NovelToon NovelToon
Midnight Class

Midnight Class

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / TimeTravel / Reinkarnasi / Perperangan / Kutukan / Penyelamat
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rheanzha

Tiga sekolah besar dibangun pemerintah untuk menampung anak-anak yang memiliki talenta. Salah satu dari tiga sekolah itu, membuat sebuah kelas khusus untuk mereka yang mempunyai potensi terpendam dan dapat membantu negara, dan dengan berbagai cara mereka mencari dan memasukan anak-anak yang memiliki bakat khusus untuk masuk kesekolah mereka.


Seorang programer yang merahasiakan identitasnya, tiba-tiba didatangi tiga orang kepala sekolah ternama, agar bergabung dengan mereka. Setelah bergabung, dia juga dimasukan ke kelas zero dengan kode name 'RAVEN', sebagai seorang programer dengan rekannya Mius, agar bisa dilatih menjadi agen rahasia pemerintahan.


Satu per satu identitasnya mulai bermunculan, bersamaan dengan kebenaran akan dirinya yang ada di sekolah itu.
.
.
.
.
semua itu terjadi di-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Night 28: Gadis Pemburu

~Rusia~

Sebuah pesawat mendarat di landasan militer milik Rusia. Beberapa personil mendampingi dua orang yang berpangkat lebih tinggi dari mereka, turun dari mobil mereka berdiri dan menyambut seseorang yang akan turun dari pesawat itu.

Seorang pria berbadan besar dan berwajah yang kaku, melangkah turun keluar dari pesawat.

"Selamat datang, Tuan." sambut seseorang yang terlihat seperti seorang komandan.

Mereka mulai menaiki mobil bergerak menuju sebuah bangunan. Para personil yang mengawal tadi sudah berpencar ke pos mereka masing-masing. Sebuah ruangan yang terbilang tidak terlalu besar namun cukup luas, dua orang itu membawa masuk tamunya.

"Saya sudah menyiapkan seseorang untuk membantu dan membawa anda ke manapun yang anda pinta, Tuan Edward." ucap pria itu.

"Kapan anda akan pergi, Tuan?" tanya pria yang lainnya.

"Besok pagi saya akan mengunjungi mereka." jawab Edward.

Mereka melanjutkan obrolan mereka untuk beberapa waktu. Kedua pria tadi mengantar Edward meninggalkan ruangan serta gedung itu. Sebuah mobil sedan terparkir tepat didepan pintu, seorang wanita yang memakai stelan formal berdiri tepat disamping mobil itu.

"Selamat sore Tuan Edward. Saya akan menjadi asisten anda selama anda disini. Saya Veronica, mohon penjagaannya Tuan." tutur wanita itu memberi hormat ke Edward dengan sedikit membungkuk.

"Mohon kerjasama nya, Nyonya Veronica." jawab Edward mengulurkan tangannya

"Baik ..." balas Veronica menyambut uluran tangan Edward dan tersenyum.

"Mari Tuan, saya antar anda ke hotel anda." lanjut Veronica membuka pintu mobil untuk Edward

Edward masuk kedalam mobil setelah Veronica membukakan pintunya. Veronica menunduk kearah dua pria yang meminta dirinya untuk menjadi asistennya Edward, lalu masuk dan mengemudikan mobil itu membawa Edward ke hotelnya.

"Selamat pagi, Tuan Edward." sapa Veronica yang sudah berada di lobby.

"Oh, selamat pagi ..." jawab Edward. "Kamu terlalu pagi, apa kamu sudah sarapan?" lanjut Edward .

"Sudah seharusnya saya menunggu Tuan Edward. Kalau masalah itu ... belum." ucap Veronica pelan dan malu.

"Ayo, sarapan dulu." ajak Edward berjalan ke cafetaria hotel.

Veronica mengikuti ajakan dari Edward, menikmati sarapan pagi mereka.

Waktu sudah menunjukkan jam 9 lewat diwaktu setempat. Veronica masih tetap setia dibelakang kemudi mobilnya, membawa Edward ke tujuan pertamanya.

