Dipaksa menikah dengan pria beristri membuat Delia berani berbuat nekad. Ia rela melakukan apa saja demi membatalkan pernikahan itu, termasuk menjadi istri sewaan seorang pria misterius.
Pria itu adalah Devanta Adijaya, seseorang yang cenderung tertutup bahkan Delia sendiri tidak tahu apa profesi suaminya.
Hingga suatu ketika Delia terjebak dalam sebuah masalah besar yang melibatkan Devanta. Apakah Delia bisa mengatasinya atau justru ini menjadi akhir dari cerita hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haraa Boo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Act of service-nya seorang Devan
Suara gemericik air hujan semakin membuat Monic merapatkan selimutnya. Bahkan tubuhnya kini sudah tergulung seperti seekor kepompong. Ia sudah tidak perduli lagi dengan suara alarm yang sejak tadi terus berbunyi.
Setelah bunyi alarm berhasil di hentikan oleh Monic, kini malah ponselnya yang kembali mengusik pendengarannya.
"Duh.. Siapa sih, ganggu aja," gerutu Monic. Masih dengan mata terpejam, gadis itu meraba mencari keberadaan ponselnya.
"Haloo.." sapa Monic usai menempelkan ponselnya ke telinga.
"Monic ini tante.. Bisa kita ketemu sekarang."
Monic sudah mengerutkan dahinya, 'siapa sih ini, udah ganggu waktu tidur gue.. sekarang malah ngajakin ketemu,' gerutu Monic dalam hati.
Samar-samar Monic membuka matanya lalu menatap layar ponselnya.
'Tante Margaret'
Begitu membaca nama itu, Monic semakin malas untuk melanjutkan obrolan mereka.
"Uhuk.. Uhuk.. Maaf tante Monic lagi nggak enak badan," ucap Monic berpura-pura.
Tiba-tiba saja terlintas ide untuk membohongi Margaret. Jika tidak begitu maka Monic tidak punya alasan untuk menolak.
"Kamu sakit.. Mau tante panggilin dokter?" tanya Margaret panik.
"Nggak tante, tadi udah ada dokter yang kesini kok."
"Ya udah deh, buat istirahat aja ya. Nanti kalau tante ada waktu, tante akan kesana."
'Nggak usah, nggak perlu,' jawab Monic dalam hati. Seandainya ia bisa mengatakan itu, maka sudah dari dulu ia akan bersikap tegas pada Margaret.
"Iya tante."
Monic langsung memutus panggilan itu dan kembali merebahkan tubuhnya di kasur. Saat matanya akan terpejam, tiba-tiba ingatan tentang kejadian semalam muncul begitu saja.
Monic tidak bisa mengingat jelas sosok pria yang membawanya, namun ia ingat betul bahwa ada seorang pria yang membawanya pergi dari club.
Sontak Monic segera bangkit dan mencoba memeriksa bajunya.
"Kenapa gue udah ganti baju?" gumamnya.
Lalu Monic mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Begitu tahu ia berada di kamarnya, Monic sedikit merasa lega.
Tapi pikiran Monic tak bisa berhenti sampai disitu, pasalnya hal ini jarang terjadi ketika ia pergi seorang diri ke club malam.
Biasanya Monic akan berakhir di kamar hotel dengan seorang pria asing. Namun kali ini kenapa pria itu justru mengantarnya pulang.
"Bi..." Monic berteriak memanggil pelayannya.
"Iya Non," jawab seorang wanita berusia 40an, suaranya masih yang terdengar jauh.
Begitu sampai di kamar Monic, bibi langsung diinterogasi ole Monic.
"Bibi tau nggak siapa yang nganterin aku, terus ini baju siapa yang gantiin?"
"Itu Non Tuan Tara," jawab bibi ragu-ragu.
"Tara?" Monic sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya kembali membuka suara. "Terus sekarang Taranya mana?"
Belum sempat bibi itu menjawab pertanyaan Monic, suara berat khas seorang pria tiba-tiba menyapa pendengaran Monic.
"Gue disini," jawab Tara santai sambil menyandarkan tubuhnya di pintu.
Sementara bibi segera keluar meninggalkan mereka.
Monic memutar bola matanya dengan malas lalu melempar sebuah guling ke arah Tara. "Loe lagi, kok loe bisa tau gue ada di club?"
"Emang dimana lagi gue bisa nyari lo selain di club sama hotel," jawab Tara sambil berjalan masuk membawa guling yang tadi di lempar Monic. "Mau sampai kapan lo kaya gini, haa?!"
"Sampai gue bosen. Udah ah sana, gue mau lanjut tidur." Monic sudah kembali membaringkan tubuhnya.
"Loe tau nggak kalau Devan mau nikah sama cewek lain?" Tara sudah mendaratkan bokongnya di tepi ranjang Monic.
"Cewek lain, siapa?" Monic mengangkat kepalanya lalu menatap Tara lekat-lekat.
"Itu yang gue juga nggak tau."
