Setelah 14 Tahun Berpisah
Aku pernah mencintai terlalu dalam,
hingga logika hilang ditelan perasaan.
Ketulusan yang kuberikan,
ternyata tak cukup untuk membuatku bahagia.
Dikecewakan oleh dia,
yang hanya menjadikanku pelampiasan sementara,
seperti bayangan yang berlalu,
membekas tanpa pernah memberi arti.
Namun dari luka ini aku belajar,
bahwa cinta sejati tak seharusnya mengorbankan diri,
dan kebahagiaan tak datang dari harapan pada yang salah.
***
Wajahnya mulai menunjukkan kebosanan, satu tangan menopang dagu dan satunya lagi mencoret-coret buku. Membuat pola abstrak untuk mengusir rasa bosannya. Akan tetapi tetap saja rasa itu tidak hilang, sesekali kedua netranya melirik ke arah dinding yang terbuat dari kaca itu. Berembun dan tidak terlihat dengan jelas kondisi di luar sana.
Suara hujan deras masih terdengar, mengguyur kota Bekasi siang ini. Entah sampai kapan hujan akan reda. Sudah hampir satu jam dia terjebak di sebuah kafe yang sangat ramai. Hal yang tidak dia sukai. Kalau saja bukan karena sahabatnya yang sedang duduk di hadapannya ini, Ala nggak mau berada di kafe itu.
Ala tidak suka tempat yang ramai dan bising. Suara para pengunjung seperti pasar karena hujan membuat mereka mungkin tidak mendengar apa yang masing-masing bicarakan jadi harus dengan suara sedikit keras.
"Mau nambah kopi?"
Ala menggeleng.
"Makan?"
Lagi dan lagi gelengan yang menjadi jawabannya. Membuat Laras serba salah.
"Gue udah pesan ojol tapi nggak ada yang nyangkut. Mungkin karena hujan. Sabar ya, bentar lagi reda kita pulang," kata Laras berusaha menenangkan Ala yang sudah bosan itu.
"Sabar kata lo?" ucap Ala sambil tersenyum miring.
Harus sabar seperti apa lagi Ala ini? Menunggu orang selama satu jam tanpa melakukan aktivitas apapun. Yah, duduk diam dan menikmati makanan yang tersaji dimeja itu sungguh membosankan. Ala lebih suka di toko buku, mau hujan sekalipun tidak masalah karena dia bisa menunggu sambil membaca novel atau buku lainnya.
"Bentar lagi orangnya dateng kok," kata Laras. Lagi-lagi dia berusaha tetap tenang dengan senyum manisnya. Meski dihati sudah cemas karena laki-laki yang ditunggu tidak datang.
"Berapa kali harus lakukan perjodohan?" tanya Ala dengan tatapan tajam. Dia sudah muak dengan ide gila sahabatnya.
Laras kembali tersenyum, tapi kali ini senyum yang dipaksakan karena memang kesalahan Laras sudah fatal. Selalu memaksa Ala untuk bertemu lelaki pilihannya. Laras hanya ingin Ala punya kekasih dan tidak menyandang predikat perawan tua misalnya.
"Ini .... Yang terakhir!" Laras mengacungkan jari telunjuk dan tengah.
Ala memutar kedua bola matanya malas.
"La, demi kebaikan lo. Biar nggak jomblo terus. Biar gue lihat lo jatuh cinta terus punya pacar," pinta Laras penuh harap.
Ala melempar pulpennya ke arah Laras tapi malah jatuh ke lantai. Laras mengambil pulpen itu lalu meletakkan di meja. Heran sama sahabatnya ini, kenapa setiap kali dikenalkan sama cowok selalu bersikap datar dan dingin sehingga semua cowok itu protes pada Laras dan ada juga yang mengira Ala nggak suka sama cowok. Laras cuma mau rumor yang beredar diluar sana itu salah. Kalau Ala ... Menyukai sesama perempuan. Selama ini persahabatan mereka baik-baik aja dan dibatas normal kok.
Padahal bukan tidak suka sama cowok, tapi ada alasan kenapa Ala selalu bersikap dingin dan datar ketika berhadapan dengan lawan jenisnya.
Alaish Karenina yang akrab dipanggil Ala, gadis berusia dua puluh sembilan tahun ini selalu menyandang predikat jomblo ngenes dan pernah mendapatkan berita miring kalau Ala suka sesama jenis. Ala pernah memiliki kekasih tapi cuma sebentar dan putus karena menurut Ala tidak cocok. Belum apa-apa sudah dimanfaatkan. Laras sendiri sudah menikah dan memiliki dua anak, satu perempuan dan satu laki-laki.
"Heh, gue pernah ya pacaran kalau lo lupa!" kata Ala.
"Lima tahun yang lalu, itu udah lama banget, La! Lo tuh nggak niat nikah apa?" Laras gemas dengan Ala.
Laras tahu, soal pacar Ala lima tahun yang lalu dan kasus tentang mereka putus. Sejak saat itu Ala tidak lagi dekat dengan cowok manapun. Bahkan ditempat bekerja ada yang suka saja, Ala selalu cuekin. Mau sebesar apapun effortnya tidak membuat hati Ala luluh.
"Siapa tahu bentar lagi dia datang, dia penulis loh, La. Novelnya ada dibeberapa aplikasi novel online," ucap Laras, mencoba meredakan rasa jengkel Ala. Berharap Ala akan tertarik cowok tersebut.
Ala menghela napasnya dan mengangkat kedua bahu. Sama sekali tidak tertarik dengan ucapan Laras.
"Ganteng banget loh, La!" Laras menggoyangkan tangan Ala yang berada di meja.
