NovelToon NovelToon
Asupan Lorong Kehidupan

Asupan Lorong Kehidupan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Menjadi Pengusaha / Preman / Penyelamat
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Miftahur Rahmi

Di sebuah desa kecil bernama Pasir, Fatur, seorang pemuda kutu buku, harus menghadapi kehidupan yang sulit. Sering di bully, di tinggal oleh kedua orang tuanya yang bercerai, harus berpisah dengan adik-adiknya selama bertahun-tahun. Kehidupan di desa Pasir, tidak pernah sederhana. Ada rahasia kelam, yang tersembunyi dibalik ketenangan yang muncul dipermukaan. Fatur terjebak dalam lorong kehidupan yang penuh teka-teki, intrik, kematian, dan penderitaan bathin.
Hasan, ayah Fatur, adalah dalang dari masalah yang terjadi di desa Pasir. Selain beliau seorang pemarah, bikin onar, ternyata dia juga menyimpan rahasia besar yang tidak diketahui oleh keluarganya. Fatur sebagai anak, memendam kebencian terhadap sang ayah, karena berselingkuh dengan pacarnya sendiri bernama Eva. Hubungan Hasan dan Fatur tidak pernah baik-baik saja, saat Fatur memutuskan untuk tidak mau lagi menjadi anak Hasan Bahri. Baginya, Hasan adalah sosok ayah yang gagal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miftahur Rahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di ruang Introgasi

“Apa motifmu melakukan pembunuhan itu?” tanya polisi.

“Hanya ingin membunuh." jawabnya dingin, tanpa sedikitpun memperlihatkan emosi.

“Apa masalahmu dengannya?”

“Pembalasan dendam.”

“Atas apa?”

“Kematian”

Polisi mendekat, menatap tajam Fatur, “Kematian siapa?

“Seorang teman.”

“Kenapa dia membunuh temanmu?”

“Balas dendam.”

“Balas dendam apa lagi ini? Jangan bertele-tele, jawab jujur!”suara polisi meninggi. Fatur tersenyum tipis, lalu menatap tajam sang polisi.

“Kami sudah lama menyimpan dendam dimasa lalu. Dia ingin membunuhku, tapi temanku yang mencoba melindungimu, akhirnya mati ditangannya.”

Polisi terdiam sejenak, lalu berkata dengan lirih.“Kamu tahu ini bukan akhir kan?”

Fatur tertawa kecil, menatap polisi datar. Suara dinginnya bergema membuat orang bergidik ngeri saat mendengarnya.

“Bagiku ini hanyalah permulaan.”

“Permulaan apa?”tanya polisi dingin. Fatur mencondongkan tubuhnya, matanya penuh ancaman.“Permulaan untuk kehancuran mereka yang menghancurkan hidupku. Satu persatu mereka akan kubawa ke neraka, sama seperti dia. Akan ku ajarkan rasa sakit yang sebenarnya itu seperti apa!”

Polisi menghela napas berat,“Kau tahu kau tidak akan bisa melarikan diri.”

“Aku tidak akan pernah berlari. Aku akan menunggu. Menunggu kehancuran itu tiba. Karena selalu ada giliran untuk semua orang, termasuk anda. Fatur berucap dengan nada sinis.

Polisi mencoba menguasai diri,“Kau mengancam petugas, Fatur? Apa kau sadar apa yang kau bicarakan?”

Fatur tersenyum dingin, menatap lurus ke arah polisi.“Ancaman? Tidak. Aku mengatakan fakta. Keadilan tidak ada di dunia ini, jadi aku mengambilnya dengan caraku sendiri.”

Polisi mengetuk meja, suaranya tegas. “Keadilan macam apa yang kau maksud? Kau hanya pembunuh. Tak lebih. Sama seperti dia. Apa dengan kau membunuhnya, kau merasa hebat dan masalamu terselesaikan? Kamu salah.”

