Tim A.. merupakan tim rahasia yang di bentuk oleh militer untuk membantu pihak militer dalam menjalankan misi secara rahasia. Tim A adalah Gabungan dari beberapa orang-orang hebat yang kebetulan mereka semua anak didik dari seorang sersan Angakatan Darat.
karena kemampuan dari anggota Tim.A yang berbeda - beda, mengakibatkan mereka terpisahkan dan di latih oleh aliansi militer yang berbeda-beda. sampai akhirnya....
Salah satu anggota dari Tim.A menghilang dalam menjalankan misinya.....
Konspirasi mulai bermunculan...
Mereka yang mempunyai kekuasaan, posisi tinggi, berpengaruh , banyak uang mencoba menutupi kebenaran dan menyebarkan informasi palsu ke publik...
Sampai tiba-tiba Dia yang hilang muncul kembali dan memperingati teman-teman untuk tidak percaya dengan informasi yang mereka dengar dari mereka yang berada di atas...
Apa yang di sembunyikan oleh para penguasa yang berada di atas ?...
Akankah mereka semua bisa mengungkap kan kebenaran nya ?....
TIM.A
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ana jus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hancurnya Hati sang Ayah.Part 2.
" Brak..."
Suara gebrakan meja yang sangat keras sampai membuat Adin, Akbar, Kevin, Axel, Celsi dan Hana sangat terkejut dan panik.
..." Asta...."...
Akbar yang hampir berteriak pun langsung di tutup mulutnya sama Kevin.
..." Sutt...."...
..." Apa yang sedang terjadi di dalam ?."...
Celsi sangat bertanya-tanya saat mendengar suara yang sangat keras itu.
..." Tenang semua."...
Adin mencoba menenangkan yang lain, Lalau mereka kembali mendekatkan telinga mereka masing-masing ke pintu.
Sementara itu...
Dengan penuh emosi Letnan Daffa menanyakan kebenaran dari isi surat tersebut.
..." Ini tidak mungkin, kau pasti sedang membuat prank kan."...
Fiqri yang mendengar hal tersebut pun langsung mengeluarkan dokumen bukti-bukti kasus kematian Amelia atau anaknya Letnan Daffa. Semua dokumen itu langsung di serahkan kepada Sang Letnan Daffa.
Letnan Daffa langsung membuka Dokumen itu, dia sangat terkejut saat melihat semua bukti dan kenyataan kalau Putri satu-satunya terlah tewas dari beberapa hari yang lalu.
Dengan mata yang berkaca-kaca dan rasa amarah yang sangat luar biasa di dalam hatinya. Sang Letnan Daffa menanyakan jatidiri sebenarnya dari Fiqri.
..." Siapa Kau sebenarnya ?."...
Sambil menarik nafas dalam-dalam Fiqri akhirnya mengakui siapa dirinya sebenarnya kepada Letnan Daffa.
..." Saya Adalah salah satu polisi yang menangani kasus itu."...
Pengakuan dari Fiqri telah membuat Letnan Daffa sangat lah geram dan juga membuat Adin, Akbar, Kevin, Axel, Celsi dan Hana yang sedang menguping pembicaraan pun ikut terkejut.
Letnan Daffa bangkit berdiri, lalu tangan nya menggenggam erat kursi yang dia duduk kin, sedangkan Fiqri yang melihat itu hanya bisa pasrah lalu...
" Brak...."
...💥💥💥...
" Brak..."
Suara bantingan yang sangat kera, membuat Adin, Akbar, Kevin, Axel, Celsi dan Hana langsung mendobrak pintu. Mereka sangat terkejut saat melihat sebuah kursi telah hancur terbelah menjadi beberapa bagian serta melihat Fiqri yang terjatuh ke lantai di sertai dengan darah yang mengalir dari kepalanya sampai membuat genangan darah di lantai.
Dengan tatapan mata yang tajam tertuju kepada Fiqri, Letnan Daffa mengeluarkan sebuah pistol dan menodongkan ke arah Fiqri.
Sambil menahan rasa sakit, Fiqri yang memandangi Letnan Daffa hanya bisa memohon - mohon kepadanya.
..." Tolong... Maafkan aku....Aku tau aku salah, aku benar-benar minta maaf."...