Mobil Veronica mulai memasuki perdesaan yang tidak terlalu padat. Sebuah ladang terbentang disepanjang mata memandang saat mereka memasuki halaman rumah seseorang.

Duar ... suara ledakan terdengar jelas setelah suara nyaring dari tembakan seseorang. Mereka berdua sempat terkejut namin dengan cepat mengambil sikap tenang. Veronica menghentikan dan memarkirkan mobilnya, lalu mereka turun dan menghampiri asal dari suara ledakan tadi.

Seorang pria duduk santai di kursinya sambil memegang senapan dan teropong dimatanya. Tatapan aneh ditunjukan nya saat melihat Edward dan Veronica berjalan mendekatinya.

"Ada perlu apa kalian kemari?" tanya pria itu ketus.

"Ka ..." Veronica berusaha untuk menjawab, namun berhenti saat Edward berjalan mendekati pria itu.

Edward berdiri tegap tepat didepan pria itu, menatap tajam kebawah kearah pria itu. Terasa seperti sedang diprovokasi, pria itu tersenyum sinis dan mulai bangkit berdiri tegap menatap tajam ke arah Edward yang terbilang sangat dekat. Veronica dibuat cemas dengan apa yang dilakukan kedua orang yang ada didepannya itu, bingung bagaimana untuk memisahkan mereka.

Veronica benar-benar dibuat cemas, takut dan panik dengan apa yang mereka berdua lakukan, namun perasaan yang dia rasakan saat itu benar-benar hancur saat mendengar suara gelak tawa dari kedua orang yang dia cemaskan tadi.

"Eh ... apa yang terjadi? Bukannya kalian berdua tadi ingin berkelahi?" tanya Veronica bingung.

"Hahaha ... memang, kami berdua sedang bertaring adu kuat." jawab pria itu.

"Kamu tidak berubah, ya." ucap Edward ke pria itu.

"Oh ... perkenalkan, Rhony seorang mantan tentara dan teman lama pria kaku ini." ucap Rhony mengulurkan tangannya.

"Veronica, asistennya tuan Edward." jawab Veronica menyambut uluran tangan itu.

"Hm ..." Rhony memandangi Edward dan Veronica berganti. "Lalu, ada hal apa kamu datang kesini?" tanya Rhony sekali lagi.

"Aku ingin menjemput gadis yang bernama Thalita Noezs." jawab Edward.

"Ada keperluan apa kamu ingin menjemput keponakanku. Aku tidak mengijinkan dia jika kamu membawanya masuk kemiliteran?" jawab Rhony memasang wajah tak senangnya.

"Aku memang memimpin akademi kemiliteran, tapi bukan itu yang ingin aku lakukan. Hmm ... huhh ..." Edward menghela nafas panjang. "Aku akan menjelaskan semuanya, namun kalian berdua harus ikut aku kembali ke akademi dimana orang yang memerintahkan aku." pinta Edward serius.

"Hm ..." Rhony dan Veronica saling menatap.

"Sebelum itu, aku ingin mengetahui tentang diri kalian yang sebenarnya." ucap Edward yang membuat Rhony dan Veronica tak mengerti.

Edward mengeluarkan alat yang terlihat seperti ponsel dari dalam tasnya. Dia lalu memotret Veronica dan Rhony secara bergantian. Hal itu benar-benar membuat keduanya disulut kebingungan.

"Ini diri kalian yang sebenarnya!?" ucap Edward yang terdengar seperti bertanya meletakkan alat itu diatas meja.

Veronica dan Rhony segera melihat apa yang ada di dalam alat yang Edward miliki itu. Mereka membaca secara perlahan setiap kata yang ada disana, tentang biodata singkat diri mereka berdua dan juga beberapa penjelasan tentang kehidupan mereka berdua.

[ Nama : Veronica

Tanggal Lahir : 17 Januari 2057

IQ : 164

State : ~Manager Umum Kemiliteran

Innate : ~Speed Analisis, Observation ]

[ Nama : Abbarhon

Tanggal Lahir : 25 Mei 2047

IQ : 149

State : ~Freelance

Innate : ~Shooter, Calm Though ]

"Dan coba kalian arahkan lensanya kearah ku." pinta Edward setelah mereka terlihat selesai membacanya.

