Alaish Karenina, wanita berusia dua puluh sembilan tahun itu belum juga menikah dan tidak pernah terlihat dekat dengan seorang laki-laki. Kabar beredar jika wanita yang akrab dipanggil Ala itu tidak menyukai laki-laki tapi perempuan.
Ala menepis semua kabar miring itu, membiarkannya berlalu begitu saja tanpa perlu klarifikasi. Bukan tanpa alasan Ala tidak membuka hatinya kepada siapapun.
Ada sesuatu yang membuat Ala sulit menjalin hubungan asmara kembali. Hatinya sudah mati, sampai lupa rasanya jatuh cinta.
Cinta pertama yang membuat Ala hancur berantakan. Namun, tetap berharap hadirnya kembali. Sosok Briliand Lie lah yang telah mengunci hati Ala hingga sulit terbuka oleh orang baru.
Akankah Alaish bisa bertemu kembali dengan Briliand Lie?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfian Syafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Selesai
Brian benar-benar menepati janjinya kepada Ibu Maira, jika siang ini dia pergi ke rumah Maira sendiri untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Semalam Brian sudah mengirimkan pesan jika membatalkan pernikahan meski tanpa sebuah alasan.
Percuma juga Brian cerita yang sebenernya, toh orang tua Maira pasti tidak akan percaya. Mereka lebih percaya anak sendiri. Apalagi Maira selalu dimanja dan dituruti semua kemauannya.
Jadi sikap itu pun selalu ditunjukkan kepada Brian. Maira sangat manja dan jika tidak dituruti kemauannya dia akan rewel seperti anak kecil yang minta sesuatu tapi tidak diberikan. Masalah tato setiap hari Maira selalu membahasnya sampai Brian benar-benar lelah.
Brian nggak suka dengan sifat Maira yang seperti itu. Selalu menasehatinya jika apa yang dia mau itu tidak selalu harus bisa dituruti. Namun, Maira bebal dan tetap seperti anak kecil. Tidak mau berpikir dewasa sama sekali.
"Apa maksud kamu batalin pernikahan dengan anak saya! Kamu mau main-main dengan anak saya? Kalau nggak serius seharusnya kamu nggak perlu lamar anak saya waktu kemarin!" ucap Bu Tuti, Ibunya Maira.
Baru juga Brian sampai dan belum turun dari motornya, Bu Tuti sudah menyambut Brian dengan makian. Nggak ada sopannya sama sekali, setidaknya biarkan Brian itu turun dari motor, dipersilahkan masuk lalu duduk. Kasih minuman teh apa kopi, baru deh ngomel-ngomel. Ini baru juga sampai dihalaman rumah Maira dan motor belum mati mesinnya malah sudah kena semprot.
Brian cuma diem aja, matiin mesin motor dan duduk di motor sambil nunggu Ibunya Maira ngomel. Sementara Maira sudah duduk dibangku teras. Kedua netranya sembab mungkin habis menangis semalam. Sekarang juga nangis, tapi Brian biasa aja nggak kasian sama sekali. Mau nangis darah juga Brian nggak akan peduli wong ya Maira sudah punya pengganti Brian. Buat apa kasian?
"Kamu tahu nggak? Dua bulan lagi pernikahan itu dilaksanakan. Mau ditaruh dimana muka saya ini kalau sampai batal! Alasan kamu itu nggak jelas sama sekali! Cuma gara-gara Maira kamu suruh hapus tato sampai kamu batalin nikah?" omel Bu Tuti.
"Dasar laki-laki tidak tahu diri! Sudah bagus saya dan suami saya terima kamu dan anggap kamu seperti anak sendiri. Kalau Maira nggak memohon buat terima kamu, kami nggak akan terima kamu jadi menantu! Asal kamu tahu ya, Brian! Maira itu banyak yang ngantri dan semua dari golongan orang kaya! Mereka mau lamar Maira tapi kami tolak karena Maira memilih kamu! Bisa-bisanya kamu malah mempermalukan kami!" Bu Tuti nggak ada hentinya mengomel, dia nggak peduli kalau tetangga sampai tahu.
Sementara Maira semakin terisak. Entah nangisin apa Brian juga nggak tahu. Mana mungkin nangis karena batal nikah. Mungkin lagi berantem sama selingkuhannya.
Dengan tenang Brian mendengarkan semua makian itu. Padahal Brian belum menjelaskan secara detail kenapa batal menikah. Akan tetapi Ibunya Maira malah bilang soal tato. Brian simpulkan pasti Maira yang jelek-jelekin Brian didepan Ibunya. Biarlah nama Brian jelek dikeluarga Maira yang penting dia lega nggak jadi nikah sama Maira.
