Hampir empat tahun menjalani rumah tangga bahagia bersama Rasya Antonio, membuat Akina merasa dunianya sempurna. Ditambah lagi, pernikahan mereka langsung dianugerahi putri kembar yang sangat cantik sekaligus menggemaskan.
Namun, fakta bahwa dirinya justru merupakan istri kedua dari Rasya, menjadi awal mula kewarasan Akina mengalami guncangan. Ternyata Akina sengaja dijadikan istri pancingan, agar Irene—istri pertama Rasya dan selama ini Akina ketahui sebagai kakak kesayangan Rasya, hamil.
Sempat berpikir itu menjadi luka terdalamnya, nyatanya kehamilan Irene membuat Rasya berubah total kepada Akina dan putri kembar mereka. Rasya bahkan tetap menceraikan Akina, meski Akina tengah berbadan dua. Hal tersebut Rasya lakukan karena Irene selalu sedih di setiap Irene ingat ada Akina dan anak-anaknya, dalam rumah tangga mereka.
Seolah Tuhan mengutuk perbuatan Rasya dan Irene, keduanya mengalami kecelakaan lalu lintas ketika Irene hamil besar. Anak yang Irene lahirkan cacat, sementara rahim Irene juga harus diangkat. Di saat itu juga akhirnya Rasya merasakan apa itu penyesalan. Rasya kembali menginginkan istri dan anak-anak yang telah ia buang.
Masalahnya, benarkah semudah itu membuat mereka mau menerima Rasya? Karena Rasya bahkan memilih menutup mata, ketika si kembar nyaris meregang nyawa, dan sangat membutuhkan darah Rasya. Bagaimana jika Akina dan anak-anaknya justru sudah menemukan pengganti Rasya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Misi yang Dimulai
“Beri aku waktu lima menit!” mohon Zeedev di keesokan paginya kepada petugas pengantar jatah sarapan.
Pemuda yang Zeedev hadapi tampak takut memberi Zeedev kesempatan. Rencananya, Zeedev akan mengantar jatah sarapan ke ruang rawat Irene. Zeedev bertugas mendapatkan ponsel Irene. Jadi sebisa mungkin, Zeedev harus mengetahui merk ponsel Irene karena niatnya, Zeedev akan menukarnya dengan yang sama persis. Keadaan tersebut sengaja pak Helios arahkan agar mereka bisa menggeledah ponsel Irene dengan leluasa.
Akan tetapi kali ini Zeedev yakin, petugas pengantar sarapannya malah takut kepadanya.
“Aku enggak akan bikin masalah apalagi lewat jatah sarapan itu. Ini aku beneran murni ingin kasih bestai aku itu, kejutan!” yakin Zeedev.
“Kalau memang bestai, kenapa harus ada adegan kejutan?” tanya pemuda yang kiranya berusia di awal dua puluh itu.
Zeedev yang kesabarannya tak lebih tipis dari tisu kering yang dibagi-bagi, langsung mendelik. “Yang namanya kejutan ya RAHASIA! KALAU DIBERITAHU, BERATI PENGUMUMAN ALIAS WORO-WORO!” omel Zeedev nyaris menelan pemuda di hadapannya hidup-hidup.
Zeedev yang sadar tak punya banyak waktu, sengaja mengajak pemuda tersebut ikut serta. Toh, acara kali ini hanya memastikan tipe ponsel Irene. Karena bagi pak Helios, ketimbang Rasya, Irene lebih berpeluang melakukan kejahatan ke Akina maupun si kembar.
Acara penyelidikan memang mulai berjalan. Setelah kemarin malam menyusun rencana bersama pak Helios, kali ini Zeedev ditugasi memastikan jenis ponsel Irene. Zeedev sengaja memakai seragam APD medis warna putih, lengkap memakai masker.
“Kenapa kita enggak melaporkan Akina dan keluarganya ke polisi saja?” lembut Irene dengan suara khas orang tersakiti.
