Mira Elvana tidak pernah tahu bahwa hidupnya yang tenang di dunia manusia hanyalah kedok dari sesuatu yang jauh lebih gelap. Dibalik darahnya yang dingin mengalir rahasia yang mampu mengubah nasib dua dunia-vampir dan Phoenix. Terlahir dari dua garis keturunan yang tak seharusnya bersatu, Mira adalah kunci dari kekuatan yang bahkan dia sendiri tak mengerti.
Ketika dia diculik oleh sekelompok vampir yang menginginkan kekuatannya, Mira mulai menyadari bahwa dirinya bukanlah gadis biasa. Pelarian yang seharusnya membawa kebebasan justru mempertemukannya dengan Evano, seorang pemburu vampir yang menyimpan rahasia kelamnya sendiri. Mengapa dia membantu Mira? Apa yang dia inginkan darinya? Pertanyaan demi pertanyaan membayangi setiap langkah Mira, dan jawabannya selalu membawa lebih banyak bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon revanyaarsella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21: Jejak Hitam Masa Lalu
Malam itu terasa berbeda. Langit berwarna pekat tanpa bintang, seolah menyembunyikan sesuatu yang tak terjangkau oleh mata manusia. Di kamar Mira, udara dingin semakin menusuk ketika jendela terbuka sedikit demi sedikit, diiringi suara berderit yang samar.
Mira terbangun dari tidurnya, napasnya memburu, tubuhnya basah oleh keringat dingin. Ia tidak tahu persis apa yang baru saja ia lihat dalam mimpinya, tapi perasaan takut dan gelisah merayap hingga ke dalam dadanya. Ia bisa mengingat wajah Evano, berdiri di tengah kobaran api dengan mata merah menyala—membawa sesuatu yang jauh lebih gelap dari sekadar ancaman.
Mira menatap bayangannya di cermin yang memantulkan cahaya remang dari lampu di sudut ruangan. Di lehernya, bekas luka yang samar mulai terasa panas—bekas dari pertemuannya pertama dengan Evano. Luka itu bukan hanya bekas serangan, tapi juga pengingat akan kekuatan yang diwarisinya, kekuatan yang belum sepenuhnya dipahami. Ada darah vampir yang mengalir dalam tubuhnya, bercampur dengan warisan Phoenix yang membuatnya kuat, namun juga rapuh di saat yang sama.
"Ini terlalu nyata," bisiknya, memegang lehernya yang terasa seperti berdenyut.
Dia berjalan perlahan menuju jendela, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak beraturan. Saat ia memandang ke luar, kota di bawahnya masih tertidur dalam kegelapan. Namun, Mira bisa merasakan sesuatu. Ada kekuatan asing yang mulai bangkit di balik keheningan malam itu.
Tiba-tiba, sebuah suara di belakangnya membuat Mira memutar tubuh dengan cepat. Di ambang pintu, berdiri Evano. Mata merahnya bersinar di dalam kegelapan, membuat Mira bergidik.
"Kau bermimpi lagi, bukan?" Evano melangkah masuk, suaranya datar namun penuh dengan sesuatu yang tak terucap. Seperti biasa, auranya dingin namun memikat, seperti maut yang selalu menghantui.
Mira mengangguk pelan. “Ada yang aneh malam ini. Apa kau merasakannya?”
Evano tidak menjawab. Sebaliknya, ia berjalan perlahan ke arahnya, membuat ruangan terasa lebih sempit. “Kita semakin dekat dengan kebenaran, Mira. Tapi apakah kau siap untuk mengetahuinya?”
Mira terdiam sejenak. Pertanyaan itu menggantung di udara, membuatnya merasakan beban yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Selama ini, dia merasa selalu mencari sesuatu—jawaban atas siapa dirinya sebenarnya dan apa tujuan dari kekuatan yang ada dalam dirinya. Namun, semakin dekat ia pada jawabannya, semakin besar rasa takut yang mengikutinya.
"Kebenaran apa?" Mira bertanya, suaranya serak. Dia tidak yakin ingin mendengar jawabannya, tetapi dorongan untuk mengetahui segalanya terlalu kuat untuk diabaikan.
“Kebenaran tentang siapa kau sebenarnya,” jawab Evano singkat.
Mira ingin membalas, tetapi sesuatu menghentikannya. Tiba-tiba, udara di sekitar mereka berubah. Sebuah energi besar meledak dari arah luar, menghentak hingga membuat kaca jendela bergetar. Mira tersentak, menoleh ke arah suara itu.
“Apa itu?” Mira bertanya dengan nada tegang.
Evano menajamkan pendengarannya. Wajahnya tak menunjukkan tanda panik, tapi matanya menegas. “Mereka datang.”
“Siapa?” Mira bertanya, setengah berbisik, setengah gemetar.
Namun, Evano tak memberikan jawaban. Ia melangkah menuju jendela, membuka tirai, dan memandang ke arah gelap di luar sana.
Tiba-tiba, dari arah langit, sebuah bayangan besar turun cepat, menghantam tanah dengan kekuatan dahsyat. Gelombang energi mengalir melalui tanah, mengguncang seluruh bangunan di sekitar mereka. Mira bisa merasakan getaran itu naik hingga ke tulang-tulangnya. Suara jeritan terdengar di kejauhan, suara yang tidak berasal dari manusia biasa.