Rhony mengambil alat itu dan mengarahkan lensanya kearah Edward, seketika itu langsung memotret sendiri dan muncul beberapa data tentang Edward.

[ Nama : Edward (Rhondy)

Tanggal Lahir : 7 Maret 2047

IQ : 152

State : ~Kepala Sekola Army

Innate : ~Body Strange, Berserker ]

~dan beberapa keterangan lainnya seperti mereka berdua.

"Apakah ada yang ingin kalian tanyakan sebelum aku menceritakan semuanya?" tanya Edward ke mereka berdua.

"Siapa yang membuat alat ini?" teriak mereka berdua ke Edward.

"Eh, kalian menanyakan itu? Bukan tentang data diri kalian?" tanya Edward bingung dan penasaran.

"Kalau itu bisa nanti saja, sekalian data kamu juga." jawab Rhony dan anggukan Veronica.

Edward mulai memberitahu siapa yang membuat alat itu, yang menyuruh nya ke Rusia menjemput Thalita dan lainnya. Alasan dibalik itu semua serta juga ikut menjelaskan alasan dia ingin Veronica dan Rhony ikut bergabung juga. Diakhir, dia menjelaskan tentang Innate yang mereka miliki.

"Tunggu disini, aku akan panggilkan Thalita kesini." ujar Rhony lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Veronica masih duduk terdiam, tidak percaya dengan apa yang diceritakan Edward dan mulai menganalisa semuanya dan semua kemungkinan yang akan terjadi. Hampir setengah jam, akhirnya Rhony kembali ke mereka dengan membawa Thalita dan seorang wanita bersamanya.

"Kak, perkenalkan, mereka yang aku bicarakan tadi. Dia Edward, Kepala Sekolah Akademi Army, teman lamaku." ucap Rhony mengenalkan Edward ke kakaknya, ibu dari Thalita. "Dan dia Veronica, asisten Edward." lanjutnya.

"Kethline ..." ucap wanita itu mengenalkan dirinya dan mengguluran tangannya.

"Veronica." jawab Veronica membalas uluran tangan itu.

"Selamat siang ..." sapa Thalita ke mereka dan dibalas senyuman oleh Veronica.

"Bagaimana kalian bisa mencari dan ingin membawa putriku?" tanya Kethline dengan nada curiga.

"Kakak ..." "Ibu ..." ucap Rhony dan Thalita.

"Tidak apa, saya mengerti kekhawatiran anda." ucap Veronica. "Kami disini hanya diperintahkan oleh seseorang yang bisa dikatakan mengetahui segalanya, bukan hanya kami berdua saja, dua kepala dari Sky Heaven dan Bright Hawk juga diperintahkan mencari anak-anak yang mempunyai Innate didalam diri mereka, terutama mereka yang mempunyai Innate Valkyrie didalam dirinya." tutur Veronica yang mewakili Edward sebagai asistennya dan juga menutupi bahwa dia baru direkrut dan juga baru mengetahui hal itu.

"I ... Innate Valkyrie? Bagaimana hal seperti itu ada pada putri saya?" ucap Kethline.

"Tuan ... Bisa saya pinjam alat itu?" tanya Veronica ke Edward.

Edward memberikan alat itu ke Veronica dan dia langsung mengulurkan tangannya yang memegang benda itu ke Kethline.

"Nyonya Kethline bisa mengeceknya sendiri, tentang putri anda." ucap Veronica.

"Benda apa ini? Bagaimana cara memakainya?"

"Arahkan saja lensanya ke Thalita." jawab Veronica.

Kethline mengikuti apa yang disarankan Veronica ke dirinya. Dia mengarahkan lensa kamera yang ada di benda yang dia pegang kearah putri nya. Lensa kamera itu langsung memotret Thalita dan layar benda itu menampilkan foto Thalita serta beberapa tulisan didalamnya.

[ Nama : Thalita Noezs (Eir Valkyrie)

Tanggal Lahir : 3 Maret 2076 (589 Tahun)

IQ : 168

Hobby : ~Berburu

Innate : ~Stell Wall, Gladiator

(Valkyrie)]

Kethline membaca dengan teliti apa yang tertulis disana. Dia memasang wajah ragu untuk mempercayai apa yang ada didalam benda itu.

