NovelToon NovelToon
Dilema Cinta

Dilema Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta Murni
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: nungaida

Alana, seorang gadis yang harus tinggal bersama keluarga Zayn setelah kehilangan kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan tragis, merasa terasing karena diperlakukan dengan diskriminasi oleh keluarga tersebut. Namun, Alana menemukan kenyamanan dalam sosok tetangga baru yang selalu mendengarkan keluh kesahnya, hingga kemudian ia menyadari bahwa tetangga tersebut ternyata adalah guru barunya di sekolah.

Di sisi lain, Zayn, sahabat terdekat Alana sejak kecil, mulai menyadari bahwa perasaannya terhadap Alana telah berkembang menjadi lebih dari sekadar persahabatan. Kini, Alana dihadapkan pada dilema besar: apakah ia akan membuka hati untuk Zayn yang selalu ada di sisinya, atau justru untuk guru barunya yang penuh perhatian?

Temukan kisah penuh emosi dan cinta dalam Novel "Dilema Cinta". Siapakah yang akan dipilih oleh Alana? Saksikan kisah selengkapnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nungaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Keesokan harinya

Pagi-pagi, Pak Budi sudah bersiap rapi dengan setelan jasnya, menenteng tas. Bu Sari yang masih sibuk di dapur segera keluar untuk mengantarkan suaminya. Alana dan Zayn turun bersamaan, menyusuri tangga menuju ruang tamu, tempat Pak Budi dan Bu Sari berdiri menanti.

"Anak-anak, ayah akan pergi!" seru Pak Budi.

"Semua sudah dibawa? Nggak ada barang yang ketinggalan kan? Cek lagi takutnya ada yang ketinggalan kan repot kalau harus balik lagi. Jangan lupa kalau udah di sana sering-sering menelpon ya?" ucap Bu Sari mengingatkan.

"Aku kan sibuk, memangnya aku punya waktu untuk menelponmu?" balas Pak Budi ketus, membuat Bu sari terdiam merengut.

Bu Sari melirik Zayn yang berdiri di sampingnya. "Za, kamu nggak mau mengucapkan salam sama ayahmu? Dia sudah mau berangkat, loh. Kenapa kamu malah diam saja?"

Zayn tetap diam, matanya menatap tajam ayahnya, menyimpan kebencian yang mendalam.

Hening.

"Ehem...," deheman Pak Budi memecah kesunyian, ia menoleh ke arah Alana.

Suara itu membuat Alana terkejut, ia meremas erat baju tidurnya. Sementara Bu Sari melayangkan tatapan sinis yang semakin dingin ke arah Alana, membuat Alana semakin menunduk.

"Alana..." panggil Pak Budi, suaranya lembut, namun bagi Alana, nada itu bagai alunan musik film horor yang memicu ketakutan dalam hatinya.

Deg.

Jantung Alana berdebar kencang, saat pak Budi melangkah mendekat. Tanpa sadar, ia mundur perlahan, mencoba menjaga jarak, tetapi dinding di belakangnya membuatnya terperangkap dan tak bisa menghindar lagi.

Kini Pak Budi sudah berada tepat di depannya, menatapnya dengan intens.

"Kita kan tidak bisa bertemu selama dua minggu ke depan. Jadi... jangan lupa untuk menelpon Ayah, ya?"

Alana makin menegang. apalagi saat Pak Budi mengangkat tangannya hendak meraih kepalanya. Refleks rasa takut membuatnya memejamkan mata, berharap semua ini segera berlalu

Tiba-tiba, Zayn bergerak cepat, langsung memblokir uluran tangan ayahnya dengan tubuhnya. Sorot matanya kian menajam, menatap Pak Budi dengan kemarahan yang tak terucap.

"Hati-hati di jalan, Ayah!" tegas Zayn, suaranya mengalun tajam dan dingin, seolah mengekspresikan keinginannya agar Pak Budi segera pergi dari situ.

Pak Budi segera menurunkan tangannya dengan ekspresi kesal. " iya aku pergi dulu" ujarnya.

"Selamat bekerja sayang." Bu sari menyahut dengan senyum hangat mengantar kepergian suaminya.

Alana membuka matanya yang sedari tadi terpejam, melihat Zayn sudah berdiri kokoh di depannya, ia menghela nafas lega namun ketakutan masih tersisa, ia menyentuh tangannya yang masih bergetar.

Zayn yang menyadari ketakutan Alana segera menggenggam lembut tangan Alana di belakangnya berusaha memberikan kekuatan dan dukungan agar Alana tak merasa cemas.

