Apa jadinya seorang desainer bernama Elania, dan pria barista yang bernama Shin tersebut, sama - sama memiliki rahasia besar didalam hidup mereka.
Dipersatukan oleh Shin yang ternyata mencintai Elania secara diam - diam, lalu bagaimana perjalanan kisah ujian cinta mereka, dan kehidupan rahasia keduanya.
Akankah berjalan sesuai kehidupan cinta pada umumnya ataukah sebaliknya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Piitaloka_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
03
Keempat orang didalam ruang tersebut tengah memanas, tapi dengan cepat Hinawa menutup tirai kaca ruangan. Dimana nampak jelas sekali bahwa Elania menatap tajam kearah Yuki yang tengah ketakutan, serta keterkejutan nya disaat dia melihat sendiri kalau banyak sekali bukti yang menunjuk kearahnya.
"Dirimu atau saya yang menjelaskan apa semua ini" sambil menujuk beberapa kertas ditangannya itu
"Katakan saja, untuk apa kau takut Yuki... bukan kah kau sendiri tidak terlihat takut pada nona Angel mu itu, jadi untuk apa kau takut sekarang pada Elania. Apalagi ketua mu ini orang nya jelas - jelas baik, sampai rela membantu dirimu dan anak lain dikalah kalian kesulitan, tapi apa balasan dengan begini cih.. Kalau aku jadi kau tidak akan sudi aku berada dihadapan ketua maupun teman - teman mu" sindir Hinawa yang sudah begitu kesal, sambil menatap tajam kearah Yuki dengan posisi dirinya duduk atas meja.
"Maaf kak hiks..." menangis "Maaf kak, aku melakukan ini juga dikarena kan atas keterpaksaan kak Angel kepadaku hiks.... Kalau semisal aku tidak menuruti nya maka nyawa ibu ku akan dipertaruhkan dirumah sakit sekarang" ucap nya sebari sesenggukkan "Dan yah ini aku punya bukti chat ku bersama dengan kak Angel dimana dia terus mengancam nyawa ibuku"
Disitu memang dia tengah menunjukkan beberapa chat yang awal perjanjian sampai ancaman, yang membuat Elania dan Hinawa kesal karena dia melihat sendiri.
"Baik, Shiori kau tau kan apa yang harus kau kerjakan" menyerahkan ponsel milik Yuki "Mulai hari ini ponsel mu akan sementara dibawa Yuki, dan nanti dia akan memberikan nya sendiri. Tapi aku minta matikan data serta pendeteksi nya agar orang itu tidak mencurigai nya. Sedangkan kau akan aku buat nyawa keluargamu dalam zona aman, tapi ada beberapa syarat yang harus kau turut. Sebelum aku menyerahkan dirimu terlebih dulu kepihak berwajib, apa kau mau seperti itu Yu.ki?" sambil melipatkan tangannya
"I - iya kak, apa yang harus aku lakukan untuk menembus kesalahanku"
"Yah menyerahkan diri ke penjara apa lagi" saut Hinawa dengan santainya
"Hi... Bisa diam nggak!"
"Lah memang aku salah menggatakan itu"
"Nggak begitu juga, sudah lah sekarang kau keluar sana awasi pekerjaan anak - anak lain, biar dia menjadi urusan ku dan Shiori disini"
"Kagak bisa enak aja, yang ada aku keluar kau semakin dikurang ajarin sama ini anak, dan pasti nya kau akan luluh, sambil menerima apa yang sudah dia lakukan selama ini pada kita!"
"Tidak akan, kau tenang saja ini akan menjadi urusan ku dengan dia, kau hanya perlu mengawasi yang diluar, nanti nya mereka akan semakin tidak kondusif kalau semuanya tau ada penghianat diteam nya"
Ucapan Elania membuat Yuki semakin menangis kesesakan, karena perbuatan nya begitu parah.
"Aku tidak yakin El"
"Percaya lah" menatap penuh keyakinan
"Huft... Baiklah, tapi awas saja kau sampai berbaik hati pada ini orang" ucap kekesalan Hinawa
Setelah melihat Hinawa keluar, disitu juga Elania langsung menggeluarkan alat perekam suara.
"Apa kau sudah selesai menyimpan bukti ponsel miliknya" terlihat Shiori tengah mengotak atik beberapa layar di laptop milik nya sendiri "Kalau sudah kau berikan pertanyaan kepadanya sesuai apa yang sudah aku ketik, kau ingin menambahi nya juga silahkan agar semua ungkapan mu ini, semua keluarga mu akan aman bersama diriku"
....
Tak butuh waktu lama, akhirnya pengakuan dari Yuki pun dapat berhasil direkam oleh Shiori, lalu mereka pun akhirnya keluar keduanya pun keluar dari ruangan, namun tak butuh lama Hinawa pun memasuki ke ruang sahabatnya ini, namun dia malah melihat Elania tengah berdiri membelakangi mereka dengan menatap luaran gedung.
"Gimana berhasil?"
"Jangan terlalu bahagia dulu, karena kita masih dalam tahapan proses kemenangan. Maka dari itu cukup diam dan tonton saja apa yang nanti Elania lakukan kepada mereka nantinya"
"Ya... Tak tau saja mereka sudah berurusan dengan siapa dia disini hehehe...." kedua nya pun seketika terkekeh secara bersamaan "Oh ya bagaimana urusanmu dengan nona Miura?"
