21++
sebagian cerita ada adegan panasnya ya.
harap bijak dalam membaca.
bocil skip aja. jangan maksa 😂😂
caera Anaya. rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian karna penghiatan suami dan sahabatnya.
rasa sakit yang membuat hatinya membatu akan rasa cinta. tetapi ia bertemu dengan seorang lelaki dan selalu masuk dalam kehidupannya. membuat ia berfikir untuk memanfaatkan lelaki itu untuk membalas sakit hati pada mantan suaminya.
akankah caera dapat membalas sakit hatinya?
yuk ikuti karya pertama ku ya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 34
keadaan taman lumayan ramai. banyak orang yang sekedar menghabiskan waktu akhir pekan di sini. atau memang janjian bertemu teman.
banyak pohon yang rindang menaungi seluruh penjuru taman. dan banyak pula tempat bermain anak-anak yang di sediakan.
tempat duduk yang sengaja di buat untuk pengunjung melepas lelah setelah berolah raga atau sekedar jalan-jalan mengelilingi taman kota yang luas ini.
caera dan dinda duduk di salah satu tempat duduk di tengah taman sambil memperhatikan anak-anak bermain sepak bola.
caera menghubungi Dinda sewaktu ingin berangkat ke taman. dan Dinda pun menyetujui bertemu di taman bersama anak-anaknya.
"jadi gimana Ra, sudah ada yang menerima lamaran kerja mu?"
tanya Dinda.
"belum Din. sudah 1 Minggu aku mengirimnya. tapi belum ada tanggapan. mungkin karena aku tidak punya pengalaman kerja"
"yah, sabar saja lah Ra" Dinda menepuk bahu caera "aku sudah bilang pada Alfian, mungkin masih ada lowongan buat kamu. tapi Alfian juga bilang belum ada"
"tidak apa Din"
caera tersenyum.
"terus gimana soal sidang kamu? lancar?"
"lancar Din. tinggal sidang terakhir beberapa hari lagi. resmi deh aku jadi janda. haha"
caera tertawa.
"janda seperti kamu sih mana ada yang nolak"
Dinda mencubit lengan caera gemas.
"nolak apa nih?"
"mencintai mu"
mereka berdua tertawa. anak-anak masih asik bermain bola berkejaran kesana kemari.
"tapi pengacara kamu itu tampan banget loh Ra"
Dinda tampak antusias.
"terus, kenapa?"
caera menoleh menatap Dinda menggoda.
"yah, apalagi? Pepet dong"
Dinda dengan bersemangat mencolek caera.
"ih apaan sih kamu"
caera tertawa jengah.
"tapi sepertinya dia orang yang berkelas ya Ra. kok bisa sih dia jadi pengacara kamu?
"dia gantiin Demian Din. kata Demian dia sibuk"
"eleeehh.. Demian banyak alasan saja itu"
Dinda mencebik.
Dinda juga kenal Demian. teman lama mereka sewaktu SMA.
"mungkin memang sibuk. sampai bicara juga sepertinya dia terburu-buru"
"iisshh... Demian cuma Sok sibuk Ra. hanya di telepon istrinya juga dia sudah kelihatan sibuk sekali"
mereka berdua kembali terkikik. mengingat Demian punya istri yang super heboh. Demian sangat takut pada istrinya. apalagi jika sayla istrinya sudah mengeluarkan suara melengking. Demian akan lari terbirit-birit bersimpuh di kaki sayla.
"jadi kamu juga akan menghadiri sidang terakhir Ra?"
"tidak ah Din. biarlah tuan Richard saja yang mengurus. aku tinggal tandatangani saja suratnya"
"hmmm..." Dinda manggut-manggut "eh Ra"
Dinda menyenggol caera dengan bahunya.
"apa?"
"gimana ya rasanya jadi istri tuan Richard itu?"
Dinda bicara sambil matanya menerawang jauh. membayangkan menjadi istri seorang tuan Richard sang pengacara kaya.
Dinda memang pemuja pria-pria tampan. wajahnya selalu berbinar jika membicarakan mereka. sampai terkadang Alfian memakai topeng pria-pria tampan untuk menarik perhatian Dinda jika sedang merajuk.
"astaga Dinda. ingat Alfian saja lah"
caera tersenyum geli melihat Dinda membayangkan yang tak pernah terjadi.
"hihihi... iya Ra"
Dinda tersipu dan terkikik geli.
"Din, sebentar deh. aku ke stan makanan itu dulu ya. mau beli cemilan buat anak-anak"
caera menunjuk stan makanan yang berjejer di pinggir jalan agak jauh dari tempat mereka duduk.
"iya. tapi jangan lama-lama ya"
caera hanya tersenyum dan pergi meninggalkan Dinda yang mengawasi anak-anak bermain.
Azam anak Dinda yang pertama, menendang bola ke arah Gino agak keras. jelas Gino kesusahan menangkap bola itu. Gino mengelak takut terkena tendangan bola. dan akhirnya..
Bhhuuukkk...
