Menceritakan seorang wanita yang memiliki perasaan cinta kepada suaminya sendiri. Penikahan paksa yang di alami wanita itu menyebabkan tumbuhnya beni cinta untuk sang suami meskipun sang suami selalu bersikap dingin dan acuh kepadanya.
Wanita yang bodoh itu bernama Andin. Wanita yang rela suaminya memiliki kekasih di dalam pernikahannya, hingga sebuah kecelakaan terjadi. Andin mengalami koma dan ketika sadar semua tidak seperti yang di harapkan oleh sang suami.
Apakah cinta Andin tetap bertahan meskipun ia menderita amnesia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Eliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingatan Andin
Pagi ini Rian bangun dengan kondisi tidak baik-baik saja.
Rian sudah muntah-muntah sejak pukul 4 dini hari. Andin bingung dengan kondisi Rian yang telah lemas. Andin telah meminta Rian untuk ke rumah sakit namun sang empu tidak mau ke rumah sakit.
“Ayolah ... Mas... pokoknya ke rumah sakit, aku tidak ingin sesuatu yang serius terjadi dengan mas” ucap Andin lalu memapah Rian yang sudah sangat lemas.
Sebelumnya Andin meminta bantuan tukang rumput untuk membantunya memapah Rian.
Rian di bawa ke dalam mobil dengan posisi menyandar di pelukan Andin.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang dan lancar karena masih sangat pagi dan jalanan masih renggang.
Sesampainya di rumah sakit, Rian dibawa ke IGD dan di periksa.
Beberapa menit kemudian dokter jaga keluar dari unit IGD dan menyatakan bahwa Rian baik-baik saja.
Andin bingung dengan diagnosa dokter jaga namun sang dokter menyarankan Andin untuk merawat Rian di rumah sakit untuk melakukan pengecekan selanjutnya.
Rian di suntik obat penenang lambung dan sekarang dirinya tertidur.
Setelah memindahkan Rian ke ruang rawat inap kelas VIP. Andin mencoba membersihkan diri di kamar mandi karena dia belum sempat mandi ketika di rumah. Sebelumnya dia menelepon Ardy untuk mengantarkan beberapa pakaian untuknya dan untuk Rian.
Setelah membersihkan diri Andin di kejutkan Rian yang telah terbangun dan posisinya sekarang sedang duduk di ranjang pasien.
“Aku sudah membaik” ucap Rian dengan nada dingin yang membingungkan Andin.
“Syukurlah jika mas sudah merasa lebih baik. Rencananya hari ini kita akan melakukan pemeriksaan di dokter penyakit dalam” ucap Andin yang membenahi baju di paper bag yang di bawa Ardy.
“Aku tidak perlu melakukan pemeriksaan itu, aku sehat” ucap Rian kesal.
Andin mendekat ke arah ranjang pasien lalu meletakan satu jarinya ke mulut Rian.
“Aku tidak mau ada penolakan” ucap Andin sambil menatap dalam mata Rian.
“Aku baik-baik saja, kamu terlalu berlebihan” ucap Rian menurunkan telunjuk Andin di bibirnya.
Cup, Andin mengecup bibir Rian. Sang pemilik bibir terdiam membeku karena ini hal pertama yang di lakukan Andin setelah menikah.
Ciuman yang awalnya hanya kecupan kini menjadi lumatan karena tangan kanan Rian langsung menekan tengkuk Andin.
“Emhm....” Dokter dan perawat berdehem melihat keromantisan yang terjadi antara pasangan suami istri ini.
Rian dan Andin terkejut lalu menjauhkan diri mereka karena menahan malu.
“Maaf dari tadi kami mengetuk tapi tidak ada suara. Maaf ganggu waktunya” ucap dokter tersebut.
Rian di bawa menggunakan kursi oleh perawat untuk melakukan pemeriksaan lengkap di dampingi Andin.
Pemeriksaan lengkap memakan waktu yang cukup lama.
Setelah pemeriksaan lengkap Rian di kembalikan ke ruangan rawat inapnya sambil menunggu hasil dari lab.
Andin menemani dan melayani Rian dengan sangat telaten. Rian merasa bahagia ketika Andin melayaninya apa lagi melayani di kamar mandi.
Mereka bisa menghabiskan waktu di kamar mandi berjam-jam meski di rumah sakit.
Sampai akhirnya hasil lab keluar dan Rian di nyatakan sehat tanpa penyakit.
Andin bingung termasuk para perawat karena Rian akan sehat setelah lewat pukul 10 pagi.
“Nona Andin dan pak Rian bisa pulang, tapi sebelumnya saya sarankan coba ibu Andin mengecek ke dokter kandungan” ucap dokter setelah memberi kabar bahwa Rian dalam keadaan sehat-sehat saja.
