Hyuna Isvara, seorang wanita berusia 29 tahun yang bekerja sebagai seorang koki di salah satu restoran.
4 tahun menjalani biduk rumah tangga bersama dengan Aksa Dharmendra, tidak juga diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki anak.
Namun, kehidupan rumah tangga mereka tetap bahagia karena Aksa tidak pernah menuntut tentang anak dari Hyuna.
Akan tetapi, kebahagiaan mereka sedikit demi sedikit menghilang sejak Aksa mengenalkan seorang wanita kepada Hyuna tepat di hari annyversary mereka.
Siapakah wanita yang Aksa kenalkan pada Hyuna?
Bagaimanakah rumah tangga mereka selanjutnya?
Yuk, ikuti kisah Hyuna yang penuh dengan perjuangan dan air mata!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 32. Berita Tidak Terduga.
Setelah perkenalannya dengan Wildan dan juga orang tua bocah kecil itu, Hyuna kerap sekali bertemu dengan mereka. Tidak hanya di restoran saja, tetapi mereka sering berkunjung ke rumahnya seperti saat ini.
"Tante, aku punya mainan baru loh."
Wildan memamerkan mainan baru yang dibelikan oleh sang papa, sementara Hyuna berpura-pura antusias saat melihat mainan baru tersebut.
"Wah, mainannya bagus sekali, Wildan."
Wildan tersenyum senang saat mendengar ucapan Hyuna, dia lalu meletakkannya di atas lantai dan menunjukkan bagaimana mainannya itu bekerja.
Vicky yang juga ada di tempat itu terus menatap wajah Hyuna. Senyuman wanita itu benar-benar menghinoptisnya dan tidak bisa untuk berpaling.
"Kalau gitu saya tinggal sebentar ya, Tuan. Saya ingin ke terminal untuk menjemput adik saya," ucap Hyuna dengan tidak enak. Dia takut dianggap mengusir mereka, tetapi saat ini adiknya juga membutuhkan jemputan darinya.
"Menjemput adikmu?"
Hyuna menganggukkan kepalanya. "Benar, Tuan. Dia baru datang dari kampung, itu sebabnya tidak tahu jalanan kota ini."
Vicky mengangguk paham saat mendengar jawaban Hyuna, dia lalu melirik ke arah Damian membuat perasaan laki-laki itu menjadi tidak nyaman.
"Kau tidak perlu menjemputnya, biar Damian saja yang melakukan semua itu.".
Nah 'kan, dugaan Damian benar jika Vicky pasti akan menyuruhnya menjemput adik Hyuna.
"Itu tidak perlu, Tuan. Saya bisa menjemput Yudha sendiri."
Vicky menggelengkan kepalanya dan memberi kode pada Damian untuk pergi membuat Hyuna merasa kebingungan.
"Tapi Tuan Damian 'kan tidak kenal dengan adik saya, Tuan."
Damian yang sudah berada di ambang pintu menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan Hyuna. Benar, dia tidak kenal dengan adik wanita itu. Lalu, bagaimana dia akan menjemputnya?
"Kau bisa memberi nomor ponsel adikmu dengannya, maka Damian pasti bisa mencarinya."
Hyuna benar-benar bingung dengan apa yang Vicky lakukan saat ini. "Ada apa dengannya, sih? Kenapa dia maksa sekali untuk menjemput Yudha?" Dia benar-benar tidak mengerti.
"Pergilah, Damian."
"Baik, Tuan."
Damian lalu beranjak keluar membuat Hyuna tidak bisa lagi berkata apa-apa. Dia terpaksa memberikan nomor ponsel sang adik pada Vicky agar Damian bisa mengetahui yang mana adiknya.
"Aku juga mau ikut!"
Wildan langsung berlari keluar rumah untuk mengejar langkah Damian, dia ingin ikut dengan laki-laki itu karena sekalian ingin membeli es krim.
Setelah kepergian mereka, tiba-tiba suasana menjadi hening. Baik Hyuna dan juga Vicky tidak ada yang mengeluarkan suara, dan suasana berubah menjadi canggung.
Hyuna merasa bingung harus berkata apa untuk menghilangkan keheningan yang terjadi, sementara Vicky tetap diam dan tidak berniat untuk bicara.
"Apa aku tanya saja ya, kenapa dia sering menemuiku di restoran atau pun rumah?" Hyuna tampak bingung. "Tapi kalau dia datang hanya kebetulan lewat saja, lalu apa yang harus aku katakan?"
Lamunan Hyuna terhenti saat tiba-tiba ponselnya berdering. Dia lalu pamit sebentar untuk masuk ke dalam rumah dan mengambil benda pipih tersebut.
"Pak Halim?"
Hyuna langsung mengangkat panggilan masuk dari pengacaranya. Dia merasa khawatir karena tidak biasanya sang pengacara menelpon di jam seperti ini.
"Assalamu'alaikum, Pak," ucap Hyuna sambil mengangkat panggilan dari sang pengacara.
"Wa'alaikum salam, Buk Hyuna. Maaf mengganggu waktu Anda, saya ingin memberitahukan jika minggu depan sidang akan kembali di lanjutkan. Sidang itu juga sebagai sidang putusan untuk kasus perceraian Anda dan pak Aksa."
"Apa?"
Hyuna tersentak kaget saat mendengar apa yang pengacaranya katakan. "Apa, apa yang Bapak katakan? Kenapa sudah sidang putusan?" Dia benar-benar sangat terkejut.
"Ternyata prosesnya jauh lebih cepat, Buk. Saya sudah menyiapkan segalanya, jadi minggu depan Anda harus hadir dan juga bersiap mendengar putusan pengadilan."
Hyuna tercengang dengan apa yang pengacaranya katakan. Dia benar-benar tidak mengerti dengan semua ini hingga panggilan itu terputus pun dia tidak menyadarinya.
"Se-sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa sidangnya sangat cepat? Apa mas Aksa menyuap pihak pengadilan?"
Hanya satu kemungkinan itu saja yang ada dalam pikiran Hyuna. Mendadak dadanya kembali berdenyut sakit karena merasa jika Aksa sudah tidak sabar untuk berpisah dengannya.
"Benar. Semua ini pasti perbuatan mas Aksa, dia sudah tidak sabar untuk berpisah."
Hyuna tersenyum getir dan mencoba untuk mengendalikan diri. Dia lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya agar tidak terlihat muram.
Dari kejauhan Vicky tersenyum saat melihat keterkejutan Hyuna tadi. Senyumnya bahkan semakin lebar saat mendengar ucapan wanita itu.
"Ternyata Damian bergerek cepat. Apa beberapa hari ini dia sudah mengetahui bagaimana sifat dan karakter Hyuna, sehingga melakukan hal seperti ini?"
Vicky menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar bangga punya bawahan seperti Damian yang sigap melakukan sesuatu tanpa dia perintah.
Sementara itu, Damian yang sudah berada di terminal melihat ke kanan dan kiri mencari keberadaan adik Hyuna. Dia berdecak kesal karena lupa meminta nomor ponsel orang yang akan dia jemput, mau menghubungi wanita itu pun tidak ada nomornya.
"Cih. Semua ini gara-gara tuan Vicky. Tapi kenapa juga dia tidak mau mengangangkat teleponku? Apa aku harus menanyai orang-orang satu persatu? Yang benar saja!"
•
•
•
Tbc.