja.." Felix menyerahkan map itu dan berdiri ingin meninggalkan ruangan Tama..
"Hemb..." jawabnya singkat.
Felix berjalan. Keluar ruangan Tama sengaja geleng-geleng kepala bagaimana Tidak ia melihat sang sahabat seperti itu, anehnya ia juga ikut memikirkan sang sahabat sekaligus tuanya itu..
Di tempat lain falinda dan aca saling berpelukan bagiamana. tidak aca memerlukan sahabatnya sebagai sandaran..
"Aku sakit ca..." dengan terisak ia berkata...
"Iya sakit apa... Dan kenapa kamu peluk aku kayak gini, gue jadi bingung deh..." aca yang belum memahami akan sahabatnya..
"Gue sakit leukimia stadium 3, apa gue makan bisa sembuh, gue hanya punya waktu sedikit untuk bertahan aca.." dengan berat hati falinda mengatakan semuanya.
Deg
"Sakit parah,,, Lo bercanda kan falin, jangan nge prank gue deh, jangan kayak gini... pasti Lo bohong kan..." aca yang tidak percaya akan hal itu,
falinda tahu akan ucapkan. yang ia katakan kepada sahabatnya di kita membual ia langsung mengeluarkan. sebuah amplop dari dalam tasnya dan langsung menyodorkan kepada aca..
"Lo baca sendiri, dan Lo akan tahu akan kebenaranya.."
Aca menerima sebuah amplop, dan langsung membuka, saat satu kalimat yang ia lihat ia langsung terduduk lemas, bagaimana tidak sang sahabat yang ia kira tangguh dan kuat menyembunyikan penyakitnya..
"Lo beneran fal, jangan bohong fal, apa gak ada jalan lain, mungkin Lo bisa sembuh.." dengan mata berkaca-kaca aca memeluk sahabatnya..
"Kenapa Lo baru bilang sekarang, apa Lo udah gak anggap gue sahabat..."
"Maafin aku, aku gak mau bebanin siapapun.."
"Apa lo sudah bicara dengan suami Lo.." aca melerai pelukannya dan menatap wajah falinda..
Dengan derai air mata ia menggeleng.. Aca pun hanya bisa pasrah ia belum menanyakan kenapa ia menutupi semuanya dari suaminya.
kl falinda ttp bertahan ya perempuan pling bodoh, bertahan krn cinta pa krn harta, secara kn suaminya kaya.
dinikahi lelaki kaya kl mkn hati tiap hari ya ogah lah, mnding cpt cerai upgrade diri jd wanita sukses, jd nnti bisa dpt jodoh yg lbih keren.
hidup cm sekali dah penyakitan mnding cerai sembuhin diri hidup bhgia paling tidak seandainya gk sembuh bisa menikmati hidup dng bhgia.