Nggak bisa bayangin kalau jadi nikah sama Maira. Bagaimana nasibnya nanti. Sekarang saja sudah kelihatan betul sifat ibunya itu. Kalau memang Bu Tuti nggak suka sama Brian.
"Ada apa sih, Bu? Pagi-pagi udah ribut?" Pak Bejo datang dari dalam dengan wajah paniknya.
"Tuh calon mantu kurang ajar yang batalin nikah cuma gara-gara putri kesayangan kita maksa buat hapus tato dibadannya. Maira bilang nama itu adalah nama mantannya! Dia ini masih cinta sama mantannya bukan cinta sama anak kita, Pak. Maira cuma dimainkan doang! Tahu gitu Ibu kemarin terima lamaran juragan emas!" ucap Bu Tuti dengan nada tinggi.
Badannya yang gemuk itu pun berjalan ke arah samping rumah untuk mengambil sapu lidi. Nggak puas rasanya kalau cuma ngomel.
"Mau apa kamu, Bu?"
"Mau tak sabetin itu anak!"
Pak Bejo merapikan sarungnya takut melorot pas lari bisa gawat nanti. Laki-laki berkumis tebal itu pun menghalangi langkah Bu Tuti. Supaya nggak bertindak aneh-aneh. Sementara Brian cuma tersenyum tipis melihat kelakuan kedua orang tua Maira. Dia belum juga disuruh masuk. Lalu melirik ke arah Maira yang rupanya sedang menatap ke arahnya.
Sama-sama nggak mau deketin. Maira nunggu Brian nyamperin tapi Brian nunggu dipersilahkan masuk sama pemilik rumah. Nggak sopan kalau ujug-ujug masuk gitu aja.
"Jangan aneh-aneh, Bu. Ini masih pagi. Kamu nggak malu dilihatin tetangga? Mbok ya Briannya suruh masuk dulu terus duduk di dalem sambil ngobrol dengan kepala dingin. Selesaikan semua masalah dengan cara baik-baik!" Pak Bejo memberikan nasehat kepada sang istri tercinta yang selalu emosian itu.
Bu Tuti kemudian menatap sekitar dan memang beberapa tetangga keluar rumah untuk menyaksikan keributan itu. Akhirnya Bu Tuti melempar sapu lidi dengan asal dan masuk ke dalam rumah.
"Masuk!" ajak Bu Tuti saat melewati Brian.
Nadanya nggak enak di dengar. Kayak ikhlas nggak ikhlas. Dengan langkah malas, Brian pun masuk ke dalam rumah Maira. Duduk di sofa ruang tamu dengan santai. Ya jelas santai soalnya Brian nggak salah.
Duduknya sok cool tapi emang beneran cool sih. Apalagi penampilan Brian hari ini beneran cakep. Kaos oblong warna hitam dan celana denim selutut. Menambah kesan kegantengan laki-laki itu. Nggak sia-sia Bu Ranti selalu bilang Brian yang gantengnya nggak ketulungan. Kayak ayangnya othor yang gantengnya kebangetan.
"Bapak dengar, Nak Brian ... Mau membatalkan pernikahan dengan Maira itu kenapa ya? Alasannya apa benar karena Maira memaksa hapus tato di dada Nak Brian?" tanya Pak Bejo dengan lembut.
Sementara Bu Tuti melirik dengan sinis. Udah benci banget sama Brian. Bahkan nggak disuguhi minum sama sekali.
Maira terus menatap Brian dengan wajah sendunya. Dalam hati Maira terus mengagumi ketampanan Brian itu.
"Bukan, lebih baik Bapak dan Ibu tanyakan kepada Maira langsung. Apa penyebab pernikahan ini batal," ucap Brian dengan santai sambil melirik Maira sekilas.
Pak Bejo menatap Maira sambil mengerutkan keningnya. Maira paling takut kalau sudah ditatap oleh Pak Bejo soalnya suka galak.
"Ada apa Maira?"
"Nggak ada apa-apa. Maira juga nggak tahu alasannya. Ya Maira cuma tahu kalau Maira salah karena udah maksa Mas Brian buat hapus tato itu dan mengganti namanya dengan nama Maira," jawab Maira.
Brian cuma senyum miring. Benar-benar nggak mau ngaku salah Maira ini.
"Dori itu siapa ya? Kok semalam Miara pergi sama Dori terus chattan di efbe juga manggil sayang?" Pada akhirnya Brian pun menyindir Maira.
Pak Bejo menghela napas panjang dan Bu Tuti mendelik karena terkejut. Mereka juga tahu siapa Dori ini karena sering main untuk bertemu dengan Maira.