Evano mengalihkan pandangannya ke Mira. “Sudah dimulai.”
"Apa yang dimulai?" Mira mulai merasakan kepanikan merayap dalam suaranya. Tapi Evano hanya menatapnya dengan tenang, meski Mira bisa melihat ketegangan di balik sikap dinginnya.
“Kau akan segera tahu,” katanya sambil menghilang secepat kilat, meninggalkan Mira sendiri di ruangan itu.
Detik berikutnya, suara dentuman keras terdengar dari luar, diikuti oleh suara sesuatu yang bergerak cepat di udara. Mira berlari ke jendela dan melihat apa yang terjadi. Di langit malam, makhluk-makhluk gelap berterbangan, bayang-bayang yang tidak bisa dia jelaskan dengan kata-kata. Mereka bergerak dengan kecepatan mengerikan, dan di antara mereka, sosok yang lebih besar dengan sayap hitam, berkibar liar dalam kegelapan.
Mira tertegun. Dia tahu ini bukan hanya mimpi buruk atau khayalannya semata. Ini adalah serangan, serangan dari makhluk-makhluk yang selama ini hanya ada dalam legenda, makhluk-makhluk yang mengincar kekuatannya.
---
Di bawah langit yang pekat, Evano berhadapan dengan salah satu makhluk yang baru saja turun dari langit. Makhluk itu tinggi, dengan sayap besar yang terbentang lebar, matanya berkilau seperti bara api. Tanpa ragu, Evano melangkah maju, wajahnya tanpa ekspresi.
“Di mana dia?” tanya makhluk itu dengan suara parau, menggema seperti raungan petir.
Evano tidak menjawab. Dengan gerakan cepat, ia melesat ke depan, menyerang makhluk itu dengan kecepatan luar biasa. Suara dentuman terdengar ketika keduanya bertabrakan, mengeluarkan kilatan cahaya yang terang. Pertarungan itu berlangsung cepat, hampir terlalu cepat untuk dilihat dengan mata biasa.
Mira berlari keluar dari gedung, instingnya mengatakan untuk membantu. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi perasaannya mengatakan ini bukan pertempuran biasa. Ada sesuatu yang lebih besar di balik serangan ini.
Ketika dia tiba di jalanan, pandangannya langsung tertuju pada Evano yang sedang bertarung melawan makhluk bersayap hitam itu. Mereka bergerak dengan kecepatan yang luar biasa, menghancurkan setiap benda yang ada di sekitar mereka. Namun, Evano terlihat unggul, bahkan ketika makhluk itu terus mengeluarkan serangan yang mematikan.
Tiba-tiba, Mira merasa udara di sekelilingnya berubah. Dia berbalik, dan di sana, hanya beberapa meter darinya, seorang pria berdiri. Wajahnya tertutup bayangan, tapi auranya memancar dengan kuat, jauh lebih kuat daripada yang pernah Mira rasakan sebelumnya. Pria itu mengenakan jubah hitam panjang, dan di balik jubahnya, sesuatu yang seperti api membara.
"Kau Mira," katanya dengan suara lembut tapi mematikan. "Akhirnya kita bertemu."
Mira membeku. Pria itu tahu namanya, tapi dia sama sekali tidak mengenalnya. Namun, dalam satu detik, dia menyadari siapa pria ini. Pria ini bukan sekadar musuh biasa, dia adalah bagian dari masa lalu yang selama ini dia coba lupakan—bagian dari kegelapan yang menyelimuti warisan darahnya.
“Siapa kau?” Mira mencoba terdengar tenang, meskipun hatinya berdebar keras.
“Aku hanya seseorang yang menuntut hakku,” jawab pria itu dingin. "Dan kau adalah kunci untuk mendapatkannya."
Pria itu melangkah maju, dan Mira bisa merasakan kekuatannya semakin mendekat, menekan seperti kabut tebal yang mematikan. Saat pria itu mengulurkan tangan ke arahnya, Mira merasakan kekuatan yang telah lama dia pendam mulai bangkit, membakar di dalam darahnya. Ada sesuatu yang terbangun di dalam dirinya, sesuatu yang telah lama tertidur.
Evano, yang telah menyelesaikan pertarungannya, muncul di samping Mira, melindunginya dengan tubuhnya. Matanya menatap pria itu dengan tajam. "Jangan coba-coba menyentuhnya."
Pria itu tersenyum dingin. "Evano, kau masih melindunginya? Kau tahu ini tak akan berlangsung lama. Pada akhirnya, kegelapan selalu menang."
Evano hanya diam, tapi Mira bisa merasakan kemarahan yang membara di dalam dirinya. Dia tahu bahwa pertempuran ini baru saja dimulai, dan apa yang akan datang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah mereka bayangkan.
Di tengah kegelapan malam, Mira merasakan dua kekuatan besar bertabrakan—kekuatan yang berusaha menghancurkannya, dan kekuatan yang selama ini bersemayam di dalam dirinya. Dan saat itu, dia tahu bahwa tak ada jalan kembali. Masa lalunya telah kembali menghantuinya, dan kini dia harus menghadapi kebenaran yang telah lama dia hindari.
Bersambung...