Rania, dua puluh tahun memiliki paras yang cantik yang menurun dari Mama nya. kehidupan nya berubah sejak kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan yang membuat nya menjadi seorang yatim piatu disaat usianya menginjak empat belas tahun.
Dan lebih parah nya Rania dipaksa menikah oleh bibi nya dengan seorang pria lumpuh yang telah beristri.
Raka pria berusia tiga puluh tahun setelah selamat dari kecelakaan mengakibatkan kaki nya lumpuh sementara. setelah kaki nya lumpuh pria itu mendapat kenyataan pahit, istrinya berselingkuh dengan beberapa laki laki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja ardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Beberapa saat kemudian, Raka yang sudah selesai membersihkan diri kini tengah duduk di kursi roda nya membenarkan tataan rambut nya agar sesuai dengan keinginan nya.
"Rania putri Gautama" teriak Raka karena sedari tadi Rania hanya diam mematung disamping nya.
"Sampai kapan kamu akan terus berdiri disana? apakah kamu senang kalau aku sampai mati kelaparan"? Ujar nya kemudian.
"Huuf,,, tidak sabar sekali sih" gerutu nya lirih namun masih bisa di dengar oleh Raka.
"Apa kamu bilang"?
"Tidak papa, Ayo tuan" ucap Rania dengan tangan yang sudah siap untuk mendorong kursi roda nya.
Rania langsung saja mendorong kursi pria itu masuk ke lift untuk turun menuju ke lantai utama untuk makan malam.
"Kenapa kalian lama sekali" tanya Hilda dengan tersenyum ke arah Raka dan Rania.
"Riana, sini kamu duduk sebelah Raka,. ucap Hilda kemudian.
Rania sendiri hanya mengangguk dan tersenyum.
"Makasih Ma-mama" jawab nya terbata karena merasa canggung.
"Sama sama, sekarang kalian makan lah" ujar Hilda yang ingin membantu Rania dengan mengambilkan makanan nya.
"Mama tidak perlu biar Rania ambil sendiri saja" sanggah Rania tidak enak.
"Baiklah"
Rania menatap Hilda dengan tatapan berkaca kaca. sebab ini pertama kali dalam hidup nya bisa merasakannya perhatian dari seorang ibu.
Hilda menatap ke arah Rania, dan merasa heran karena tatapan menantu keduanya itu melancarkan kesedihan.
"Ada apa Rania kenapa kamu hanya diam saja, ayo kita makan"? tanya Hilda kemudian.
"Tidak apa apa ma"
Rania segera mengambil piring, namun bukan piring nya melainkan piring milik Raka.
"Tuan, apa nasi nya segini cukup" tanya Rania pada Suaminya.
Seketika pandangan Hida dan Juga Bima langsung tertuju pada RaniaRania dan Raka. saat mendengar menantunya memanggil Raka dengan panggilan tuan.
"Mungkin Rania belum terbiasa dengan status baru nya Ma, Pa. ucap Raka.
"Sudah cukup" ucap Raka kembali menjawab pertanyaan Rania.
"Tuan, mau sama lauk apa"? tanya Rania lagi.
"A-ayam sama sayur saja" jawab Raka terbata.
Pria itu merasa terkejut, pasalnya selama menikah dengan Gea ia belum pernah sekali pun mendapatkan perlakuan seperti itu dari nya.
Hilda dan Bima yang menyaksikan itu hanya saling pandang dan tersenyum bahagia. Putra kesayangan nya ada yang memperdulikan nya.
Karena memang Gea menantu pertama nya jarang sekali dirumah, bahkan mereka juga tidak pernah melihat Gea melakukan hal seperti yang Rania lakukan saat ini.
Di dalam hati mereka merasa bersukur dan lega dengan kehadiran Rania.
Setidaknya putra nya itu tidak lagi kesepian dan ada yang melayani nya. sebagai mana seorang suami dilayani oleh istrinya.
Rania kembali duduk setelah mengisi piring suami dan dirinya. kini semuanya tengah menikmati makan malam mereka.
