NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Pangeran Terkutuk

Takdir Cinta Pangeran Terkutuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Beda Dunia / Mengubah Takdir / Kutukan / Menyembunyikan Identitas / Enemy to Lovers / Tumbal
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Piscisirius

Naina dijual ibu tirinya untuk menikah dengan pria yang tersohor karena kekayaan dan buruk rupanya, juga menjadi pemegang rekor tertinggi karena setiap tahunnya selalu menikahi ratusan wanita. Selain itu, Minos dikenal sebagai psikopat kejam.

Setiap wanita yang dinikahi, kurang dari 24 jam dikabarkan mati tanpa memiliki penyebab kematian yang jelas. Konon katanya para wanita yang dinikahi sengaja dijadikan tumbal, sebab digadang-gadang Minos bersekutu dengan Iblis untuk mendapatkan kehidupan yang abadi.

“Jangan bunuh aku, Tuan. Aku rela melakukan apa saja agar kau mengizinkanku untuk tetap tinggal di sini.”

“Kalau begitu lepas semua pakaianmu di sini. Di depanku!”

“Maaf, Tuan?”

“Kenapa? Bukankah kita ini suami istri?”

Bercinta dengan pria bertubuh monster mengerikan? Ugh, itu hal tergila yang tak pernah dibayangkan oleh Naina.

“... Karena baik hati, aku beri kau pilihan lain. Berlari dari kastil ini tanpa kaki atau kau akhiri sendiri nyawamu dengan tangan di pedangku?”

***

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Piscisirius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10 - Petunjuk?

Naina dituntun ke halaman belakang kastil oleh Tora, gagak tersebut segera memberikan beberapa perlengkapan yang akan dibawa oleh Naina nantinya.

Dua keranjang yang akan ditenteng di kanan dan kiri, serta tas selempang yang disampirkan pada tubuh gadis itu sudah Tora berikan. Tak lupa, Tora juga memberikan sesuatu yang dibungkus oleh kain, besarnya sekepal tangan orang dewasa.

“Apa ini?” Naina bertanya seraya mengamati bungkusan kain hitam yang ada di tangannya.

“Dari Tuan Minos. Untukmu berjaga-jaga di hutan nanti. Di dalam kain itu ada serbuk ajaib yang bisa menjagamu dari marabahaya. Jika ada hewan buas ataupun monster yang mendekatimu, segeralah lemparkan serbuk itu pada mereka.”

Mendengar penjelasan tersebut, Naina tidak berkedip beberapa saat. Jika mengingat beberapa hari yang lalu, saat dirinya memasuki hutan untuk mengambil bunga mawar biru, Naina tidak berpikir di dalam hutan sana ada bahaya yang menanti.

Tapi setelah dijelaskan oleh Tora barusan, tubuhnya langsung memberi respon bergidik merinding, ketakutan.

“Aku tidak bisa menemanimu. Jadi, berhati-hatilah,” pesan Tora sebelum terbang menjauh dari Naina.

Gagak itu terbang tinggi, kembali memasuki kastil.

Sementara Naina masih bergeming di tempat sambil menatap bungkusan di tangannya, mendadak angin di sekitar menghembus kencang. Dedaunan kering yang sempurna menutupi permukaan tanah lantas berterbangan, sedikit membuat Naina kelilipan.

Saat perlahan membuka mata, tiba-tiba saja dihadapannya sudah ada sesosok pria yang berdiri menjulang tinggi. Aroma busuknya meniadakan angin segar yang semula Naina hirup.

“Tuan?” Naina mencoba menyapa dengan baik, menunjukkan senyumnya yang terlihat seperti dipaksakan.

Pria di depannya tidak menunjukkan wajahnya. Tudung yang menjuntai, habis menutupi rupanya yang hancur. Bagian tubuh lainnya pun tertutup jubah, hanya aromanya saja yang tetap bisa tercium.

“Waktumu tidak banyak. Apa kau memilih mati di sini karena terlalu lama melamun? Aku tidak suka perempuan yang lelet!”

Ucapan Tuan Minos barusan layaknya gemuruh di siang hari yang terik, benar-benar mengejutkan. Naina terkesiap beberapa detik.

Naina membungkuk sopan. “Ba-baik, Tuan! Aku akan segera pergi.” Lalu berlarian cepat menuju hutan yang dipenuhi kabut.

Dalam batin gadis itu, rasanya lebih baik diterkam hewan buas ataupun dibunuh monster yang menunggui hutan kematian. Ketimbang harus mati di tangan Tuan Minos, yang diyakini Naina tidak ada yang lebih mengerikan darinya.

“Apa yang harus aku masak? Aku bahkan tidak tahu di hutan ini ada bahan masakan apa saja yang bisa aku temui,” gumam Naina dengan perasaan cemas.

Langkah demi langkah dirinya semakin jauh memasuki hutan, Naina masih belum melihat ada tanda-tanda sebuah makanan. Yang dirinya lihat hanyalah kabut gelap, semakin mempersempit jarak pandangnya.

Saat lelah mulai menghampiri, Naina mendengar lantunan suara merdu. Irama nyanyian dari seorang wanita yang entah berasal dari mana. Karena penasaran, Naina pun mengikuti ke arah sumber suara.

“Air terjun?” Kedua alis Naina menyatu, bingung dengan apa yang dilihatnya saat ini.

Setelah melewati beberapa pepohonan tinggi dan tumbuhan rimbun yang menghalangi jalan, Naina sampai pada tempat ini. Bukan hanya air terjun, tapi beberapa binatang yang sempat Naina temui pada malam itu, saat ini ada di depannya.

