Saat sedang menata hati karena pengkhianatan Harsa Mahendra -- kekasihnya dengan Citra -- adik tirinya. Dara Larasati dihadapi dengan kenyataan kalau Bunda akan menikah dengan Papa Harsa, artinya mereka akan menjadi saudara dan mengingat perselingkuhan Harsa dan Citra setiap bertemu dengan mereka. Kini, Dara harus berurusan dengan Pandu Aji, putra kedua keluarga Mahendra.
Perjuangan Dara karena bukan hanya kehidupannya yang direnggut oleh Citra, bahkan cintanya pun harus rela ia lepas. Namun, untuk yang satu ini ia tidak akan menyerah.
“Cinta tak harus kamu.” Dara Larasati
“Pernyataan itu hanya untuk Harsa. Bagiku cinta itu ya … kamu.” Pandu Aji Mahendra.
=====
Follow Ig : dtyas_dtyas
Saran : jangan menempuk bab untuk baca y 😘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHTK 8 ~ Dunia Vs Daun Kelor
Dara menatap cermin meja rias, pantulan wajahnya yang sudah rapi. Semenjak bekerja di Grand Season, ia terbiasa memoles wajah dengan make up karena tuntutan profesinya. Tanpa harus menggunakan jasa MUA atau ke salon, Dara sudah siap dengan make up sederhana dan rambut yang di tata bergelombang dan dijepit di sebelah kiri.
Kebaya dan rok lilit yang dikenakannya pun terlihat pas di badan. Sudah pasti akan seragam dengan Citra, karena boleh Kemala yang memilih dan diberikan jauh-jauh hari. Berbeda dengan pernikahan Kemala dengan Ayah Citra, saat itu Dara masih remaja dan tidak mendukung pernikahan ibunya. Tentu saja karena belum memahami kehidupan orang dewasa.
Untuk kali ini, dia tidak ambil pusing. Entah karena alasan kebutuhan biologis, butuh tempat bersandar atau alasan lainnya. Dara mendukung saja keputusan Bunda untuk menikah lagi. Apalagi calon suami Kemala tidak terlihat genit dan suka main wanita, masalah harta tidak usah ditanya. Justru yang menjadi pikiran dan membuatnya tidak nyaman adalah … Harsa dan Citra.
“Hahh. Kamu sudah cantik Dara, jangan lagi menyimpan kebencian untuk dua orang tidak berguna itu yang akan membuat penampilan kamu hari ini bercela,” tutur Dara menyemangati diri sendiri. “Dan sebentar lagi kamu dipecat, jadi hari ini jangan aneh-aneh apalagi songong.”
Heels dan tas pesta sudah dia bawa, segera meninggalkan kamar kost dan menuju hotel tempat diadakannya pernikahan. Sebenarnya hanya akad nikah saja dan dihadiri oleh keluarga inti, lalu besok akan di publish melalui media cetak dan online bahwa Surya dan Kemala sudah menikah.
Seorang petugas mengantarkan Dara menuju sebuah ruangan. Bukan ballroom, hanya ruangan private tapi executive.
“Terima kasih Mas,” ujar Dara.
Di ruangan itu sudah ada Citra dan Harsa, juga beberapa orang lainnya dengan penampilan ordinary mereka. Mungkin dari pihak keluarga Surya, sedangkan dari pihak keluarga Kemala hanya dirinya, Citra dan adik Kemala.
“Ck, kirain bakal telat,” cetus Citra.
Tentu saja ucapan itu diabaikan oleh Dara yang langsung mencari kursi untuk duduk dan menunggu acara dimulai. Harsa yang berada di sudut lain tidak melepaskan pandangannya pada Dara, apalagi kalau bukan karena … cantik. Semua pria di ruangan itu pasti setuju dengan pendapat Harsa, kalau Dara sangat cantik dan paling cantik dari semua perempuan yang ada di sana.
Citra yang menyadari kalau pandangan Harsa terus tertuju pada Dara meski tidak terbalas, menghentakan kakinya dan menghampiri pria itu.
“Halah, drama,” gumam Dara.
Datang lagi beberapa orang dan ruangan semakin ramai, lalu Surya dan Kemala pun hadir. Meski hanya acara sederhana, tapi terkonsep dengan baik. Sepertinya menggunakan EO. MC memulai acara, Kemala dan Surya sudah duduk di kursi yang telah dipersiapkan. Saksi dari kedua belah pihak juga sudah hadir, karena kedua mempelai bukan single maka anak-anak mereka pun dikenalkan.
Harsa putra dari Surya, Dara dan Citra dari pihak Kemala. Bahkan Harsa dan Dara yang mendampingi Papa dan Bunda mereka, Citra hanya bisa gigit jari karena bukan putri kandung dari Kemala. Kehadiran seorang pria berumur di dampingi oleh dua orang bodyguard memasuki ruangan dan langsung duduk di sofa yang sudah disiapkan.
“Jaya Mahendra,” gumam Dara mengulang nama yang disebutkan oleh MC.
“Opaku,” ujar Harsa seakan tahu yang menjadi tanda tanya Dara. “Kamu, cantik,” puji Harsa.
“Baru sadar, keman aja selama ini,” sahut Dara tanpa menoleh apalagi menatap Harsa.