Tidak ada perbincangan diantara mereka selama makan malam.
Hingga beberapa saat kemudian makan malam pun selesai.
"Oh ya Raka, meskipun pernikahan kedua kamu dilakukan secara mendadak dan tak ter public. Mama sangat berharap kalian bisa memberikan cucu untuk mama.
Mama sudah sangat ingin punya cucu, tapi karena Gea masih ingin fokus pada karirnya dan belum siap untuk punya anak. maka mama sangat berharga pada kalian"
Mendengar ucapan itu, Raka dan Rania saling beradu pandang. Rania sendiri sempat terkejutnya mendengar perkawinan itu.
"Jangan berharap punya cucu dari Gea ma, menantu kesayangan mama itu bahkan belum pernah Aku sentuh" gumam Raka dalam hati nya.
"Sudah lah ma Jagan terlalu berharap. Mama tidak lihat anak mu ini tidak sempurna" jawab Raka.
"Mama yakin kamu pasti sembuh dan kembali bisa berjalan kembali" ujar Hilda.
Sementara Rania dia hanya bisa diam tanpa protes atau pun komentar.
"Sudah lah Ma, Pa. seperti nya Raka harus segera kembali kekamar. Raka harus segera minum obat" pamit nya kemudian.
"Tidak masalah syang, bagi pasangan suami istri baru, memang sudah sebaiknya menghabiskan waktu di dalam kamar nya. kami sebagai orang tua paham akan hal itu" Sahut Bima dengan tersenyum lebar.
keduanya hanya mengangguk seraya pergi dari ruang makan itu, meninggalkan kedua pasang paruh baya itu menuju kamar nya.
Hilda dan Bima hanya mengulas senyum melihat keduanya berlalu dari hadapannya.
"Mama sangat berharap gadis itu mampu membuat putra kita bahagia dan keluar dari kesepian yang selama ini dia rasakan karena istri pertama nya yang lebih mementingkan karirnya dari pada suaminya"
"Papa juga begitu Ma" ucap Bima.
"Aku akan tidur sekarang" ucap pria itu setelah sampai dikamar nya.
"Apa perlu aku bantu"? tanya Rania dengan ragu.
Kini gadis itu sudah mulai pasrah dengan apa yang ia jalani, toh membantah pria kepala baru itu pun juga akan sia-sia.
Merasa tidak ada jawaban dari Raka, gadis itu langsung berinisiatif membantu nya turun dari kursi roda berpindah ke ranjang tempat tidur nya.
Tidak ada kata terima kasih atau apa pun dari mulut Raka setelah Rania dengan bersusah payah membantu nya untuk pindah ke tempat tidur nya.
Rania yang juga sudah merasa kan lelah, ingin segera merebahkan tubuh nya di ranjang yang sama tempat Raka tidur namun sudah diberi pembatas untuk nya berupa bantal guling yang fi taruh di tengah-tengah ranjang itu.
"Jangan tidur dulu, tolong ambil kan obat ku" pinta Raka. Ketika Rania sudah berada di atas tempat tidur.
Rania segera turun lagi langsung mengambil obat yang dimaksud Raka di laci meja sebelah ranjang.
"*Ini obat apa? kenapa baunya sangat aneh" Bayi Rania yang memang sedikit tau mengenai jenis obat obatan*.
"Kenapa bengong disitu, berikan padaku obatnya" ucap Raka merebut obat itu dari tangan Rania dan langsung meminum nya.
"Kembalilah ke tempat tidur mu, tugas mu melayani ku besok masih banyak"
Dengan langkah gontai Rania kembali merebahkan tubuh nya, mata nya terpejam namun pikiran nya masih tertuju pada sebuah obat yang ia ambil barusan.
Gadis itu tidur dengan membelakangi tubuh suami nya. ia menoleh ke belakang dilihat nya Raka sudah tertidur pulas, namun dirinya sama sekali belum bisa tidur.
yolo typonya banyak amat da...