Di hari pertunangan, Emily mendapatkan kenyataan yang pahit di mana Adik Tirinya yang bernama Bertha mengatakan kalau tunangannya yang bernama Louis lebih mencintai Bertha dari pada Emily.
Untuk membuktikannya Bertha dengan sengaja mendorong Emily ke kolam renang kemudian Bertha ikut menyemburkan diri ke kolam renang.
Ternyata tunangannya lebih memilih menolong Bertha dari pada memilih Emily. Di saat krisis seorang pria tampan menolong dirinya dan membawanya ke rumah sakit.
Di saat itu pula Emily memutuskan pertunangannya dan ingin membalaskan dendam ke keluarganya serta mantan tunangannya. Di mana Emily menikah dengan pria penolongnya.
Apakah balas dendam Emily berhasil? Bagaimana dengan pernikahan Emily dengan pria penolongnya, apakah bahagia atau berakhir dengan perceraian? Ada rahasia tersembunyi di antara mereka, apakah rahasia itu? Silahkan ikuti novelku.
Tolong jangan boom like / lompat baca / nabung bab. Diusahakan baca setiap kali update
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Kasandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4 Pria
Di tempat yang berbeda di mana orang tua Bertha dan Bertha berada di ruang keluarga. Orang tua Bertha duduk dengan santai sambil mengobrol hingga beberapa saat datang Bertha.
"Ayah, bagaimana hasil penyelidikan suami Kakak sebelumnya?" Tanya Bertha penasaran.
"Ayah merasa aneh sekali karena Ayah sudah mengatur orang untuk menyelidiki pria itu tapi tidak ada kemajuan sampai sekarang." Jawab Ayah Tio.
"Ayah. Tadi siang di perusahaan Kak Louis, Aku dan Kak Louis di pukul oleh Kakak dan suami Kakak." Adu Bertha.
"Apa?" Tanya Ayah Tio dengan wajah terkejut.
"Iya Ayah. Bahkan suami Kakak menghancurkan properti perusahaan milik Kak Louis." Jawab Bertha.
"Dasar anak kurang ajar. Tingkahnya semakin menjadi-jadi." Ucap Ayah Tio dengan wajah kesal.
"Bertha, apakah kamu baik-baik saja?" Tanya Ibu Veni sambil menarik tangan Bertha agar duduk di sampingnya.
"Aku tidak apa-apa jika tubuhku terluka dan sampai sekarang masih terasa sakit. Hanya saja Aku tidak tega perusahaan Kak Louis yang di bangun bertahun-tahun kini rusak parah." Jawab Bertha sambil pura-pura meringis.
"Kakak sekarang sudah menikah dengan Kakak Ipar dan statusnya tidak jelas. Aku tidak masalah di pukul tapi jika suatu saat nanti Kakak memukul Ayah dan Ibu, bagaimana?" Tanya Bertha sambil menampilkan ekspresi ketakutan.
"Apa yang dikatakan Bertha benar adanya tapi menurut Ayah, pria liar ini adalah orang yang tidak berguna dan tidak terkenal di negara ini." Jawab Ayah Tio.
"Kamu tenang saja Ayah akan mencari orang untuk menanganinya." Sambung Ayah Tio.
"Ayah bisa mencari Kakak Ipar di rumah yang di beli Kakak sebelumnya." Ucap Bertha.
Ayah Tio hanya menganggukkan kepalanya kemudian menghubungi seseorang dan sambungan pertama langsung di angkat.
'Hallo.' Panggil pria dari sebrang telepon.
'Aku akan mengirimkanmu lokasi untuk menyingkirkan orang-orang yang tinggal di sana.' Ucap Ayah Tio yang tidak mempedulikan jika putri kandungnya akan dilukai oleh orang suruhannya.
'Baik, Tuan Besar.' Jawab pria tersebut.
Ayah Tio hanya diam sambil memutuskan sambungan komunikasi secara sepihak kemudian meletakkan ponselnya di atas meja.
"Ayah, apakah yang kita lakukan sudah benar? Bagaimanapun Kakak adalah putri kandung Ayah." Ucap Bertha pura-pura peduli dengan Emily.
"Tidak masalah, hanya untuk mengajari mereka agar tidak berbuat seenaknya." Jawab Ayah Tio yang sama sekali tidak sayang dengan putri kandungnya.
Bertha dan Ibunya dalam hatinya sangat bahagia karena sebentar lagi Emily dan suaminya Emily yang bernama Richardo akan mendapatkan hukuman dari anak buahnya Ayah Tio.
Di tempat yang berbeda di mana Emily dan Richardo berbaring di ranjang sambil saling menatap. Emily menarik tangan Richardo dan menjadikan tangan Richardo sebagai bantalannya.
"Kamu sudah mengantuk?" Tanya Richardo.
"Iya." Jawab Emily sambil menguap.
"Kalau begitu tidurlah." Ucap Richardo sambil membelai pipi Emily dengan lembut.