“Loh kenapa saya harus melakukan pemeriksaan?” tanya Andin
“Ini hanya dugaan saya saja, kemungkinan anda sedang mengandung” ucap dokter yang sukses membuat Rian dan Andin terdiam.
“Ayo sekarang saja kita ke ruang dokter kandungan, tapi saya ingin yang perempuan dokternya” ucap Rian yang telah di lepas infusannya.
Rian menuntun Andin ke ruang dokter kandungan dengan kondisi Andin masih terdiam.
Rian begitu semangat dan bahagia, jika benar Andin hamil maka ini adalah kehamilan ke duanya dan dia harus menjaga sang istri dan anaknya dengan baik.
Andin merasa djavu dengan kehamilan ini. Sesampai di ruang specialis kandungan, Andin di persilahkan masuk setelah melakukan pendaftaran.
“Apa ibu pernah hamil sebelumnya?” tanya sang dokter.
“Iya... istri saya pernah mengalami keguguran karena kecelakaan dok” ucap Rian yang sukses mengejutkan Andin sehingga Andin menoleh ke arahnya.
“ya sudah... jika begitu kita periksa dulu bagaimana keadaan kandungan ibu dan janinnya ya” ucap dokter tersebut.
Andin tidur di kasur yang di sediakan untuk pemeriksaan. Setelah itu, bagian perutnya harus di buka dan bagian bawahnya telah di tutup dengan selimut.
Dokter melakukan USG pada perut Andin untuk melihat kondisi rahim dan sang janin.
“Ini janin ibu dan bapak, kondisinya sangat baik meski dirinya masih sebesar kacang.” Ucap Sang dokter.
Wajah terkejut Andin melihat layar monitor terlihat jelas.
“Kondisi kandungan ibu baik-baik saja hanya tekanan darah ibu yang naik” ucap dokter.
“Usia kandungan sudah masuk 8 minggu” ucap dokter.
“Ibu Andin harus makan-makanan sehat dan jangan terlalu lelah mengingat ibu memiliki riwayat keguguran” ucap dokter sambil membersihkan gel yang ada di perut Andin.
Kepala Andin pusing dan terasa sakit seperti mau pecah. Andin memegang kepalanya karena pandangannya mulai kabur.
“Sayang... kamu baik-baik saja kan?” tanya Rian yang melihat Andin merasa pusing.
Andin masih berusaha menahan rasa sakit itu. Dirinya hanya tersenyum.
Dokter menjawab pertanyaan Rian kenapa dirinya bisa mual dan pusing di pagi hari di tambah dengan perilaku aneh yang terjadi padanya ternyata ada hubungannya dengan kehamilan Andin. Ketika dokter sedang menjelaskan semua itu.
Andin sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya sehingga dirinya jatuh pingsan tepat di samping Rian.
Beruntung posisi mereka lagi duduk sehingga Andin tidak mengalami cedera, hanya kepalanya saja yang jatuh ke pundak Rian.
“Sayang... sayang...” Rian panik dan para perawat datang lalu membawa Andin ke kasur pasien untuk pengecekan.
Setelah melakukan pengecekan Andin di masukan ke ruang rawat inap untuk melakukan perawatan lebih lanjut.
Andin pingsan cukup lama, dirinya terbangun di tengah malam di mana dirinya merasa ada tangan yang memeluknya erat.
Ya... Rian memilih ruang rawat inap yang kelas 1 di mana kasur pasien bisa di gunakan oleh orang dua.
“Beruang kutub ini kenapa memelukku?” ucap Andin pelan namun tetap mampu membangunkan Rian.
Rian yang terbangun langsung mencium dahi sang istri karena terharu dan senang sang istri telah terbangun.
“Aku begitu khawatir sayang... aku tidak bisa kehilangan kalian lagi” ucap Rian yang ternyata di sertai air mata yang terasa mengalir membasahi wajah Andin.
“Kamu menangis?” tanya Andin sambil mengerutkan dahinya.
“Kenapa? Apa aku harus tertawa di kala dirimu sakit? Aku bisa mati jika kamu dan anak kita terjadi sesuatu!” ucap Rian yang sukses membuat Andin memukul wajahnya.
“Kenapa? Ada yang salah?” tanya Rian bingung dengan perilaku Andin yang kasar dan sinis dengan dirinya.
“Apa kamu pikir aku akan menyerahkan hidupku dan anakku kepadamu, ANAK PEMBUNUH. Turun... aku benci kamu....” ucap Andin teriak lalu dengan cepat mencabut infus dan berlari ke luar ruangan.
Namun dengan cepat Rian menangkap Andin dan memeluknya erat.
“Aku bisa jelaskan semuanya. Apa kamu sudah ingat semuanya?” tanya Rian sambil memeluk Andin meski Andin memberontak ingin di lepaskan.