*

*

Dari arah luar mansion, Zidan berjalan sambil membawa keresek belanjaan dari minimarket. Raut wajahnya tampak kesal.

"Menyebalkan! Apa lucunya sih dari kucing itu? Selalu saja mencakarku. Sekarang tanganku penuh baret bekas cakaran," gerutunya pelan.

"Oh iya... kalau ada kucing itu, aku nggak bisa bebas ke mana-mana pas weekend, dong. Haaah…" Zidan menghela napas panjang, pasrah, sambil membuka pintu kaca mansion.

Begitu masuk, matanya langsung menangkap sosok Pak Budi yang tengah berjalan keluar.

Loh, itu kan ayahnya Zayn, batinnya.

“Selamat pagi, Pak!” sapa Zidan, sambil menganggukkan kepala.

Pak Budi menatap datar, mencoba mengingat siapa orang didepannya sambil berjalan.

“Maaf, saya Zidan Mahendra, penghuni baru di lantai satu. Bapak ayahnya Zayn, kan?” tanya Zidan ramah.

“Ah… Iya aku baru ingat!” Pak Budi menghentikan langkahnya di depan Zidan, lalu mengulurkan tangan untuk menjabat. “Kamu pemuda yang waktu itu memencet bel rumah kami berkali-kali, kan? Saat itu saya sedang sakit,” ujarnya ramah, meskipun ada sedikit ketidaksukaan dalam raut wajahnya.

Zidan tersenyum kaku, merasa tak nyaman mengingat kesalahannya waktu pertama kali datang ke mansion itu.

“Ah, maafkan saya atas kejadian itu, ya Pak,” jawab Zidan dengan canggung.

Pak Budi tertawa kecil sambil menepuk bahunya. “Wah, kamu ganteng juga ya, pasti banyak deh cewek yang naksir kamu, haha…”

Tapi senyumnya itu menyembunyikan sesuatu, karena jabatannya tiba-tiba semakin kuat, membuat tangan Zidan terasa sakit dan mulai memerah.

Zidan menatap heran pada Pak Budi yang sudah mulai melangkah pergi, meninggalkan dirinya dengan perasaan tak enak. Ia menunduk, memperhatikan tangannya yang masih terasa nyut-nyutan.

Uhh… cengkeramannya kuat banget, batinnya sambil mengusap-usap bekas jabat tangan tadi, mencoba meredakan rasa sakit yang tertinggal.

“Kenapa dia begitu, ya? Apa segitu terganggunya sampai dia marah?” gumam Zidan, masih memikirkan sikap Pak Budi yang terasa aneh. “Hemm… ah, entahlah. Sekarang kasih makan Ziza dulu, deh.”

Zidan membuka pintu rumahnya dan mendengar suara khas kucing menyambutnya.

“Ceklek…”

“Meong…”

Zidan tersenyum tipis melihat Ziza yang sudah menunggu di depan pintu. “Ziza, aku bawa makanan untukmu,” ujarnya sambil mengangkat keresek yang dibawanya tadi.

Ziza berkelit manja, menggosok-gosokkan badannya di kaki Zidan.

*

*

sore hari di lantai dua mansion.

Alana keluar rumah dengan rambut terikat cepol, menggendong tas ransel merahnya. Zayn berjalan di sampingnya.

"Kalau aku daftar di ruang belajar terus belajar di sana, kayaknya nggak bakal bisa fokus deh," celoteh Alana. "Aku kan mau ningkatin nilai Bahasa Inggrisku. Haaah… semuanya terasa sulit. Seandainya aja aku bisa nge-copy sedikit kemampuan otak kamu, Za, pasti bakal lebih mudah, haha."

"Heleh… jangan mimpi, ini masih sore," balas Zayn sambil terkekeh. "Bukannya kemarin kamu minta diajarin Bahasa Inggris? Masih niat nggak?"

"Hah! Serius kamu mau ngajarin aku, Za?" sahut Alana girang.

"Kalau kamu nggak nyaman di ruang belajar, gimana kalau kita ke kafe aja?" saran Zayn.

"Wah, good idea! Thank you, Mister Zayn, haha! Bahasa Inggrisku udah keren belum nih?" tanya Alana, bangga.

"Wow, keren banget! Sampai anak TK aja lebih fasih ngomongnya," ledek Zayn sambil tertawa.

"Ih, Za, apaan sih! Kamu nggak bisa muji yang bener, ya? Sekali-kali tuh yang ikhlas, pake kata-kata manis gitu," gerutu Alana sambil mencibir.

"Eleh, orang tuh mending dapat sindiran yang membangun daripada pujian manis yang nggak tulus, tau!" celoteh Zayn.