"Nyonya Kethline bisa mengarahkan benda itu ke kami dan mempertimbangkan hal itu." pinta Veronica.

Kethline sekali lagi mengikuti saran Veronica. Dia mengarahkan lensa kamera alat itu ke arah Veronica, kearah Edward, lalu kearah Rhony adiknya dan terakhir kearah dirinya sendiri. Dia membaca semua data itu dengan teliti.

"Tuan Edward ..." panggil Veronica.

"Oh, benar ..." jawab Edward.

Edward membuka tasnya dan terlihat sedang memilih sesuatu.

"Thalita, untukmu ..." ucap Edward memberikan ke Thalita sesuatu dari dalam tasnya.

"Untuk saya?" tanya Thalita.

"Benar untukmu. Hm ... tidak, ini punyamu." ucap Edward membenarkan perkataannya

"Buku yang mengeluarkan cahaya itu punyaku?" Thalita masih ragu.

"Benar, itu punyamu. Karena kamu dapat melihatnya dan dia bercahaya mengenal dirimu." tutur Veronica meyakinkan.

"Dapat melihatnya?" Thalita semakin bingung.

"Ya, karena kami benar-benar tidak melihat apa yang sedang Edward pegang." jawab Rhony.

Thalita menatapi Rhony dan Veronica yang dibalas dengan anggukan yang meyakinkan. Dia menatap ke Ibunya dan didapati tatapan kebingungan dari ibunya terhadap apa yang dia dan Edward bahas.

"Ibu tak tahu apa yang kalian bahas dan juga apa yang Edward pegang sebelum kamu bilang kalau itu adalah sebuah buku." jawab Kethline saat Thalita menatapnya.

Thalita meyakinkan dirinya mengambil buku yang ada ditangan Edward. Dilihatnya secara seksama sampul buku itu saat netranya sudah terbiasa dengan cahaya yang dikeluarkan buku itu.

"Valkyrie? Jadi ini benaran punyaku." ucap Thalita yang masih tidak percaya .

"Saya aka percaya dengan kalian. Jadi kapan kalian berencana pergi dan membawa Thalita ke sekolah yang kalian maksud?" tanya Kethline.

"Besok kami akan pergi, tapi belum kembali ke akademi." jawab Edward.

"Kemana kita akan pergi besok?" tanya Rhony.

"Hmm ... keluarga Othalin?" ucap Edward dengan nada bertanya.

"Keluarga Othalin ... Kalau dari sini kesana ..." gumam Veronica yang sedang menghitung jarak dan juga waktu yang akan mereka tempuh. "Kita akan berangkat saat subuh." ujar Veronica lantang ke mereka berempat.

"Okay ..." jawab Edward dan Rhony.

"Baiklah ... saya akan menyiapkan kamar untuk kalian berdua serta membuat makan malam tambahan." tutur Kethline bangun dari duduknya.

"Siapkan satu kamar saja, saya akan tidur dengan Rhony." ucap Edward.

"Tante tidur dengan saya saja, ada banyak yang ingin saya tanyakan dan juga bantu saya siap-siap nanti malam." pinta Thalita ke Veronica.

"Masalah kamar sudah selesai, tinggal makan malam lagi." tutur Kethline.

"Saya akan bantu." ucap Veronica menyusul Kethline.

"Bu ... Thalita lanjut berburu, sebelum makan malam, pulangnya." teriak Thalita ke Ibunya dan mendapatkan ancungan jempol dari ibunya. "Om Edward mau ikut berburu?" tanya Thalita.

"Boleh. Rhon, kamu?" ucap Edward melirik kearah Rhony.

"Tidak, tidak, aku akan tetap disini." jawab Rhony memegang senapan dan teropongnya, duduk santai menghadap ladang.

Edwar berjalan mengikuti Thalita yang sudah siap dengan alat-alat berburu nya.

"Kita akan berburu apa?"

" ... "

......................

1
「Hikotoki」
ditunggu novel fantasy isekainya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!