Niat baik salsa untuk membantu sang bos yang sedang hangover ternyata membawa petaka untuknya. bagaimana tidak, malam ini kesuciannya di rengut oleh Azka Aditama dengan paksa.
sementara Azka sendiri bingung, sudah hampir tiga puluh tahun dia tahu dirinya impoten, tapi malam ini, kamar apartemennya menjadi saksi bisu,bagaimana keperkasaan alatnya saat menggagahi gadis di bawah kungkungannya.
Azka-Salsa here
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pingsan apa tidur?
Drettttt
Dretttt
Saat sedang santai seorang diri di samping Vila, deringan ponsel mengalihkan perhatian Salsa. Tertera nama Novia yang sedang menelponnya. Hari sudah mulai sore, harusnya gadis itu sudah pulang, tapi kenapa Novia tiba tiba menelponnya?
Salsa menggeser icon hijau, mengangkat panggilan sahabatnya itu.
"iya Novia..." jawab Salsa santai
"Sa, kamu kesini sekarang, aku kirim lokasinya ya!! Cepatan,, kamu pesan taksi online, oke!!" terdengar suara panik dari Novia di seberang sana. Hal itu membuat Salsa mengerutkan keningnya.
"kamu ken____"
*tutt*
Hendak bertanya lagi, tapi sambungan teleponnya sudah di putuskan sepihak oleh Novia. Dari suara yang terdengar panik, Salsa bisa menyimpulkan kalau sahabatnya dalam masalah. Gegas, salsa berlari ke kamar, mengganti pakaian dengan rapi kemudian keluar.
Dia melihat lokasi yang di kirim Novia, segera dia memesan taksi online untuk pergi kesana.
Lima menit salsa menunggu, akhirnya taksi itu tiba. Cepat cepat wanita itu masuk.
"cepatan ya pak!" perintahnya dengan nada cemas yang mendera. Ketakutan terjadi sesuatu yang berbahaya pada sang sahabat
"baik nona" jawab sopir itu kemudian melesatkan mobilnya meninggalkan Vila itu.
Perjalanan yang memakan waktu lima belas menit, taksi yang membawa Salsa kini berhenti di depan sebuah rumah sakit besar, hal itu menambahkan rasa takut yang menyerang Salsa.
"makasih pak!" ujar wanita itu, kemudian mengayunkan langkahnya ke lorong umah sakit. Mencari Novia, sesekali wanita itu menghubungi sang sahabat.
Satu, dua hingga dalam hubungan ketiga barulah Novia mengangkat teleponnya.
"kamu dimana?? Kenapa bisa ada di rumah sakit??" belum sampai, berentet pertanyaan dengan nada cemas menguasai wanita itu. Terdengar helaan napas Novia dari seberang sana.
"kamu sudah sampai??" tanya Novia
"hmm, kamu dimana nov?"
"depan ruang rawat 113, cepatan ya!" Salsa membawa langkahnya ke ruangan yang di sebut Novia. Dalam perjalanan, baru dia menyadari percakapannya dengan Novia.
Depan ruang rawat!
"berarti bukan dia dong yang sakit,..." memijat kepalanya. Saking panik, Salsa sampai salah menyimpulkan.
hingga langkahnya sudah dekat dengan ruangan itu, terlihat Novia duduk dengan seseorang di sampingnya, tidak jelas kelihatan karena orang itu berada di sisi kiri Novia.
"Sa.." panggil Novia saat melihat Salsa mendekat.
"siapa yang sakit?? Pak___" kaget, pria di samping Novia adalah Aditya.
"Sa, Azka kecelakaan!" Aditya berinisiatif melapor. Sementara Salsa, dia bingung sendiri hendak berekspresi. Hal itu seolah tidak penting baginya, tidak ada kaitannya sama sekali.
Tapi, karena masih ada sedikit rasa kemanusiaan, apalagi Azka adalah mantan bosnya, Salsa menanggapi walau malas.
"kecelakaan? Kok bisa?" tanyanya, tak ayal ada sedikit khawatir itu di hatinya, tapi sebisa mungkin salsa berusaha untuk terlihat biasa saja.
"namanya musibah, tidak ada yang tahu!!" jawab Novia
"kondisinya gimana?? Ada luka berat nggak? Apa kata dokter, dia baik baik saja kan?" berentet pertanyaan menunjukan kekhawatiran, mereka berdua menggeleng bersamaan.
"alhamdulilah.." tanpa sadar, Salsa mengelus dada lega, tapi hanya sesaat karena setelahnya dia kaget mendengar Kalimat Novia.
"enggak tahu,Sa!! Dokter masih di dalam, dan kayaknya luka pak Azka serius deh, buktinya mereka sudah sangat lama di dalam!" sambung Novia.
"jadi??"
"ya belum tahu, kita tunggu dokternya aja, bertanya bagaimana kondisinya!!"
Mendengar itu, salsa mengangguk, dia mondar mandir tak jelas di depan ruangan membuat Novia berdecak pelan.
"kamu bisa duduk diam nggak??"
"ouhhh, iya... Ini duduk!!" perlahan, wanita itu membawa bokongnya untuk duduk di samping Novia.