Alana hanya mendengus menanggapi. Sambil menuruni tangga, ia sempat melirik ke arah rumah Zidan yang tertutup rapat.

Belakangan ini aku sama sekali belum ketemu Pak Zidan, ya? Dia lagi apa ya sekarang? gumamnya dalam hati merasa rindu dengan sosok guru tampan pujaanya itu.

Dua puluh lima menit kemudian.

Alana dan Zayn tiba di kafe. Masih sore, jadi suasana terasa tenang dan sepi—pas untuk belajar tanpa gangguan. Mereka memilih meja di dekat jendela, dimana angin sepoi-sepoi bisa menerobos dengan lembut. Alana merogoh tasnya dan mengeluarkan buku-buku paket yang cukup berat, menumpuknya di atas meja.

"Gile… kamu bawa semua buku pelajaran, La?" tanya Zayn tak percaya.

"Hehe… aku mau baca satu per satu nanti," jawab Alana santai. Padahal, 100% dia bohong. Sekarang dia mulai menyesali keputusannya itu; lagian, dia jelas bukan tipe orang yang suka belajar sampai segitunya.

"Oke, kalau gitu pertama-tama mereka aku singkirkan terlebih dulu, mari kita belajar bahasa Inggris!" ucap Lana, mengangkat buku paket bahasa Inggrisnya.

Srak...

Alana menunduk, memperhatikan sesuatu yang jatuh dari dalam buku.

"Hmm?" Alana mengernyit, melihat selembar kertas kecil tergeletak di lantai lalu memungutnya.

"Wah, ternyata ini foto yang terselip di bukunya. Udah lama banget nggak lihat ini. Ini foto 8… atau 9 tahun lalu, waktu kamu masih sangat anak kecil. Haha, kamu kelihatan imut di sini!" seru Alana sambil menunjukkan foto itu ke Zayn.

Zayn langsung menengok ke arah foto itu—foto masa kecil mereka saat bergandengan. Dia mengenakan kostum Batman, sedangkan Alana memakai baju garis-garis.

"Saat itu aku lebih tinggi dari mu ya, haha. Aku masih ingat masa-masa ini loh. Kalo dilihat terus menerus kan, aku seperti sedang menggenggam tangan adikku. Tapi waktu itu kamu kekeh bilang akan menghiburku. Lalu, dengan tangan kecilmu, kamu yang menggenggam tanganku duluan kan?" cerocos Alana.

"Oh iya...?" sahut Zayn malu.

“Waktu masih kecil kamu sangat lucu, hahaha… sejak kapan kamu tumbuh sebesar ini ya?” oceh Alana, tapi tiba-tiba dia terdiam, saat menatap tangan Zayn yang berurat sangat indah.

“Udah ah, sekarang ayo kita mulai belajarnya,” ucap Zayn dengan tampang serius, berusaha mengalihkan rasa malunya.

“A-ah, iya!” sahut Alana yang masih memperhatikan tangan Zayn. Apa tangannya memang sebesar itu ya? batinnya.

"Oke, kita mulai dari PR dulu ya," ucap Zayn, sementara pelayan kafe menaruh dua gelas kopi pesanan mereka di meja.

"Oke! Halaman berapa ya kemarin?" tanya Lana, wajahnya bersinar penuh semangat.

"81," jawab Zayn sambil mengaduk kopinya.

"Pokoknya hari ini aku akan jadi master bahasa Inggris!" seru Lana antusias. "Oke, mari kita mulai..." Dengan serius, Lana mulai memandangi rangkaian huruf yang tampak rumit di depannya.

Lima menit kemudian...

"Uhhh..." desis Alana, suaranya terdengar putus asa.

Zayn melirik wajah Alana yang sudah berkerut.

"Aku nggak bisa fokus, huhu... beli kue yuk, Za, kayaknya kalau makan yang manis bakal fokus lagi deh," usul Lana memelas.

"Udah kubilang, pasti kamu nggak akan tahan belajar, kan? Haha, rasain loh!" kata Zayn meledek.

"Jangan gitu lah, Zayn sensei! Ayuk, kita beli kue dulu, ya?" ucap Lana sambil menaikkan dan menurunkan kedua alisnya, mencoba merayu.

Zayn mengalah, pasrah dengan nyonya besarnya itu. Ia mengeluarkan selembar duit merah yang dihiasi senyum Pak Sukarno dan memberikannya kepada Alana.

"Nih, beli sana!" ucapnya.

"Yey! Thank you, Mister Zayn! You are the bad boy!" seru Lana riang.