Emily hanya menganggukkan kepalanya kemudian memejamkan matanya namun belum ada lima menit ponsel milik Richardo bergetar sekali tanda ada pesan masuk membuat Emily membuka matanya.
Emily melihat Richardo membaca isi pesan tersebut sekilas lalu menatap Emily yang sedang menatap dirinya.
"Aku harus pergi ke perusahaan." Ucap Richardo.
"Baik. Hati-hati di jalan dan segera pulang jika pekerjaannya sudah selesai." Ucap Emily.
Richardo hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kemudian mencium kening Emily dengan singkat.
"Tidurlah." Ucap Richardo.
Emily hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum menatap wajah tampan suaminya yang juga sedang menatapnya kemudian Emily memejamkan matanya.
Belum ada lima belas menit, pintunya di ketuk seseorang membuat Emily memaksakan membuka matanya lalu duduk di sisi ranjang.
"Bukankah suamiku baru saja pergi tapi kenapa pulangnya begitu cepat? Apakah barangnya ada yang ketinggalan?" Tanya Emily sambil turun dari ranjang.
Tanpa ada rasa curiga sedikitpun Emily berjalan ke arah pintu sambil berlari dengan cepat agar suaminya tidak lama menunggu dirinya.
Emily sangat terkejut ketika membuka pintu utama di mana ada empat pria yang tidak dikenalnya berdiri di depan pintu.
Emily langsung menutup pintu namun salah satu pria tersebut mendorong paksa pintu tersebut hingga Emily berjalan mundur.
"Kalian siapa? Apa yang kalian inginkan?" Tanya Emily sambil masih berjalan mundur karena ke empat pria tersebut berjalan ke arah Emily.
"Suami kamu di mana?" Tanya salah satu pria tersebut tanpa menjawab pertanyaan Emily.
"Suamiku sedang pergi keluar kota perjalanan bisnis." Jawab Emily berbohong.
Plak
"Dasar wanita si alan! Suami kamu jelas-jelas ada di kota ini!" Bentak pria pertama kemudian menampar pipi Emily dengan sekuat tenaganya.
Emily langsung memalingkan wajahnya ke arah samping membuat Emily memegangi pipinya yang terasa perih hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.
"Lebih baik kamu berbicara dengan jujur. Jika tidak maka akan ada pertunjukan yang sangat menarik untukmu malam ini." Ucap pria pertama sambil mengambil gelas lalu mengisinya dengan air mineral.
"Jadi katakan sekarang di mana suamimu berada, jika tidak maka Aku tidak akan bersikap baik terhadapmu." Sambung pria pertama kemudian menyiram air tersebut ke wajah Emily.
"Apa yang Aku katakan adalah benar kalau suamiku pergi keluar kota." Jawab Emily.
"Ikat wanita itu!" Perintah pria pertama yang merupakan pemimpinnya.
"Aku mohon jangan lakukan itu." Mohon Emily ketika ketiga pria tersebut berjalan ke arah Emily membuat Emily berjalan mundur.
Pria kedua berjalan dengan cepat kemudian memegang bahu Emily dengan keras. Hal itu membuat Emily duduk di lantai kemudian pria ketiga mengikat kedua tangan Emily dengan erat.
"Bos, gadis ini sangat cantik. Bagaimana kalau kami bersenang-senang sebelum membunuhnya?" Tanya pria ke empat sambil tersenyum mesum.
Pria pertama langsung jongkok kemudian mencapit dagu Emily agar menatap dirinya.
"Apakah kamu sudah mendengarnya? Jika kamu tidak mengatakan sekarang maka ketiga anak buahku akan menikmati tubuhmu secara bersama-sama." Ucap pria pertama.
"Kalian mengetuk pintu dan masuk ke rumahku lalu menanyakan kemana perginya suamiku? Tujuan kalian sangat jelas kalau kalian pasti menerima perintah dari seseorang. Aku bisa membayar kalian empat kali lipat asalkan kamu memberitahuku siapa yang menyuruhmu." Ucap Emily sambil menatap ke arah pria pertama.
"Ternyata kamu sangat cerdas tapi sayang sekali Aku sama sekali tidak tertarik dengan tawaranmu." Ucap pria pertama sambil menarik rambut Emily agar menatap dirinya.
"Lebih baik kamu jujur denganku." Sambung pria pertama.
Emily meringis menahan rasa sakit ketika rambutnya di tarik namun Emily berusaha untuk tidak mengatakan sebenarnya keberadaan Richardo. Ketika Emily ingin berbicara tiba-tiba ponsel milik Emily berdering membuat pria ke dua mencari ponsel milik Emily.
Ternyata ponsel milik Emily ada di sofa panjang membuat pria ke dua memberikannya ke pria pertama. Pria pertama langsung mengambilnya dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya masih menarik rambut Emily.
"Suruh suamimu pulang ke rumah maka Aku akan melepaskanmu." Ucap pria pertama.
Selesai mengatakan hal itu pria pertama menggeser tombol warna hijau kemudian menempelkan ponselnya ke telinga Emily.