Sebelum Letnan Daffa menekan pelatuk nya.
..." KOMANDAN.."...
Adin berteriak sambil berlari ke arahnya, Adin berhasil memegang tangan nya Letnan Daffa dan mengarahkan pistolnya ke atas langit-langit.
" Pang..."
...💥 💥💥💥💥...
Suara tembakan yang sangat keras pun terdengar sampai ke luar ruangan yang membuat para tentara yang berada tidak jauh dari sana terkejut dan bingung dengan asal suara tersebut.
Bahkan sersan Toni dan Mayor Jenderal yang sedang mengobrol berdua pun ikut mendengar suara tersebut, mereka berdua mulai mencari sumber suara.
Didalam Ruangan...
Adin yang berhasil menghalau tembakan Letnan Daffa pun mulai mencoba menahan dan membujuk nya.
..." Dan... Ku mohon tolong kendalikan dirimu."...
Dengan mata yang berkaca-kaca serta suasana hati yang tercampur aduk antara sedih dan marah, Letnan Daffa melakukan perlawanan kepada Adin.
..." Apa yang kau lakukan? Lepaskan... Jangan ikut campur."...
Adin masih menahan kedua tangan sang Letnan Daffa.
..." Tidak... Ku tidak akan melepaskannya."...
..." Lepaskan."...
Letnan Daffa terus memberontak dan mulai memukul Adin dengan cukup keras, Adin yang kalah tenaga dengan Sang Letnan Daffa pun mampir tumbang. Namun Akbar, Kevin dan Axel segera membatu Adin untuk menahan tubuh dan tangan sang Letnan Daffa.
..." Komandan... Kami mohon, tolong kendalikan emosi mu."...
Sautan suara Kevin yang memohon ke pada Letnan Daffa.
Hana mulai berjalan perlahan mendekati Letnan Daffa di ikuti oleh Celsi dan mereka mencoba meredam emosi sang Letnan Daffa.
..." Komandan.... Kami tau suasana hati anda sedang hancur tapi, kami mohon tolong kendalikan dulu emosi mu."...
Sambil menganggukkan kepalanya Celsi mengucapkan janji kepada Letnan Daffa.
..." Komandan, saya berjanji akan membantu komandan apapun resikonya."...
Mendengar hal tersebut Letnan Daffa yang mulai tenang pun akhirnya terjatuh dan berteriak sekencang-kencangnya.
..." Aaaaaaaa....."...
...💧💧 💧...
Airmata yang telah di tahan dari tadi pun akhirnya jatuh juga, sambil di sertai dengan suara yang menyayat hati.
Adin mulai memeluk Letnan Daffa begitu juga Akbar, Kevin dan Axel yang ikut menenangkan Letnan Daffa.
Hana dan Celsi yang mendengar suara tangis itu pun ikut merasakan rasa sakit yang sama yang sedang di rasakan oleh Letnan Daffa.
Tiba-tiba...
Sersan Toni dan Mayor Jenderal masuk ke ruang kerjanya Letnan Daffa, mereka berdua sangat terkejut saat melihat kondisi ruangan yang berantakan di sertai genangan darah segar yang berada di lantai. Serta seorang pria asing yang terluka parah di bagian kepala, lalu melihat sang Letnan Daffa yang sedang menangis sambil di tenangkan oleh Adin,Akbar, Kevin dan Axel dan melihat Hana dan Celsi yang berdiri di sana.
..." Apa yang sudah terjadi di sini ?."...
Dengan suara yang begitu berat dan tegas, sang Mayor Jenderal mulai mempertanyakan kekacauan di ruangan Letnan Daffa.
Hana dan Celsi menoleh ke arah Mayor Jenderal lalu menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca, melihat tatapan mata tersebut membuat Mayor Jenderal semakin bingung.
Melihat sekilas kondisi Letnan Daffa, Mayor Jenderal dan melirik ke arah pria yang terluka parah.
..." Hana, Celsi bawa pria itu ke ruang kesehatan. Letnan Daffa, Adin,Akbar, Kevin pergi ke ruangan saya sekarang !."...
Mendengar perintah dari Mayor Jenderal, mereka hanya mengangguk kan kepalanya.