Zayn menaikkan satu alisnya. "Bad boy?! Siapa? Aku, kah?" tanyanya tak percaya.

"Iya, bad boy, laki-laki yang terbaik kan artinya?" sahut Lana polos.

"Ya Allah gustii...! Alana Meilan Wijaya yang cantik dan bersahaja... bad boy itu laki-laki yang nakal tahu!" geram Zayn.

"Oh, sowry... sowry, mistake! Kalo gitu apa dong yang bener?" tanya Alana penasaran.

"Astaghfirullah, tobat...tobat...! bisa darah tinggi juga aku lama-lama!" seru Zayn sambil mencubit bibir Alana dengan gemas.

"Bukan 'sowry' Alana, tapi 'sorry', dan bukan 'bad boy' tapi 'best boy'. Ngerti, nduk?" tanya Zayn.

"Oh, gitu too! Oke-oke, aku faham sekarang. Hehe, mau diulang nggak ngomongnya?" ujar Alana semangat.

"Enggak usah, sana beli kue cepetan, nanti keburu malam habis waktunya!" balas Zayn.

"Okeh, siap bosku! Berangkat!" seru Lana bersemangat, membuat Zayn menggeleng sambil tersenyum kecil.

Tak lama kemudian, Lana kembali dengan kue coklat kesukaannya sambil cengengesan.

"Oke, aku datang! Ayo kita baca PR-nya: We gathered all and a few friends for the party."

"Artinya apa, Za?" tanya Alana sambil menyodorkan bukunya.

"Kami mengundang semua orang dan beberapa teman untuk pesta," jawab Zayn datar.

"Hmm...? All-and-a? Kalau D-nya dibuang jadi Allana. Haha, kok namaku yang muncul?" Alana tertawa heran. "Apa aku diundang juga?"

Mata Alana kemudian jatuh pada kata sign di kalimat berikutnya: Please sign your name on the document.

"Nah, kalau yang ini gimana bacanya, Za?"

"Kata sign dalam bahasa Inggris dibaca sain," jelas Zayn, "huruf 'g'-nya nggak dibaca."

"Haha, tadi Allana, sekarang sain, mirip nama kamu juga, ya Za! Sain dan Zayn.Hahaha," Alana tertawa lepas. Mengulang-ulang kata itu dan nama Zayn.

"Pfft, hahaha, kamu tu ada-ada aja! kamu ni ya kalo belajar nggak bisa apa lebih serius dikit? haduuh!" Zayn menggeleng pelan menepuk jidatnya merasa konyol dengan kelakuan alana.

Namun, di sela-sela tawa cerianya, ada senyum getir yang ia sembunyikan dalam hatinya.

Semua ini terasa begitu menyenangkan; belajar bersamanya, menghabiskan waktu berdua, dan menertawakan hal-hal konyol seperti ini membuatku terbuai... Andai saja momen seperti ini bisa bertahan selamanya, pasti akan lebih membahagiakan. Meski aku sadar bahwa alasan di balik rajinnya bukanlah untukku, melainkan untuk orang lain. Namun bagiku, saat ini hanya sekadar melihat senyum bahagianya, melihat binar di matanya yang serius saat ia mendalami sesuatu—entah kenapa, hal itu membuatku merasa cukup. Batin Zayn.

1
Rina Astuti
dasar guru PA
Rina Astuti
ish ish ibu? udah tua Lo ati ati
Atika Kusuma
sejauh ini lebih prefer ke Zayn entah kenapa
Aila Yudistira
semangat Thor di tunggu la jutannya
Delita bae
💪💪👍👍🙏
Delita bae
😇👍👍💪💪🙏
Delita bae
mangat😁😇
Delita bae
mangat😇💪💪💪🙏
Lily
haloooo semangat kakakkkk
nao chan: haii, semangat juga untuk kamu ya. makasih sudah mampir😊🤗
total 1 replies
Mia Anindi
njelehi pak Budi ini
Riris Marsinta
sangat menghibur
Riris Marsinta
tinggalkan jejak
Ririe Krisnawati
shock berat zidan oleh lana😂😂
Aldo
dia yang sembunyi dia juga yang nanya kenapa sembunyi🤣🤣
Atika Kusuma
pantesan Alana takut sekalinya pak Budi bejat 😤
Laura Larasati
asik lanjuuut/Smirk/🤭😄
Meriyana
semangat up Thor di tunggu🤗
Laura Larasati
ada-ada aja Zayn ni ngapain dia ikutan dadah juga/Facepalm//Facepalm/
Elin
jahil ih Zidan
Elin
dih narsis Zidan😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!