Dibesarkan dari bayi, oleh seorang pemulung yang menemukannya di tumpukan sampah, dan dia dihina dengan tetangganya karena hidup miskin bersama orang yang menemukannya. dan dia juga di anggap anak haram karena mereka menganggap orang tuanya malu saat melahirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Kubur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
...
" Kemana saja kamu Kiran, cepat masak! udah siang! sebentar lagi teman arisan saya akan datang lebih awal."
baru menutup pintu rumah, kiran sudah dikagetkan dengan suara cempreng bu mayang, kiran sudah malas menanggapi omelan bu mayang hanya berkata.
" iya nyonya saya akan masak sekarang." setelah mengucapkan itu kiran langsung melenggang pergi kedapur, karna memang jam sudah menunjukan hampir 9 pagi.
.
Sedangkan di tempat lain, bu anggun yang baru saja menemukan anaknya sangat senang, sedang kan pak perabu masih ragu jika anak itu adalah kiran anak mereka yang selama ini mereka cari selama 15tahun.
" mah apa gak sebaiknya kita lakukan tes DNA pada kiran.?" ucap pak perabu, sedangkan bu anggun mengernyit, mendengar ucapan suaminya.
" apa papah masih ragu.?" tanya bu anggun dengan satu alisnya terangkat.
" papah hanya mau memastikan saja mah, papah takut jika dia hanya seseorang yang dikirim musuh untuk menyerang kita dari belakang." ucap pak perabu, membuat bu anggun menggelengkan kepalanya.
" astaga pah pemikiran masam apa itu, mamah yakin kiran beneran anak yang kita cari selama ini, dan saat pertama mamah bertemu dengan kiran tadi, mamah merasakan suatu keterikatan pada kiran." ucap bu anggun.
" iya mah papah juga sama, tapi papah kali ini minta pengertian mamah." jawab pak perabu dengan menggenggam tangan istrinya, mereka sedang makan pagi di istananya saat ini.
" tapi mamah takut jika kiran nanti akan tersinggung dan malah menjauh dari kita pah." ucap bu anggun ragu dengan keputusan suaminya.
" hemm gimana kalau kita lakukan secara diam-diam mah.?" ucap pak perabu membuat bu anggun bingung.
" maksud papah.?" tanya bu anggun.
" kan nanti mamah mau jemput kiran, mamah ambil aja berapa helai rambut kiran, nanti kasih ke supir kita agar dia yang antar ke orang papah." jawab pak perabu, sedangkan bu anggun berpikir sejenak sebelum menjawab.
" tapi kalau kiran curiga.?" ucap bu anggun.
" papah punya ide.!" ucap pak perabu membisikan idenya, dan akhirnya bu anggun setuju karna itu juga untuk kebaikannya, agar dia tidak kecewa di suatu hari nanti.
" baik lah mamah setuju, tapi kalau dia bukan anak kandung kita, dan bukan juga orang yang dikirim musuh seperti yang papah katakan tadi, mamah boleh ya angkat kiran sebagai anak kita pah." ucap bu anggun yang sudah merasa nyaman dengan kehadiran kiran walaupun baru sebentar..
" iya mah, papah juga sepemikiran sama mamah, kasihan dia, sepertinya tidak punya siapa-siapa disini." jawab pak perabu, bu anggun mengangguk sebagai jawaban, dan mereka melanjutkan sarapan pagi yang sempat tertunda..
.
Kembali ke kiran. kini kiran sedang sibuk memasak, dan hampir semua masakan selsai di buat, dan tinggal di hidangkan.
" eh pembantu bikinin gue jus melon sekarang."
sedang asik memasak kiran di kejutkan oleh suara dari belakang. kiran membalik badan untuk melihat dari mana asalnya suara tersebut.
" ck bikin aja sendiri dasar pelakor, lagian aku bukan pembantu disini." kiran menyahut dengan ketus, karna kiran tahu siapa orangnya,
ya orang yang menyuruh kiran adalah Desi kekasih suami kiran saat ini, atau lebih tepatnya mantan suami, karna kiran sudah ditalak oleh putra.
" Apa loe bilang, gue pelakor, eh denger ya orang kampung, harusnya kata-kata itu pantasnya buat loe, karna gue lebih dulu menjalin hubungan dengan putra, sebelum loe menikah dengannya." desi marah ketika kiran mengatai dirinya sebagai pelakor.