Fatur tertawa kecil, suaranya tajam. “Orang-orang sepertiku akan mengatasi masalah dengan seperti itu. Karena di jiwa orang sepertiku, tidak ada rasa sabar dan tawar menawar. Aku tahu kau tidak akan mengerti. Keadilan milik mereka yang berani mengambilnya, bukan yang bersembunyi di balik meja dan lencana, juga kekuasaan. Apa yang kau mengerti tentang hidup dan keadilan? Mereka yang benar-benar mengerti itu, hanya mereka yang merasakan langsung.”

Polisi mengencangkan rahang, berusaha tetap tenang. “Mungkin kau merasa menang sekarang, tapi setiap langkahmu sudah terhitung. Penjara akan menjadi akhir dari hidupmu!”

Fatur membungkukkan badannya sedikit ke depan, wajahnya mendekati wajah polisi.

“Penjara bukan akhir! Ini baru awal dari pertualanganku. Ini hanya tempat persinggahan sementaraku. Dan ketika aku keluar...” Fatur menghentikan sejenak kata-katanya, menatap polisi dingin.

“Akan lebih banyak nyawa yang harus di bayar dengan nyawa.”

“Kau benar-benar devil.”Polisi menyipitkan matanya, mengamati ekspresi Fatur.

Fatur tersenyum datar, suaranya pelan tapi menusuk. “Devil? Tidak. Aku hanyalah bayangan mereka yang pernah kau abaikan.”

“Kau bicara seolah-olah dunia berhutang padamu. Tapi faktanya, kau hanyalah seorang pengecut yang takut menghadapi hidup. Tegar lah dikit Fatur. Jangan memikirkan setiap apa yang kau lakukan itu adalah benar. Ini penghilangan nyawa seseorang! Apa kau tidak berpikir, bagaimana tanggapan ibunya melihat anaknya seperti itu? Sadar Fatur. Kau masih muda, masih banyak hal positif yang bisa kau lakukan.”

Fatur tertawa kecil,“Pengecut? Jika seperti itu, mari kita lihat siapa yang terakhir berdiri dengan tegak. Kau? Aku? Atau mereka yang mengangap diri mereka tak tersentuh.” Fatur berhenti sejenak, menunduk, lalu menghela napas panjang.

“Hanya satu tanggapan dari ibunya. Menangis. Setelah itu dia akan normal kembali. Seakan-akan tidak ada sesuatu terjadi padanya!”

Polisi menghela napas panjang, merasa perdebatan mereka tidak akan berakhir. “Kau tahu, cepat atau lambat, permainan ini akan berakhir. Dan kau hanya akan jadi satu nama di antara tumpukan file.”

Fatur menatap tajam, suara pelannya hampir berbisik.“Kalau begitu, pastikan namaku adalah yang terakhir mereka sebut, sebelum mati."

Vino yang malang

Vino seorang pria yang suka bertindak usil, terutama pada Fatur. Jika ditelurusi lebih jauh, dia tidak berbeda dengan Fatur. Hidupnya penuh dengan kesengsaraan, yang jarang diketahui orang.

Sejak kecil, dia telah terbiasa dengan kerasnya hidup. Ayahnya seorang pria yang kasar, suka mabuk dan marah-marah, juga suka bermain wanita. Yang membuat Halimah dan Vino sangat malu adalah, saat sang ayah mengirimi surat mau menikahi adik iparnya sendiri. Satu kampung heboh, dan membuat Halimah dan Vino jadi cemoohan orang. Kejadian itu membuat hubungan Halimah dan ibunya renggang selama 10 tahun.

Sering kali Halimah mendapat kekerasan fisik dari suaminya. “Kau membuatku gila!”

Suara sang ayah bergema, diikuti suara tamparan yang keras. Vino hanya bisa berdiam diri, menahan napas. Dia ingin berteriak, ingin melawan, tapi tubuhnya kaku. Jika dia melawan, nasibnya akan sama seperti ibunya. Tak jarang dia juga sering ditampar, dihajar oleh ayahnya, jika membela sang ibu.

“Jangan pernah ikut campur, Vino!” kata-kata itu sudah dia sering terdengar.

Malam harinya, ketika semuanya hening, Vino hanya bisa memeluk bantalnya erat, meninju bantal itu dengan kasar. “Kenapa harus aku Tuhan? Kenapa harus kami yang menderita?” pikirnya, menahan tangis.