Ucapan tersebut bertepatan dengan Zeedev yang asal nyelonong masuk sambil membawa nampan berisi jatah sarapan.
Pemuda yang merupakan petugas asli pengantar jatah sarapan, langsung melongo. Sebab tangan kanannya yang mengepal belum sempat mengetuk pintu, dan bibirnya saja belum sempat mengucapkan salam. Bibir pemuda itu baru agak mangap, tapi Zeedev tak hanya sudah masuk. Sebab dalam jangka waktu sebentar, Zeedev benar-benar sudah keluar.
“Cepat banget, kan? Kamu saja belum sempat napas, kan? Nah iya makanya. Kalau diomongin orang tua, jangan ngeyel. Kebetulan, hapenya dia ada di meja,” ucap Zeedev yang kemudian menghubungi kontak pak Helios. Ia menyebutkan merk sekaligus tipe ponsel Irene. Tak harus menunggu lama dan itu tak ada dua jam, seseorang sudah datang menghadap Zeedev.
“Kalau begini caranya, aku merasa jadi makin keren!” batin Zeedev kembali masuk ke dalam ruang rawat Irene.
Seperti saat sarapan, kali ini Irene masih ditemani oleh Rasya. Irene kembali menjalani infus, sementara dahinya tampak masih benjol berwarna ungu. Tak beda dengan Irene, Rasya juga terlihat kurang sehat.
“Si Rasya sih enggak hanya kurang sehat. Tapi memang kurang waras. Buktinya, tahu-tahu di rumah sakit ini, putrinya lagi sekarat di rumah sakit ini juga. Eh ini masih bisa bernapas dengan santai!” batin Zeedev alangkah bahagianya lantaran baru saja, Irene merengek meminta diantar ke kamar mandi. Kesempatan tersebut sengaja Zeedev gunakan untuk menukar ponsel Irene. Kebetulan, ponselnya ada di meja sebelah ranjang rawat Irene. Zeedev hanya meninggalkan case ponsel warna ungu muda milik Irene.
Tak lama kemudian, Zeedev sudah keluar sambil membawa nampan bekas sarapan. Bergegas ia memberikan ponsel milik Irene ke pria utusan pak Helios dan sebelumnya yang mengantar ponsel mirip milik ponsel Irene, juga.
Selanjutnya, hal yang langsung Zeedev lakukan ialah melepas seragam medisnya kemudian buru-buru mengacak gaya rambutnya agar tetap keren. Zeedev melakukannya di depan pemuda petugas pengambil wadah sarapan. Pemuda bernama Bima itu terbengong-bengong menatap Zeedev yang memang jauh lebih tinggi darinya.
“Itu nampannya diambil. Terus, itu seragam juga buat kamu. Lumayan kalau lagi musim hujan apa musim nyamuk. Nah, ini juga buat kamu. Ingat, yang namanya kejutan sama pengumuman dan woro-woro, tetap beda!” Lima lembar uang seratus ribu, Zeedev taruh di telapak tangan kanan Bima. Selanjutnya, Zeedev juga sengaja masuk ke ruang rawat Irene, dengan tampang aslinya.
“Loh, kok kamu masih hidup, Ren? Iya, nama kamu Irene, kan? LOH LOH, LOH ... KOK GINI. KOK MASIH HIDUP, PADAHAL KEMARIN KAMU NGERAUNG-NGERAUNG NANGISNYA MIRIP KOCENG KEBELET KAHWIN!” ucap Zeedev dengan santainya kemudian duduk di pinggir ranjang rawat Irene.
Adanya Zeedev di sana membuat Irene ketakutan “Lama-lama ni orang mencurigakan banget, ya? Dia juga salah satu paslonnya Akiba, kan?” batin Irene. Lain dengan Rasya yang langsung mengusir Zeedev.