"Ya baguslah, itu lebih baik daripada harus nikah sama gue," jawab Monic kemudian sambil menarik selimutnya.
"Terus nyokap lo gimana?"
"Bodo!!!"
Kedua orang tua Monic kini tengah tinggal di luar negeri. Mereka jarang pulang ke rumah, sekalinya pulang mereka tidak pernah sekalipun menanyakan kabar putrinya. Yang mereka tahu, Monic tidak pernah kehabisan uang.
Mungkin itulah kenapa Monic menjadi liar seperti sekarang. Gadis itu sebenarnya hanya butuh diperhatikan.
Tara sudah keluar dari kamar Monic, dan kini sedang berjalan menuju pintu keluar. Namun Tara menghentikan langkahnya ketika melihat bibi.
"Bi nanti kalau Monic pergi lagi, bibi kasih tau aku ya?"
"Baik Tuan."
Rupanya bibi yang sudah memberitahu Tara tentang keberadaan Monic, wanita itu mungkin merasa cemas sama seperti Tara.
***
Di rumah Devan.
Delia yang sedang menuangkan air minum tiba-tiba dikejutkan dengan sebuah tepukan tangan di pundaknya.
"Astaga, Anna!!" seru Delia begitu menoleh dan mendapati Anna tengah nyengir kuda.
"Kamu harus ikut aku," ajak Anna sebelum Delia sempat meneguk minumannya.
"Kemana?"
"Udah ikut aja." Anna sudah menarik Delia dengan paksa.
Mereka berjalan menuju sebuah ruangan besar yang di dalamnya berisi seluruh koleksi fashion Devan. Mulai dari kemeja, setelan jas, sepatu, sampai koleksi jam-jam tangah mewah.
Tapi sesampainya di sana, Delia malah dikejutkan dengan sebuah gaun pengantin yang terpajang di maneken. Gaun itu tepat berada di depannya sehingga mata Delia langsung tertuju pada benda itu.
Delia mendekat, mengamati gaun itu dengan seksama. Seorang Delia pasti terkagum-kagum begitu melihat gaun itu. Gaun yang biasanya hanya pakai oleh aktris-aktris besar, kini ada di depan matanya.
"Bagaimana, bagus kan?" tanya Anna yang sudah penasaran.
Delia mengangguk dengan penuh semangat, "ini gaun siapa?"
"Ya gaun kamu lah, ini juga Tuan Devan sendiri yang memilih."
"Ini gaun yang nanti akan aku pakai? Serius? Kamu nggak bercanda kan?"
Binar kekaguman dan kebahagiaan terlihat jelas di mata Delia. Ia bahkan terus mengamati dan menyentuh setiap detail baju itu.
"Emang kamu pernah liat Tuan Devan bercanda?" Anna bertanya balik.
Sedangkan Delia yang mendengar itu hanya bisa terkekeh.
"Aku bahkan tidak berani bermimpi mengenakan gaun seperti ini," celetuk Delia.
"Kenapa tidak, besuk bukan hanya mimpi tapi kamu akan memakainya langsung di depan Devan. Gimana perasaan kamu?" Anna sudah mencondongkan wajahnya, ingin melihat dari dekat bagaimana ekspresi Delia.
Delia tersenyum haru, matanya bahkan sudah berkaca-kaca.
"Aku ikut senang atas kebahagiaan kamu Delia. Semoga Tuan Devan benar-benar bisa menjaga kamu," ucap Anna sambil mendekap tubuh Delia.
Tok.. Tok.. Tok..
Suara ketukan pintu membuat Anna segera melepas pelukannya.
Seorang wanita yang tak asing bagi Delia tiba-tiba sudah berdiri di depannya. Delia beberapa kali mengerjapkan matanya seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat. Tapi bayangan wanita itu tidak bisa hilang dari penglihatannya.
"Dia sahabat kamu kan.. Sekaligus asisten pribadimu mulai sekarang," ucap Anna tiba-tiba.
Keyla, gadis itu mendekat. Ia berniat untuk membungkukkan badannya, namun belum sempat Keyla melakukannya Delia sudah lebih dulu menarik tubuh gadis itu kedalam pelukannya. Delia meluapkan rasa rindunya yang selama ini belum sempat ia sampaikan.
"Kamu kenapa bisa ada disini?" tanya Delia penasaran.
"Berkat Tuan Devan aku bisa ada disini Del. Dan mulai sekarang aku akan selalu menempel sama kamu, kemana pun kamu pergi."
Mereka lalu terkekeh, begitu pun dengan Anna yang ikut larut dalam candaan itu.
Kejutan demi kejutan yang diberikan oleh Devan selalu sukses membuat Delia menangis haru. Entah akan ada kejutan apa lagi setelah ini, seolah tak habis hanya dengan memberikan satu kebahagiaan, Devan bahkan mampu memberikan apapun yang bahkan tidak pernah terpikirkan oleh Delia.
BERSAMBUNG...
Gaun pengantin Delia
Bikin Devan salting terus sampe klepek-klepek sama Delia🥰🤭