Menikah dengan lelaki yang dia cintai dan juga mencintainya adalah impian seorang Zea Shaqueena.
Namun impian tinggalah impian, lelaki yang dia impikan memutuskan untuk menikahi perempuan lain.
Pergi, menghilang, meninggalkan semua kenangan adalah jalan yang dia ambil
Waktu berlalu begitu cepat, ingatan dari masa lalu masih terus memenuhi pikirannya.
Akankah takdir membawanya pada kebahagiaan lain ataukah justru kembali dengan masa lalu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Destiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menyusul zea
London
Waktu baru menunjukan pukul 5.30 pagi. Saat ini Zea sedang bersiap-siap untuk berangkat ke paris. Penerbangannya jam 7 pagi ini, dan Bryan akan menjemputnya dan Shanum jam 6 nanti.
Ting tong
Bel berbunyi bertepatan dengan Shanum yang baru keluar dari kamar mandi. "Siapa ze pagi-pagi udah dateng?"
Zea mengedikan bahunya, dia juga bingung " Aku liat dulu." bergegas keluar kamar, sebelum membuka pintunya Zea melihat dari lubang kecil yang ada disana "Kak bryan." gumamnya saat melihat Bryan di depan pintu.
Setelah memastikan, Zea membuka pintunya dan mempersilahkan Bryan untuk masuk.
"Kamu udah siap ze?" Bryan menatap zea
"Udah kak." Sahutnya
"Shanum mana?" bryan bertanya lagi setelah mendudukan tubuhnya di sofa ruang tamu.
"Baru habis mandi, lagi siap-siap" Bryan mengangguk paham.
"Aku ambilin minum dulu, kakak mau minum apa?"
"Teh anget aja kalo ada" pinta bryan tersenyum seraya menatap zea yang masih berdiri tak jauh darinya.
Zea segera berlalu dari sana. sampai di dapur zea mengambil 3 gelas bersih, dia akan membuat satu gelas teh hangat dan dua gelas susu hangat. Dikarenakan kemungkinan akan sarapan di pesawat, jadi dia hanya membuat susu untuk sedikit mengisi perutnya.
"Loh, kakak yang datang. Katanya jam 6, ini masih jam 6 kurang udah disini." Shanum keluar dari kamar langsung duduk di samping bryan.
Zea menghampiri keduanya dengan membawa tiga gelas ditangannya. "Ini kak teh nya" menyodorkan satu gelas teh hangat ke hadapan bryan.
"Makasih ya ze" bryan mengambilnya dan meminum teh nya. Zea hanya mengangguk.
"Nih"
"Thank you zee" ucapnya menerima gelas yang diberikan zea padanya. Zea mendudukan dirinya di single sofa.
"Mau berangkat jam berapa kak?" tanya zea
Bryan melihat jam di pergelangan tangannya "Sudah hampir jam 6, berangkat sekarang aja kayanya."
"Ya habiskan dulu." ucapnya terkekeh saat melihat shanum sedang minum langsung melotot padanya.
Setelah semuanya selesai, mereka langsung turun ke lobi. Mereka akan diantarkan oleh supir Alex.
"Udah semua? gak ada yang tertinggal?" bryan bertanya pada kedua gadis dihadapannya.
"Udah kak" zea menyahuti
"Ya sudah, ayo masuk" membuka pintu penumpang untuk mereka berdua. Sedangkan bryan duduk di kursi penumpang d samping supir.
Mobil mulai melesat menuju bandara. jarak dari apartemen zea ke bandara kurang lebih 30 menit.
Sampainya di bandara, mereka turun dan segera melakukan check-in di loket bandara.
.
.
.
Siang ini Varro sudah berada di pesawat dengan tujuan ke london. Seharusnya semalam Varro sudah berangkat, namun karena ada pekerjaan mendadak dia memundurkan jadwal keberangkatannya. Pagi tadi Varro menyelesaikan pekerjaannya sampai jam 11 siang. Setelah itu varro langsung bergegas ke bandara.
Semua pekerjaannya dia percayakan pada Jimmy dan Dony sekretarisnya. Untuk saat ini Varro ingin memulai usahanya untuk kembali mengejar cinta Zea. Apalagi setelah varro tahu kalau saat ini Zea sedang mengandung anaknya.
Membayangkan akan bertemu dengan pujaan hatinya, Varro tersenyum. Senyum yang selama dua tahun belakangan ini tidak dia keluarkan.
Varro melihat jam di pergelangan tangannya. Menghela nafas pelan, baru satu jam di pesawat namun terasa sudah lama. Dia sudah tidak sabar untuk segera sampai ke tujuan.