Hingga, tak lama kemudian, seorang dokter dan perawat di sampingnya terlihat keluar. melihat mereka, Salsa dan Aditya berdiri, lalu menyambar beberapa pertanyaan yang sama.
"bagaimana kondisi pasien,dok?" tanya Aditya dan Salsa bersamaan.
"tidak ada yang perlu di khawatirkan, luka pasien tidak terlalu parah,, untung tabrakan itu tidak membuat luka yang serius,, tapi untuk tiga hari ke depan, kamu sarankan pasien untuk opname, sampai luka di kepalanya benar benar sembuh" jawaban dokter itu melegakan mereka bertiga. Tanpa menunggu lebih lama, Salsa masuk begitu saja.
pandangan matanya terus berarah kepada Azka yang masih berbaring di ranjang. Kepalanya sudah di perban, pria itu beristirahat damai.
"dia pingsan apa tertidur?" tanya Salsa pada Aditya. Pria itu menggelengkan kepalanya, ya karena dia tidak tahu apakah Azka sedang pingsan atau hanya tidur.
"masa bapak nggak tahu, kalian kan selalu bersama, pasti tahu dong mana tidur mana pingsan!!" tidak terima saat hanya mendapatkan gelengan, Salsa memaksa Aditya untuk bisa mengetahui apa yang terjadi pada pria di depannya.
"ya mana aku tahu Sa,, coba kamu bangunin aja, kalau nggak bangun berarti dia meninggal, bukan pingsan lagi!!" jawab Aditya geram sendiri. Wajahnya sudah masam.
"kok meninggal?? kalau dia meninggal tempatnya bukan disini pak Aditya,, di ruang jenasah!!"
"itu tahu,, berarti dia__"
"kalian berdua bisa diam nggak?? Ganggu ketenangan pasien aja!!" bentak Novia yang sejak tadi menyimak perdebatan dua orang itu. Salsa dan Aditya sama sama bungkam, langkah kaki mereka berjalan mendekati ranjang Azka.
"kalau di lihat lihat, sepertinya pak Azka pingsan deh!" kembali, Salsa menatap Lamat pria itu. Tangannya dia letakkan tepat didepan hidung Azka, memastikan pia itu pingsan apa tidur.
"dia tertidur,, masih ada nafasnya, coba deh" sahut Aditya lagi.
"kalian berdua sebenarnya menyumpahi ku untuk cepat mati, iya kan??" suara berat Azka terdengar, refleks Aditya dan Salsa mundur perlahan. Sementara Novia melipat bibir melihat hal itu. Kenapa dua orang itu sama persis, sama sama ngelawak saat sedang begini, batin Novia.
"Ka, kamu sudah bangun?" tanya Aditya basi, sudah terlihat jelas Azka membuka matanya bahkan sempat menimpali obrolan random mereka, eh malah bertanya.
"menurutmu, aku masih tidur??" jawab Azka dengan nada datar seperti stelan awal.
"syukurlah bapak baik baik saja,"Azka tersenyum simpul mendengar kalimat Salsa. Ternyata gadis itu terlihat khawatir saat dia seperti ini,, tapi senyum itu luntur kala mendengar kalimat lanjutannya.
"kalau mati di kota orang kan nggak lucu, masa CEO Aditama group meninggal dunia di Bali.." lanjut Salsa membuat wajah Azka pias. Seolah di angkat lalu di banting, ya, begitulah yang bisa dia artikan dari kalimat Salsa barusan.
Dia seorang yang berwajah pias, sementara Aditya dan Novia melipat bibir, menahan diri untuk tidak meledak tawa disana.
"kau mendoakanku untuk cepat meninggal??" tanya Azka kemudian.
"mana ada,, perasaan aku nggak bilang begitu deh,, bapak sendiri yang menyimpulkannya" jawab Salsa dengan cepat.
"Sa, dengar ya! Kalau aku meninggal, yang akan menjadi suami kamu siapa?? Kamu jomblo sampai tua dong!!" masih berbaring, dia berubah bermulut cerewet. Mendengar perkataan itu, Salsa melototkan matanya tak percaya.
"dih pedenya,, emang aku mau jadi istri bapak?? Lagian ya, banyak kok pria di luaran sana,, jomblo sampai tua?? Mana ada!!" jutek Salsa, kemudian berjalan ke arah sofa, mendudukkan bokongnya disana.
Aditya dan Novia hanya menyimak, mereka tidak berniat menganggu, selagi Salsa sudah mulai bicara panjang lebar lagi dengan Azka, suatu kemajuan menurut mereka, apalagi tidak terlihat ketakutan seperti beberapa hari yang lalu.
begitu pula dengan Azka, dia juga bisa merasakan bagaimana perubahan Salsa padanya. wanita itu sudah kembali seperti semula, seperti sekertaris cerewet yang selalu mengumpatnya dalam diam.
"begini saja sudah cukup Sa, setidaknya tidak ada lagi ketakutan itu di matamu,, aku minta maaf atas semuanya,, dan aku harap kau masih begini ke depannya, agar mudah bagiku untuk mendekatimu.." batin Azka masih dengan senyum tipis yang nyaris tak terlihat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...