"aaww.."
seseorang mengaduh di belakang Gino. seorang lelaki berkulit gelap memakai topi hitam membungkuk kesakitan tertendang bola di area terlarang miliknya.
sontak Dinda memucat dan berdiri menghampiri pria itu.
"aduh maaf tuan. anak saya tidak sengaja"
Dinda membungkuk ingin menolong pria itu. tapi lelaki itu langsung bangkit tegak seperti tidak terjadi apa-apa.
banyak orang yang menoleh memperhatikan mereka. terlebih pria satu lagi yang ada di sampingnya. dia tertawa merasa geli melihat temannya terkena tendangan super.
"tidak apa"
jawabnya dingin.
"eh.. anda tidak apa-apa tuan?"
Dinda bingung. cepat sekali perubahan orang ini. barusan tadi kesakitan. tapi sekarang wajahnya datar-datar saja.
"tidak apa nona. dia sudah biasa terkena tendangan bola"
pria yang satunya lagi menyahut.
Dinda baru memperhatikan pria yang baru berbicara ini.
"waaahh"
mata Dinda berbinar. dia melihat seorang pria yang sangat tampan. sama memakai topi warna hitam, memakai kaos putih dan bercelana pendek. bermata coklat terang dengan alis yang tebal dan hidung mancung dengan wajah blasteran. kulitnya yang putih sangat menawan untuk di pandang.
Dinda sampai tak berkedip menatapnya. yang di tatap seintens itu malah tertawa melihat Dinda terpukau di depannya.
"kau tampan sekali tuan" wajah Dinda bersemu malu "tapi aku pernah melihat mu di televisi" ujar Dinda lagi.
"ehemm"
pria berkulit coklat gelap berdehem.
"eh.. tuan tidak apa-apa? apa masih sakit?"
fokus Dinda teralihkan. mendekati pria berkulit coklat itu.
"tidak apa-apa nona*
lelaki itu menggerakkan tangannya menyuruh Dinda berhenti untuk tidak mendekat padanya.
Azam, prila, dan Gino mendekat takut-takut. mereka berjejer menghadap pada kedua pria itu.
"paman, maafkan kami ya. tidak berhati-hati"
ujar Azam menunduk takut.
"iya paman. maafkan Gino juga. tidak bisa menangkap bola itu"
Gino menunjuk bola sambil sama tertunduk takut.
"iya paman"
sahut prila juga. ketiga bocah itu merasa bersalah.
pria tampan blasteran itu tersenyum. mendekat pada ketiganya dan berjongkok di depan mereka.
"tidak apa-apa anak-anak. paman itu tidak terluka bukan?"
mereka bertiga melirik takut. Gino mendongakkan kepalanya begitu menatap lelaki tampan itu.
"paman, kau terlihat seperti Superman ku"
ujarnya lugu.
"oh ya?"
"iya paman. sebentar aku ambil Superman ku"
Gino berlari ke arah tempat duduk yang di duduki caera dan dinda tadi. mengambil mainan Supermannya. kembali dengan mengacungkan mainan itu.
"lihat paman. kau sama seperti Superman ku"
jawabnya bersemangat.
menatap wajah pria itu dan mainan Supermannya bergantian.
"wah.. bagus sekali Superman mu"
pria itu terlihat senang Gino menganggapnya sama dengan mainan Supermannya.
"iya paman. jadi paman ini paman Superman ya?"
"haha.. kenapa begitu"
"Superman ku kan tinggiiiiiiii sekali" Gino menaikkan tangannya menirukan seseorang yang tinggi melebihi tubuhnya. " paman juga sama tinggi. paman jadi Superman saja"
"hahaaa" pria itu tertawa. lucu melihat keluguan Gino. "baiklah paman jadi Superman saja"
Gino bersorak kesenangan. merasa menemukan idola superheronya di dunia nyata. bertepuk tangan heboh.
mereka tertawa melihat tingkah Gino. hanya seorang saja yang tidak ikut tertawa. pria berkulit coklat itu hanya diam memperhatikan.
"kalau paman jadi Superman, trus paman yang itu jadi apa?"
pria itu menunjuk temannya yang berkulit coklat.
mereka semua menoleh ke arah pria kaku itu.
wajah Gino berbinar secerah mentari pagi. ia kembali berlari ke arah tempat duduk, dan kembali lagi dengan membawa mainan satu lagi.
"lihat paman, paman yang itu jadi Batman saja"
Gino mengacungkan mainan batmannya yang serba hitam. memperlihatkan pada semua orang kalau pria kaku itu sama seperti Batman.
"hahahaaa.."
pria blasteran itu tertawa terbahak. dia sangat menyukai keluguan Gino yang menyebut temannya terlihat seperti Batman. karena mungkin Gino menganggap temannya dan mainan batmannya sama-sama gelap 🤭
Dinda tertawa tertahan. melirik pria kaku itu dengan terkikik geli. sementara orang yang di bilang sama seperti Batman, diam seribu bahasa. hanya wajahnya yang sedikit memerah. tapi tidak terlihat sih. malah terlihat menjadi bersemu hijau 😁
Daan sayang bngt aku ga punya Deva hhhh