" ya harusnya mbak itu sadar jika mas putra itu sudah berumah tangga, kenapa mau aja menjalin hubungan diatas pernikahan orang, seperti tidak laku saja." jawab kiran tak gentar menanggapi desi.
" kalau bukan karna kakek tua itu juga kita sudah lama menikah, untung dia sudah mokat, jadi sudah tidak ada lagi yang melarang hubungan gue dengan putra." jawab desi.
memang benar jika kakek abdul tidak pernah merestui hubungan putra dengan desi, karna kakek abdul tahu jika desi hanya memanfaatkan cucunya saja, dan kakek abdul juga tahu dari orangnya jika desi bukan wanita baik.
" almarhum kakek di surga saja tidak akan pernah merestui, jika mas putra menikah dengan wanita sundal sepertimu." dengan geram kiran membalas ucapan desi, karna desi berani menjelekkan kakek abdul yang menurut kiran adalah orang baik.
" berani loe sebut gue wanita sundal, dasar kampungan, si*lan..!!" desi hendak menampar pipi kiran, namun dengan cepat kiran memukul tangan desi dengan susuk yang panas karna baru kiran gunakan untuk menggoreng.
" aaahhhh panas..!!!" teriak desi menuju dan langsung menuju keran air didekat dapur untuk meredakan rasa panas, sedangkan kiran terbahak melihat desi, rasanya begitu puas bisa membalas orang yang jahat.
" kenapa sih, kamu berisik sekali des, pakai acara teriak-teriak segala." tiba-tiba bu mayang sudah ada didapur membuat kiran kaget, entah dari mana datangnya sudah berdiri di belakang kiran yang sedang terbahak.
" itu tante pembantu tante berani pukul tangan aku pakai susuk, mana susuknya panas, abis buat goreng ikan lagi." ucap desi dengan raut muka memelas menghampiri bu mayang, dan mengadukan perbuatan kiran.
" apa kiran berani pukul kamu, kenapa bisa kiran pukul kamu.?" tanya bu mayang, sedangkan kiran hanya diam dan melanjutkan masaknya.
" gak tau tante tiba-tiba pembantu itu pukul aku, mungkin dia kesal karna putra lebih pilih aku ketimbang dia.." ucap desi sedangkan kiran yang mendengar memutar bola mata malas, karna jauh sekali tuduhan yang desi adukan pada bu mayang.
" cih jauh sekali dengan kenyataannya." ucap kiran menyahut tanpa memandang mereka, dengan tangan yang terus asik melanjutkan kegiatannya.
" kiran cepat minta maaf sama desi, sebelum desi menuntut kamu atas tindakan kekerasan.!" ucap bu mayang mengancam kiran, desi tersenyum mendengarnya karna bu mayang membela dirinya.
" minta maaf sama dia.? hahaha lebih baik aku masuk penjara atas tuduhan yang tidak seberapa itu." jawab kiran malah terbahak menanggapinya.
" lanjutkan tugasku sebelum kamu melaporkan aku kepolisi, aku mau berkemas, karna sebentar lagi aku akan pergi." lanjut kiran sambil memberikan susuk pada desi, dan segera melangkah meninggalkan mereka..
" kerasukan apa anak itu.? sepertinya dia sama sekali tidak ada takutnya sekarang, tidak seperti baru-baru dia ada disini.?" gumam bu mayang dalam hati, dia merasa heran dengan kiran, karna baru kali ini kiran bertingkah aneh seperti itu.
" eh eh eh, kiran lanjutin dulu ini tanggung." teriak bu mayang saat menyadari kiran sudah ada di pintu masuk kamarnya.
" lanjutkan saja sendiri, aku gak mood masak lagi, setelah kalian ganggu." setelah berkata kiran langsung menutup pintu dengan sedikit kasar.
brakk..
" KIRAANN...! awas kamu kalau sampai pintunya rusak." bu mayang bertriak karna kaget. sedangkan kiran tidak menyahut dan mengambil tas besarnya untuk mengemas baju-bajunya.
" des bantuin tante masak ya." ucap bu mayang, sedangkan desi yang sedang meniup tangannya yang merah, menatap bu mayang.
" gak mau ah tante, nanti badan aku jadi bau masakan, kan aku mau keluar sama putra bentar lagi." jawab desi menolak untuk membantu, dan segera pergi meninggalkan bu mayang..
" aduh gimana ini, masa aku udah cantik dan wangi gini harus masak sih.." gumam bu mayang dan dengan terpaksa dia melanjutkan memasak..
Bersambung...