Meskipun ketus, dalam hati Dara ber oh ria. Ia memang mendengar kalau calon suami Bunda adalah pebisnis, tapi tidak tahu kalau berasal dari keluarga Mahendra. Termasuk Harsa adalah putra keluarga tersebut, pantas saja Citra tertarik untuk mendapatkan pria itu. Mungkin saja alasannya karena … harta dan tahta.
Ijab qabul selesai, foto keluarga sudah dan acara dilanjutkan dengan ramah tamah. Surya akan mengenalkan Dara pada ayahnya, tapi terlihat pria itu masih berbincang dengan kerabat yang lain.
“Jangan ke mana-mana, Papa akan kenalkan kamu dengan Opa.”
“Oke, aku di ….” Dara menatap sekeliling, tidak ada yang dia kenal. “Ke belakang dulu, nanti balik lagi.”
“Hm.”
Hanya mengenal, Harsa dan Surya selain keluarganya sendiri di ruangan itu. dara memilih melipir ke luar, apalagi dia juga tidak menyukai keramaian terutama pesta.
“Kenal atau nggak, belum tentu berpengaruh dengan hidup aku,” ucap Dara sudah berjalan di koridor hendak menuju outdoor hotel.
Saat berbelok tidak jauh di hadapannya dia melihat sosok pria yang begitu dia kenal. Pria yang penampilannya cukup menarik, mengenakan jas meski dalaman kaos dan rambutnya yang diikat. Siapa lagi kalau bukan Pandu. Tidak ingin membuat keributan dan membuat malu keluarganya, Dara berbalik dan berjalan cepat menghindar agar tidak bertatap muka dengan Pandu.
Beruntung di depan ada toilet, gegas Dara bersembunyi sementara di sana. berharap Pandu segera lewat dan ia bisa kembali ke ruangan.
“Mimpi apa semalam, harus ketemu lagi,” gumam Dara.
Sambil menunggu ia memastikan penampilannya di cermin toilet. Ada panggilan dari Citra yang menanyakan posisinya.
“Toilet,” jawab Dara.
“Nggak punya muka apa gimana, pake sembunyi di toilet segala,” ejek Citra di ujung sana.
“Ck, apaan? Nggak penting, aku matikan.”
“Papa cari lo, cepet balik ke sini. Ogah amat gue jemput lo,” ujar Citra masih dengan nada ketus.
Tanpa menjawab, Dara mengakhiri panggilan lalu keluar dari toilet. Sempat menolehkan kepala ke kiri dan kanan memastikan kalau tidak ada Pandu di sana.
“Aman,” ujarnya lalu kembali berjalan cepat menuju ruang acara. Kalau tidak memakai rok kebaya dan heels mungkin ia akan berlari.
Sampai di ruangan acara, sebagian tamu sepertinya sudah meninggalkan ruangan. Mulut Dara sempat berdecak pelan melihat Surya, Kemala, Citra dan Harsa.
“Dara, kemari!” titah Bunda.
“Emang ribet dan suka cari perhatian. Dipikir opa Jaya nggak sibuk, sampai harus nungguin lo,” ujar Citra sinis.
“Sudah, jangan ribut.” Kemala menengahi agar Dara tidak menjawab ucapan Citra.
Didampingi oleh Surya, Dara diajak menemui Jaya. tiba
“Ah, jadi aku punya cucu perempuan,” ujar Jaya.
“Salam kenal Opa, aku Dara,” sapa Dara sambil tersenyum lalu meraih tangan Jaya dan menciumnya.
Hal yang dilakukan Dara sontak membuat Jaya terkejut, bahkan anak dan cucu kandungnya tidak melakukan hal itu. Pria yang sudah berumur itu terkekeh lalu mengusap kepala Dara.
“Sepertinya hari ini adalah hari bersejarah, putraku menikah lagi lalu aku dapat cucu perempuan yang cantik,” ungkap Jaya. “Dan putraku yang lain akhirnya mau serius meneruskan bisnis keluarga.”
Beberapa orang kerabat yang menyaksikan ikut tertawa bersama Jaya, Dara hanya tersenyum meski tidak paham. Surya ikut bahagia, berbeda dengan Harsa yang merasa posisinya di perusahaan terancam karena ia hanya cucu keluarga Mahendra.
“Hei, bocah. Kemari kamu,” cetus Jaya menatap ke arah lain.
Dara sempat menoleh ke arah yang ditatap Jaya, tidak tahu siapa yang dipanggil oleh Jaya.
“Dara kamu belum kenal dengan putra bungsu opa. Ini dia, bocah nakal,” ujar Jaya ketika seorang pria mendekat.
Dara yang mengenal pria itu langsung melangkah mundur karena terkejut, apalagi saat pria itu menoleh dan menatapnya.
“Namanya Pandu Aji Mahendra, dia putra bungsuku. Si bocah nakal,” ujar Jaya lagi lalu terkekeh. Dara menutup mulutnya agar tidak berteriak.
Ya, Tuhan. Duniamu memang seluas daun kelor.
makasih ceritanya yg luar biasa, kakak author.. semangat terus dlm berkarya! 🫶🏻💝
anjaaaayyy...makin makin nih si pandu wkwk