“Sudahlah Halimah, ini semua salahmu!” teriak ayahnya, dan membuat dada Vino semakin sesak. Rasa sakit itu, semakin hari semakin besar. Seperti bom waktu yang siap meledak, kapan saja.

“Kenapa harus aku yang merasakannya?” pikir Vino. Dia belajar untuk tidak memperlihatkan kelemahannya. “Aku tak akan menangis,” gumamnya dalam hati, meski air matanya hampir saja keluar.

Di sekolah, Vino menunjukkan sisi lain dirinya. Dia menjadi pribadi yang keras, acuh tak acuh, meski hatinya hancur.

“Jangan coba dekat-dekat, Fatur,” kata Vino dengan nada dingin setiap kali Fatur mencoba mengajaknya bicara. Fatur hanya menatap Vino bingung, sesekali Fatur juga ingin berteman sama Vino, walaupun Vino suka jahat padanya. Namun Vino tak peduli. Lebih suka membully Fatur.

Di dalam dirinya, Vino merasa iri. “Fatur... Kamu bisa jadi dirimu sendiri. Sedangkan aku, aku hanya bisa menyembunyikan semua rasa sakit ini. “Fatur selalu sendiri, membaca buku dan menulis, menikmati dunia yang jauh kegilaan dunia ini...” Vino juga ingin merasakan kebebasan, tapi hidupnya selalu dipenuhi teriakan, makian, dan pukulan.

“Kenapa hidupku seperti ini? Kenapa aku tak bisa bahagia?” bisiknya dalam hati.

Namun setiap kali menjahili Fatur, Vino selalu merasakan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dalam dirinya. Justru itu tidak membuatnya senang, tidak membuatnya bahagia, melainkan kehampaan yang selalu mendera.

Terkadang melihat Fatur yang penuh harapan, membuatnya tersakiti. Ada perasaan iri. Fatur begitu sempurna, sedangkan dirinya hanya secercah sampah tak berguna.

Sepulang dari sekolah, tidak sengaja Fatur bertemu dengan Vino yang memasang senyuman sinisnya. “Mau kemana Fatur? Apa kamu sedang berusaha memperbaiki dunia?” sindir Vino menyenggol bahu Fatur dengan kasar. Dia tertawa penuh cemoohan.

Fatur hanya diam, karena dia tau Vino hanya berusaha menganggu. Tiba-tiba Vino berhenti tertawa dan melangkah mendekati Fatur. “Kamu tidak tahu, kan? Betapa berat hidup ini. Kamu bahkan tidak tahu rasa sakit yang aku rasakan,” kata Vino dengan suara rendah, nyaris tak terdengar.

Fatur yang terkejut, menatap Vino dengan ekspresi penuh empati. “Apa yang terjadi, Vino? Kamu tidak harus bertindak seperti itu. Ada cara lain untuk menghadapinya.”

Vino hanya tertawa kecut, “Kamu pikir hidup itu mudah? Kamu bisa menikmati hidupmu. Semantara aku, aku hanya sampah tak berguna.” Katanya dengan suara bergetar.

“Aku sudah lama dipenuhi rasa benci, Fatur. Benci pada diriku, pada dunia ini.”

“Kamu tidak perlu membenci dirimu sendiri, Vino. Kita semua punya masa lalu yang sama-sama sulit. Tapi kita punya pilihan untuk berubah."

1
Ikan Teri
/Casual/
Miftahur Rahmi23
Ayo tebak siapa yang teror Hasan dan Eva?
Graziela Lima
Cerita yang mampu.
Miftahur Rahmi23: Makasih kak udah mampir. semoga suka ya, dengan ceritanya
total 1 replies
Ming❤️
Tolong update sekarang juga biar bisa tidur malam dengan tenang.
Miftahur Rahmi23: udah upload chapter 4 kak, tapi belum disetujui sama editor. makasih ya kak, udah mau baca novel saya. jika ada salah dalam penulisan, apalagi titik koma nya, harap di koreksi ya kak. maklum masih amatir kak😥😃
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!