Untuk mengurangi rasa bosannya, Varro memilih untuk tidur, mengistirahatkan tubuhnya agar nanti da bisa langsung datang menemui Zea.
.
.
.
Di pesawat Zea duduk dekat jendela, di sebelahnya ada shanum lalu bryan. Shanum kembali melanjutkan tidurnya meskipun hanya 1 jam katanya.
"Kamu kenapa ze?" Tanya bryan saat melihat Zea memijat batang hidungnya pelan.
"Hmm... Gapapa kak, aku cuma sedikit pusing." sahutnya melirik pada bryan sekilas.
"Makan dulu ya, kamu belum sarapan. Nanti kita periksa ke dokter." menatap zea khawatir.
"Gak perlu ka.."
"Kamu lagi hamil ze, kakak cuma khawatir kandungan kamu kenapa kenapa. Ini cuma memastikan kesehatan kamu sama janin kamu doang, ya?" bryan menyela ucapan zea.
Mengingat hal itu zea mengangguk, meng-iyakan ajakan bryan.
"Ya udah, makan dulu sarapannya." Zea langsung mengambil menu sarapan yang sudah diberikan oleh pramugari tadi lalu memakannya perlahan.
Shanum mulai terusik oleh suara keduanya "Hoammm" Menutup mulutnya yang terbuka, lalu mengerjapkan matanya perlahan terbuka.
"Belum sampai?" shanum bertanya dengan nyawa yang masih belum terkumpul.
"Buka matanya yang lebar" bryan menyahuti adiknya itu.
"ck" shanum berdecak kesal
"Cuci muka dulu sana" titahnya, tanpa bicara shanum beranjak menuju toilet.
"Ze, kakak mau tanya" ucapnya menatap zea ragu
Zea melihat ke arah Bryan, menunggu pertanyaan dari pria itu.
"Bukan maksud lancang, apa kakak boleh tau siapa... ayah dari janin yang kamu kandung?" bryan melirihkan ucapan terakhirnya.
Zea terdiam mendengar pertanyaan yang dilontarkan bryan padanya. Dia bingung, untuk saat ini dia tidak ingin ada orang lain yang tau hal itu.
Shanum datang kembali duduk di kursinya, bersamaan dengan itu terdengar pemberitahuan pesawat akan landing. Zea menghela nafas pelan, shanum menyelamatkannya dari pertanyaan bryan kali ini.
Bryan mengerti zea tidak ingin memberitahukan hal itu padanya.
.
.
Di luar bandara mereka menunggu teman bryan yang akan menjemput mereka.
Sebuah mobil berhenti di hadapan mereka. Seorang pria seusia bryan keluar menghampiri mereka
"Sorry telat, udah nunggu lama?"
"Kebiasaan yang buruk" bryan menatap tajam temannya itu.
Pria itu tak menghiraukan bryan, namun beralih menatap kedua gadis di samping bryan. Bryan yang paham segera mengenalkan kedua gadis itu pada temannya.
"Kenalin, ini shanum adikku. Dan ini Zea, sahabat shanum."
Shanum mengulurkan tangannya "Shanum kak" ucapnya tersenyum
"Sean" menerima uluran tangan shanum lalu melepasnya.
Sean beralih menatap Zea lekat. Shanum yang melihat Zea diam, menyenggol bahu zea pelan mengkode untuk berkenalan.
Zea melihat pada pria dihadapannya. Tangannya terulur pada pria itu. "Zea." ucapnya
"Sean" Menjabat tangan zea seraya menatap lekat.
Bryan memasukan koper mereka bertiga ke dalam bagasi mobil. "Yu masuk"
"Langsung ke apartemen?" tanya sean saat mereka sudah berada di dalam mobilnya.
"Kita ke rumah sakit dulu" sahutnya mengagetkan Zea.
"Jangan kak, gak usah" Sanggah Zea
"Kenapa? Bukannya kamu udah setuju tadi?" Bryan memutar tubuhnya melihat ke belakang.
"Aku udah gak papa. Kita langsung ke apartemen aja ya" pintanya
"Kamu kenapa ze?" Tanya shanum khawatir. Di tidak tau apa yang terjadi selama di pesawat
"Cuma pusing aja tadi dikit, sekarang udah enggak"
"Yakin??"
"Iyaa" jawabnya meyakinkan mereka berdua
"Ya udah kita pulang, tapi nanti kalo ada apa apa langsung bilang" Ucap shanum di angguki zea
"Kita ke apartemen aja kak"
Sean mulai melajukan mobilnya menuju apartemen Bryan yang ada di pusat kota paris.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Reader jangan lupa ya tekan tombol like nya, trus komen juga ya