“Ya biarin saja. Aku memang datang enggak diundang, pulang pun enggak sudi diantar. Santai saja. Anggap saja ruang rawat inap sendiri!” berisik Zeedev sambil menaruh kaki kirinya di atas lutut kanan. Hingga kakinya yang panjang, nyaris mengenai kak Rasya.
“Kamu punya masalah apa sih? Sejak kapan kita punya urusan padahal selama ini, kenal saja hanya lewat?!” marah Rasya.
Sambil menahan napas dan membuat wajah tampannya menjadi terlihat bengis, Zeedev berkata,“Sejak kamu menyia-nyiakan Akina dan anak-anaknya. Sejak itu, ... kamu akan terus berurusan denganku!”
“Apalagi andai dulu kamu tidak ada dalam hubungan kami, kejahatan istri sulit hamil di hadapanku pasti tidak akan menghadirkan pertumpahan darah!” Tak mau ambil pusing meski Irene langsung memasang majah masam, Zeedev memilih pergi dari sana.
Akan tetapi ucapan Zeedev barusan membuat Irene mengetahui fakta kuat kenapa Zeedev mendadak rusuh ke mereka. Karena ternyata, sebelum dinikahi Rasya, tampaknya Zeedev amat sangat yakin bahwa pria itu akan dengan Akina.
“Aku setuju dengan cara pikir om Helios. Buat menghukum mereka yang sudah jahat ke kita, enggak harus bikin kita melibatkan orang lain bahkan polisi. Karena selagi sendiri saja bisa kasih hukuman, kenapa enggak langsung jebred saja? Kecelakaan dibayar kecelakaan. Nyawa dibayar nyawa!” batin Zeedev masih berdiri di depan pintu ruang rawat Irene. Di dalam sana, Irene terdengar berucap dengan nada suara lirih manja dan membuat Zeedev yang mendengarnya pengin nabok.
Irene meminta Rasya untuk pindah di rumah sakit. Irene merasa sangat tertekan lantaran harus berada di rumah sakit yang sama dengan Akina dan anak-anaknya.
“Kenapa kamu jadi lembek gini sih, Sayang? Kamu di sini, tapi hati dan pikiran kamu ke Akina dan anak-anaknya!” rengek Irene tersedu-sedu.
“Wanita lemah, pantas mentalnya mental penjilat. Gila saja si Rasya. Tipikal kayal dia tuh, memang bakalan baru akan nyadar kalau sudah hancur!” batin Zeedev memutuskan pergi dari sana. Namun, Zeedev sudah sangat tidak sabar menunggu kabar lanjutan dari pak Helios.
Sambil terus menunggu kabar dari pak Helios, Zeedev sengaja melihat perkembangan Aqilla dan Asyilla. Keduanya masih di ruang khusus untuk anak dan memang belum sadarkan diri.
“Alina bilang, hari ini dia baru bisa datang agak siangan. Anak-anaknya lagi pada tantrum,” lembut mommy Rere sambil terus mendorong kursi roda Akina duduk.
Pertemuan tak sengaja itu terjadi di lorong depan ruang PICU si kembar menjalani perawatan intensif. Tiba-tiba saja, dunia Akina apalagi Zeedev, seolah mendadak berhenti berputar. Baik Akina apalagi Zeedev merasa, bahwa di dunia mereka hanya ada mereka berdua. Tentunya karena alasan yang berbeda. Zeedev karena rasa di masa lalu yang kembali tumbuh. Sementara Akina merasa berhutang budi karena biar bagaimanapun, Zeedev turut menjaganya maupun si kembar. Informasi yang Akina dapatkan dari sang mommy angkat mengabarkan begitu.
papi helios turunin dong....
ntar semuakan selesai
rasya.irene...sampa8 kapanpun klian akan dikejar dosa
kelak juga indah pada waktunya.
kelak jika tiba waktunya kalian akan menuai yg kalian tabur.
yg biasa di pancing kan ikan,binatang dong rasya dan klgnya