Lusiana harus mengorbankan dirinya sendiri, gadis 19 tahun itu harus menjadi penebus hutang bagi kakaknya yang terlilit investasi bodong. Virgo Domanik, seorang CEO yang terobsesi dengan wajah Lusiana yang mirip dengan almarhum istrinya.
Obsesi yang berlebihan, membuat Virgo menciptakan neraka bagi gadis bernama Lusiana. Apa itu benar-benar cinta atau hanya sekedar obsesi gila sang CEO?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Denganmu Adalah Takdir
Lusi seketika menundukkan wajahnya, buru-buru dia berbalik arah dan pergi. Rasanya begitu panik karena hampir saja ketahuan. Meskipun dia tahu, bekerja di dalam gedung yang sama, mereka pasti akan bertemu nantinya. Tidak hanya bertemu Virgo, tapi mungkin juga bertemu Roy, sekretaris lelaki tersebut.
"Hei ... Heii!"
Lelaki itu kemudian menatap topi pekerja cleaning service. Roy merasa aneh, karena pekerja itu malah kabur. Kenapa tiba-tiba menghindar? Apa dia melakukan kesalahan.
"Sudahlah!" gumam Roy, sambil merapikan jasnya.
"Pekerja aneh," gumam laki-laki itu lagi, kemudian meletakkan topi itu ke salah satu gantungan dekat toilet. Biar diambil oleh yang bersangkutan.
Sudah sore juga, dia tak punya waktu meladeni hal yang tak penting. Lelaki itu kemudian keluar dan menuju lobby, di sana Virgo sudah menunggu.
***
"Kita langsung pulang, Pak?" tanya Roy, pria yang tadi menemukan topi milik Lusi. Karena tak begitu fokus pada wajah Lusi, Roy pun tak mengenalinya.
"Tidak, aku tidak ingin pulang ke rumah. Kita langsung ke apartemen mu!" Virgo malah tak mau pulang ke rumahnya sendiri.
Roy pun mendesis dalam hati. Kenapa bosnya harus menginap di apartemennya lagi. Jelas sudah punya rumah yang jauh lebih luas dan besar daripada apartemen miliknya. Lebih anehnya lagi, istri bosnya yang katanya meninggal karena kecelakaan telah kembali. Namun, kenapa Virgo kelihatan stres dan banyak pikiran? Bukannya harus senang karena istrinya kembali. Aneh memang, di luar logika. Namun, dia tak mau ikut campur dan tak pernah berkomentar.
Itu karena bagi Roy, kembalinya Reva sangat janggal. Ditambah lagi Roy juga sempat kaget, karena dia tahu wajah istri Virgo. Maklum, kecelakaan yang menimpa Reva lebih dulu dibanding Roy ikut kerja dengan Virgo. Sehingga, Roy kurang tahu sejarah percintaan bosnya itu.
Pantas saja dulu mengejar-ngejar Lusi. Kalau dilihat-lihat memang ada kemiripan, walau lebih cantik istrinya pak Virgo ke mana-mana, pikir Roy. Yang satu terawat dan satunya cenderung sederhana.
Kini seperti biasanya, kalau Virgo tak mau pulang, pasti menginap dan apartment. Begadang meskipun besok akan ada rapat, minum sampai teler, begitu terus. Meskipun kadang-kadang kembali normal, pulang ke rumah dan bersikap tak ada masalah.
Tapi kalau dilihat-lihat, Roy merasa rumah tangga pak Virgo ada masalah. Buktinya Virgo selalu kelihatan badmood, jarang tersenyum, mukanya muram dan kelihatan tak bahagia.
***
Di sisi lain, Lusi pun merasakan hal yang sama. Kadang hidupnya terasa hampa dan kosong. Bukan karena memikirkan cinta, hanya saja hidupnya terasa hambar. Beruntung ada anak bayi yang membuatnya semangat untuk tetap menjalani hidup, meskipun penuh liku dan cobaan.
Sore itu, setelah pulang naik angkutan umum, Lusi banyak melamun. Tapi setidaknya dia merasa yakin, kalau ada Virgo di sekitarnya. Ditandai dengan Roy, sekertaris pria tersebut. Maka jarak mereka pun semakin dekat. Entah mengapa, Lusi ingin mengabarkan pada Virgo, bahwa laki-laki itu punya anak dengannya.