"Maira, lebih baik kamu selesaikan masalah ini berdua." Pak Bejo pun bangkit dari duduknya.
"Ayo, Bu," ajak Pak Bejo supaya memberi ruang untuk sepasang kekasih itu.
"Kemana? Masa mereka ditinggal? Kalau Brian macam-macam gimana?" protes Bu Tuti karena melihat Pak Bejo malah keluar rumah seraya mengambil kunci motor yang tergeletak dimeja dekat pintu.
"Nggak bakalan lagian selama ini Maira sering ke rumah Brian nyatanya nggak kenapa-kenapa. Brian itu anak baik-baik. Percaya sama Bapak."
"Baik apanya? Kalau baik nggak bakal batalin pernikahan dengan anak kita!" tukas Bu Tuti.
"Udah ayo kita jajan mie ayam depan gang," ajak Pak Bejo sambil menarik tangan Bu Tuti.
Akhirnya Bu Tuti mengalah karena godaan mie ayam perut Bu Tuti jadi keroncongan.
"Mas, kamu ... Cinta banget ya sama Alaish?" tanya Maira.
Bukannya jelasin soal Dori malah nanyain Alaish si gadis lemot tapi imutnya kebangetan kayak boneka barbie.
Brian mendengus, "Kenapa memangnya?" Brian balik tanya. Sebenarnya sudah malas mau ngobrol sama Maira.
"Kalau cinta kenapa kalian putus? Kenapa Mas Brian nggak nikah sama dia?"
"Ya nanti aku nikah sama dia," jawab Brian enteng.
"Mas, kita mau nikah loh. Aku nggak mau di madu!" ucap Maira sambil mengerucutkan bibirnya biar keliatan gemesin.
Akan tetapi nggak bikin Brian gemes, malah bikin laki-laki itu sebal dan mual. Sejak tahu Maira mendua dia jadi benci banget sama Maira. Nggak ada perasaan apapun lagi. Sekarang Brian hatinya sedang berbunga-bunga karena bertemu Ala kembali meski lewat sosial media.
"Lah siapa juga yang mau nikah sama kamu? Mending kamu nikah aja sama Dori. Memangnya aku nggak tahu kelakuan kamu dibelakang aku, hah?" Brian sudah tidak bisa menahan kesabarannya lagi.
Maira ini kepedean sekali padahal Brian nggak mau nikah sama Maira apalagi nikah dua kali. Orang Brian maunya nikah sama Ala dan rencananya kalau ketemu nanti mau beri kejutan buat lamar dia. Ah, nggak sabar rasanya ketemu Ala secara nyata meski sekarang Ala sok cuek tapi Brian yakin lama-lama gadis itu kembali luluh.
"Aku nggak ada hubungan apa-apa sama Dori. Kita hanya berteman dan itu juga semua gara-gara kamu yang nggak mau ngajak malam mingguan. Kamu juga nggak mau hapus tato itu! Jadi aku cuma pengen ngetes kamu cemburu apa enggak kalau aku deket sama Dori!" Maira membela diri. Nggak mau ngaku salah. Ya mana ada sih maling mau ngaku.
"Mbelgedes! Aku nggak peduli itu. Pokonya kita batal buat nikah. Sana kamu nikah sama Dori ditanggal yang udah ditetapkan buat kita kemarin!"
Brian pun bangkit dari duduknya. Maira segera menarik tangan Brian agar tidak jadi pergi.
"Mas, aku nggak mau batal nikah. Aku mau tetep nikah sama kamu. Maafin aku, Mas!" kata Maira sambil terisak.
"Rasudi!" Brian menarik tangannya dan tetap melangkah pergi.
"Jadi sebenarnya kamu nggak ada perasaan apapun kan sama aku dan kamu cintanya cuma sama nama itu?"
Brian menghentikan langkahnya, bukan karena ucapan Maira tapi kehadiran Dori yang sudah berada di halaman rumah Maira. Sementara Pak Bejo dan Bu Tuti rupanya nggak jadi pergi. Mereka balik karena melihat kedatangan Dori dari kejauhan dan sayangnya mereka terlambat buat mencegah Dori datang kerumah.
"Kita selesai, Maira!" geram Brian.
Laki-laki ganteng itu pun melajukan motornya dengan kecepatan tinggi meninggalkan rumah Maira.
Bersambung....
Selamat membaca yaaa semoga suka dengan kisah ini. Jngn lupa like, komen dan subscribe.
kalau mau lihat visualnya sudah ada di FB dan ig.
follow ya FB dan Ig othor: Alaish Karenina
semangat kakak,
udu mmpir....
btw...ni pnglman pribadi y????
🤭🤭🤭