"Tenang saja kata dia minggu - minggu ini akan datang tapi aku tidak tau kapan nya, mungkin nantinya dia akan menghubungiku. Sudah ah yuk kita keluar"
Disitu Hinawa merangkul pundak Elania, dan mereka saling keluar secara bersamaan.
.....
Waktu tak berasa sudah 5 hari, cuaca hari - hari sebelumnya memang hujan, namun dihari ini suasana di cafe Yoshiro ini tengah ramai, namun tidak bersemangat bagi pegawai pria yang sekarang tengah ditatap oleh para pelanggan nya.
"Murung aja tuh mulut macam bebek kekurangan belaian" sindir Takashi
Disitu Shin hanya dapat menatap tajam kearah bang Takashi karena ia tengah malas untuk diajak bercanda, apalagi beberapa hari ini Elania tidak lagi pernah datang ke cafe.
"Bang..." lirih Shin "Kemana ya pujaan hati gue sekarang, apa dia sakit setelah aku berikan payung sekecil itu padanya bang, atau dia merasa risih setelah aku menujukkan gelagat kalau aku menyukainya argh... Tidak mau aku bang"
Takashi disitu hanya tidak dapat fikir jelas, setelah mendengarnya, apalagi dia merasa lelah ketika harus berhadapan dengan jalan otak manusia yang sudah jatuh hati seperti Shin ini, karena pembahasan nya setiap harinya, adalah ungkapan dari kegalauan yang tak dapat melihat wajah orang yang ia kagumi.
"Gue kagak tau, karena gue bukan saudara atau bapak nya okay, jadi bisa kebesar mungkinan kalau bukan ada urusan, atau Atau tuh orang sekarang sudah punya seorang kekasih" goda Takashi
"BANG!! jangan gitu ah. Tidak mungkin lah kak cantik punya kekasih secara dulu tuh dia begitu sangat anti sekali berhubungan dengan lelaki"
"Berarti dia seorang lesbian dong"
"Yak mulutmu bang! Mana ada kakak cantikku macam begitu bang, dia tuh masih normal yah!"
"Ya kali aja, kan kau tidak tau bagaimana dia dibelakang itukan, jadi bisa kebesar kemungkinan dari apa yang aku sebutkan tadi" sebari menyeduh kopi dengan santai
"Nggak mungkinlah bang, secara aku tuh tau kakak cantik itu emang tidak berniat menjalin dengan cowok karena dia tidak suka sekali yang namanya drama, apalagi dia tuh orang nya sangat penuh ambisi akan karir yang ingin dia gapai. Apalagi kalau masalah percintaan dia tuh ingin menjalin secara hubungan dewasa, nan serius"
"Ohh... Berarti besar kemungkinan juga, dia sekarang sudah punya calon suami yang berfikir dewasa. Apalagi katamu dia anti sekali dengan pria penuh banyak drama, jadi beberapa persen tuh ucapan ku ada benar nya kan, dan lagi dia tidak akan mungkin bisa bersama mu secara kau kan usia nya masih dibawah umurnya. Jadi mana mau dia mengasuh suami nya modelan speak bocah macam kau"
"Hei mana ada kayak gitu konsepnya bang"
"Ada menurut penglihatanku, apalagi tuh kakak cantik mu tuh bukan tipikal, idaman cowok nya yang seumur jagung macam kau, tapi dia pasti memilih lelaki yang dewasa, memiliki uang sendiri didalam pencarian nya" goda Takashi yang suka membuat Shin kesal
"Lah aku kan sudah bekerja sendiri bang sekarang"
"Tapi emang nya dari uang gaji mu mampu membiayai kehidupan wanita seperti yang sekarang butuh modal untuk mempercantik diri, dan itu tidak murah ya"
"Bang disini udah terbukti sudah loh kalau kenapa abang tidak bisa dapat jodoh, karena abang sendiri terlalu pelit sekaligus perhitungan jadi wajar saja mana ada cewek yang suka mendekati mu bang" balas Shin untuk menggoda Takashi
"Kurang ajar kau!" sendok disebelah nya seketika dilemparkan kearah Shin dengan penuh kekesalan "Hei! Gue bukan perhitungan atau pelit, tapi melihat per ekonomian di masa sekarang, mana ada uang gaji yang selama ini kita cari dapat mencukupi kehidupan nantinya dengan sang pasangan kita"
"Bisa asal abang tidak selamanya akan bekerja disatu bidang seperti ini saja, walaupun abang pemilik cafe ini, tapi bisa besar kecilnya apa yang abang ucapkan tidak dapat memenuhinya. Kalau abang mau buka lah usaha lain" ucap bijak Shin
"Dih, boro - boro mikirin buka usaha lain. Lihat transaksi cafe begini saja, mana bisa aku buka lain mending aku fokuskan membuat kopi varian lain"
"Nah tuh tumben pinter"
"Anj** emang lu" dengan cepat Takashi langsung memiting leher Shin yang sudah tertawa
"Haha.... Ampun bang! Hehe... Tuh - tuh ada pembeli"
Takashi yang tangan nya sedikit melonggar karena ia ingin memastikan dari arah pintu cafe, melihat kalau dia ditipu disitu dengan cepat Shin sudah kabur dari jeratan nya.
Bersambung.....