Niat hati mau jodohin sahabatnya sama teman lama, malah cowok itu belum menunjukkan batang hidungnya setelah satu jam menunggu. Laras jadi takut kalau rencananya gagal. Biar bagaimanapun Laras pengen Ala tuh punya pasangan dan nggak jomblo terus. Meski kalau ditanya alasannya kenapa menjomblo ya jawabannya karena belum ada laki-laki yang tepat dan ingin sukses dulu baru nikah.
"Coba deh feminim dikit!" Laras memindai penampilan Ala yang apa adanya. Malah terkesan tomboi.
Laras terus berusaha biar Ala nggak ngambek dan bosan. Gadis itu irit bicara memang dan Laras kehilangan topik untuk berbicara karena Ala sudah terlanjur kesal. Ala memang tomboy, wajah datar dan selalu bersikap dingin selain itu dia juga tegas.
"Kalau sayang bakal terima apa adanya bukan malah merubah!" Ala bosan dengan pembahasan ini.
Ala memilih pergi dari kafe karena hujan sudah reda. Laras menghela napas panjang dan menggeleng pelan. Kalau sudah ngambek mending dibiarin. Ala butuh ketenangan. Laras memilih menunggu laki-laki yang sudah janjian sama dia. Takut malah kecewa orangnya. Lagipula bukan cuma satu cowok yang datang. Ada teman lama Laras lainnya juga semasa sekolah dulu. Mau bantuin Ala yang sering Laras ceritakan. Mereka ini beda dua tahun. Laras lebih tua dari Ala, makanya Laras selalu menganggap Ala seperti adiknya sendiri.
Laras melakukan ini semua juga demi kebaikan Ala. Siapa tahu mereka cocok karena sama-sama introvert.
"Kamu mau sampai kapan sih, La? Kenapa juga setiap dekat nggak ada yang cocok?" tanya Ala pada dirinya sendiri.
Dia berdiri di halte bus, menunggu bus datang karena ponselnya mati. Mau mesen ojol juga percuma. Ala lupa mau nyuruh Laras. Mau balik ke kafe tapi lagi mode ngambek.
Bus datang bersama dengan hujan yang kembali turun. Ala duduk di dekat jendela, memasang tudung hoddie dan memasukkan kedua tangan di kantung hoddienya. Ala menatap pemandangan di luar. Mengingatkannya pada kejadian beberapa tahun yang lalu.
Ala sedang duduk dibangku SMA kelas satu, momen yang tidak akan pernah Ala lupakan. Untuk pertama kalinya dia pergi bersama seorang laki-laki. Pergi ke sebuah taman dengan menggunakan bus. Ala belum pernah bepergian jauh, selain tidak punya teman dia juga malas kemana-mana. Namun, laki-laki itu hadir dan merubah kebiasaan Ala.
Gadis itu menikmati pemandangan yang ada di taman tersebut meski sangat ramai dan menguras energinya tapi Ala sangat bahagia. Berjalan dengan bergandengan tangan layaknya sepasang kekasih pada umumnya.
"Sayang nggak sama aku?" tanya laki-laki itu.
Ala tersenyum dan mengangguk. Masih malu untuk mengungkapkan perasaannya.
Jalan cerita cinta Ala sungguh rumit, bahkan jarang sekali orang yang mengalami kisah cinta seperti Ala. Mungkin cinta Ala sudah habis pada laki-laki itu hingga saat ini tidak ada yang mampu menggantikan laki-laki tersebut dihatinya.
"Lo dimana sekarang? Masih hidup nggak sih? Apa udah banyak cewek yang lo sakiti sekarang?" batin Ala.
Hati Ala teramat sakit ketika ingatan kejadian yang pernah dialaminya. Saat memergoki dia mendua dengan seorang perempuan yang lebih cantik darinya. Ala bodoh dan malah tetap bertahan meski hatinya terluka. Kepercayaan itu hilang tapi Ala yakin jika laki-laki itu akan tetap setia padanya.
Keringat dingin mulai menetes, telapak tangan Ala basah bersama dada yang terasa sesak. Ala mencoba menghirup oksigen sebanyak mungkin dan mengeluarkan perlahan. Meremas jemarinya agar rasa sakit itu berkurang. Setiap kali Ala mengingatnya akan ada hal yang hadir dan membuat Ala benci. Hatinya terluka, rasa benci itu semakin bertambah dengan mengingat hal-hal yang menyakitkan.
Tidak ada yang tahu kondisi Ala saat ini, dia selalu memperlihatkan kepada semua orang bahwa dia baik-baik saja. Bahkan Laras yang menjadi sahabatnya pun tidak tahu bagaimana Ala yang sebenernya. Ala juga merahasiakan kisah cinta pertamanya kepada siapapun yang menjadi teman dekatnya. Bagi Ala meski dekat tetap harus memiliki batasan. Tidak semua orang tahu cerita hidup Ala.
"Sesayang itu gue sama lo, tapi malah lo sia-siakan. Perjuangan gue mungkin nggak pernah lo anggep ya!"
Kedua matanya terpejam, tapi malah bayangan masa lalu itu hadir kembali. Ingatan tentang orang yang sampai saat ini tersemat dihatinya pun kembali. Padahal mati-matian dia melupakannya dan rela pergi jauh dari tanah kelahiran demi menyembuhkan luka itu.
Kasih sayang Ala sangatlah tulus dan tidak pernah memandang dari fisik seseorang. Namun, ketulusan malah membuat Ala terluka sangat dalam sedalam lautan.
Hingga saat ini Ala sulit untuk menemukan pengganti cinta pertamanya itu.
Bersambung .....
Selamat membaca ya, mohon beri dukungan dengan cara like, komen, subscribe yaa biar penulis semakin semangat nulisnya. Terima kasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Fa'iqoh Siti Elok
absen, moga ceritanya lebih seru dari rain
2024-10-28
1