Dan irama dari lantunan seorang perempuan sebelumnya hilang. Tidak lagi terdengar apapun selain dari suara air terjun di depannya.

“Hei!”

“Kemarilah!”

Sang kuda putih bersayap meminta Naina untuk mendekat, beberapa hewan lainnya ikut berseru. Naina pun melangkahkan kakinya ke depan, menghampiri mereka.

“Aku mendengar seseorang yang sedang bernyanyi. Suaranya merdu sekali, dan suaranya berasal dari sini. Tapi ternyata suara itu sudah hilang, aku hanya menemukan air terjun dan melihat kalian ada di sini,” ungkap Naina mencoba menceritakan.

Sementara itu, Tuan Minos yang setia mengamati dari bola sihir langsung mengerutkan kening. Kembali bertanya-tanya tentang kehadiran para mahluk berbulu putih yang sedang bersama Naina.

“Mereka lagi! Sebenarnya siapa mereka ini?” tanya Tuan Minos, pandangannya tak dialihkan sedikitpun dari bola sihir.

Tora yang berada di bahu tuannya ikut mengamati. “Aku pun tidak tahu, Tuan. Dua kali Naina masuk ke dalam hutan, dua kali juga dia bertemu dengan para binatang itu.”

Tuan Minos menegapkan punggung, bersandar pada kursi. “Ada yang tak beres. Kemungkinan karena itu pula para monster ataupun binatang buas tak ada yang mendekatinya.”

Gagak itu angguk-angguk. “Betul, Tuan. Aku berpikir hal serupa.”

Bola sihir sudah menampilkan adegan yang berbeda, Naina dituntun oleh para binatang berbulu putih menuju ke bagian dalam hutan yang sepertinya jarang atau bahkan belum terjamah oleh siapapun.

Di sana ada banyak sekali pepohonan yang berbuah, ada mata air sungai dipenuhi ikan segar yang beberapa kali meloncat-loncat ke daratan seolah menyodorkan diri untuk diambil oleh Naina.

Beberapa binatang lain membantu Naina untuk memanjat pohon, mengambil buah-buahan. Sedang Naina masih kegirangan karena harus mengumpulkan ikan-ikan, memasukannya ke dalam keranjang.

“Sepertinya kali ini dia selamat lagi, Tuan,” ujar Tora memberitahu akan ada ekspektasi yang terpatahkan lagi kali ini.

“Tidak mungkin!” Tuan Minos membantah, rahangnya mengetat. “Aku harus mencari tahu siapa para binatang itu dan apa alasan dibalik mereka selalu membantu gadis penuh keberuntungan itu.”

***

“Wah, banyak sekali.” Naina tersenyum senang melihat dua keranjang yang dibawanya tadi sudah penuh, bahkan saking banyaknya tumpah ruah ke mana-mana.

Kelinci putih menjawab, “Itu mudah untuk kami.”

“Kalau kau butuh bahan makanan lagi, kau boleh ke sini kapanpun. Dan kau bebas mengambil apapun yang kau mau,” timpal kura-kura di bawah sana.

Naina melebarkan senyum, menatap satu per satu wajah binatang yang berdiri mengelilinginya. “Terima kasih, ya.”

“Kapan kau datang lagi ke sini?” tanya kuda putih dengan tatapan penuh harap.

Naina tampak berpikir beberapa saat. “Aku tidak tahu. Tapi mungkin akan sering ke sini. Karena makanan sebanyak ini bukan untukku sendiri.”

“Aku tahu, ini untuk Tuanmu, kan?” sahut kuda putih kemudian.

Mata Naina mengerjap-ngerjap. “Bagaimana bisa kau tahu?”

“Kami tahu semua tentangmu. Di sini, hanya kau saja yang melupakan kami,” balas burung kakak tua yang sedari tadi hinggap di atas kepala kuda putih.

“Aku?” Naina menunjuk dirinya sendiri. “Melupakan kalian? Bagaimana mungkin aku melupakan kalian, bertemu kalian saja baru dua kali ini. Jadi—”

“Datanglah kemari lagi nanti. Kami akan menunggumu. Ada beberapa hal yang ingin kami tunjukkan padamu. Mungkin saja itu bisa jadi petunjuk bagimu,” serobot kuda putih.

***

“Kau dengar itu, Tuan?” Tora bicara setelah menyimak obrolan yang ditampilkan oleh bola sihir.

“Sepertinya ada rahasia yang mereka simpan. Bisa jadi petunjuk yang mereka maksud petunjuk bagi kita juga nantinya,” tambah Tora.

Tuan Minos mengangguk, tatapannya begitu serius. “Ya, setidaknya itu bisa aku jadikan alasan untuk membiarkannya tetap ada di sini.”

***

1
Sandy Aulia Putri
👍👍👍👍👍
Cha Sumuk
bagus ceritanya tp ga suka krna MC ceweknya bodoh jg lemah,penakut jg cengeng,trs MC cw nya terlalu arogan bnr2 ga enk bngt di BC nya
Nona Bulan 🌜: Terima kasih karena sudah mampir dan membaca sampai di bab ini, Kak. Untuk pembangunan karakter antara Naina dan Tuan Minos memang sengaja dibuat seperti itu ya, Kak. Tentunya bukan hanya asal-asalan, ada alasan dibalik kenapa mereka dibuat mereka begitu. Kalau kakak berkenan masih mau baca, di bab-bab selanjutnya mungkin kakak akan tau jawabannya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!