"Aku harus menemuinya ..." gumam Lusi.
Tadi sore masih shock, makanya malah menghindar saat melihat Roy. Nanti, di kesempatan berikutnya, Lusi akan lebih berani lagi. Wanita itu berjanji pada dirinya sendiri agar tidak perlu menghindar. Bila perlu, dia harus jujur dan mengatakan apa yang terjadi. Kalau hubungan waktu itu sudah menghasilkan seorang anak.
Demi masa depan Tirta, sepertinya Lusi akan membuang rasa malunya. Tidak apa disangka memanfaatkan. Ini semata-mata dia lakukan demi anak semata wayangnya itu. Apalagi itu memang anak Virgo, sudah selayaknya dia mendapatkan banyak fasilitas dan kemewahan dari ayah biologisnya. Bukan malah menderita bersama dirinya.
Lusi menghela napas berat, mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Beban berat dipundak nya akan segera dia lepaskan. Meskipun nanti mungkin banyak kemungkinan yang terjadi.
***
Keesokan harinya. Apartemen Roy. Apartemen yang selalu rapi kini terlihat agak berantakan karena kedatangan tamu tak diundang dari kemarin sore.
Virgo tergelak tak berdaya, dengan pakaian yang berantakan juga, ia yang selalu kelihatan klimis, sekarang sedikit acak-acakan. Gara-gara minum sampai jam 12 malam, Virgo pun kini jadi kesiangan. Padahal jam 8 nanti rencananya ada meeting dengan klien. Sementara Roy, dia kelihatan lelah karena harus menjaga bos-nya 24 jam non stop.
Entah ke mana istrinya pak bos, suaminya tidak pulang bukannya dicari. Alhasil Roy yang harus repot sendiri. Dia harus menjaga Virgo seperti menjaga bocah.
Pukul 8 lewat beberapa menit.
"Kenapa kau tak membangunkan aku lebih awal!" omel Virgo sambil bergegas memakai jas. Bukan jas semalam, tapi jas baru yang sudah disiapkan oleh Roy.
Sementara itu, Roy hanya minta maaf. Percuma membantah, dia akan kelihatan salah di mata bosnya itu.
"Kau tahu aku ada meeting! Harusnya bangunan lebih awal!" Virgo terus saja mengomel sepanjang jalan.
Sampai kantor sudah jam 9 pagi, jelas mereka sangat telat. Tidak sesuai dengan schedule awal. Padahal Virgo ini anti jam karet. Sangat perfeksionis dan tidak suka tidak tepat waktu. Kini, dia sendiri lah yang malah telat.
"Harusnya semalam kau mencegahku minum terlalu banyak!" Virgo marah-marah saat mereka akan naik lift menuju ruang meeting. Virgo masih menyalakan orang lain, padahal itu murni kesalahan dia sendiri.
Roy mengangguk lagi, dia membenarkan apa kata Virgo, meskipun kesalahan sebenarnya ada pada diri Virgo. Saat itu, sambil marah-marah, Virgo menunggu lift terbuka.
Tak lama berselang, pintu lift pun terbuka, belum sampai lantai yang dituju. Seorang perempuan kurus pakai baju seragam kebersihan masuk.
"Hei, kenapa kau masuk!" seru pegawai yang masih berdiri tak berani masuk.
Roy memiringkan kepalanya. Melihat dari belakang, sepertinya tak asing.
"Lusi ..." gumam Roy. "Apa aku salah lihat? Itu seperti Lusi."
Virgo yang tadinya kesal, seketika memutar bahu wanita kurus di depannya, yang kini berdiri membelakanginya. Virgo mendesis kesal dan menatap Roy marah. "Bicara apa kau ini!" Dikiranya Lusi yang ada di depan mereka.
"Itu, Pak ... Lusi!" ucap Roy sambil menunjuk ke depan dengan tangannya. Bukan wanita di depannya, tapi di luar lift.
Seketika Virgo langsung melompat keluar dari dalam lift dan bersambung.
terimakasih juga kak sept 😇