Mengkisahkan seorang wanita yang menikah dengan seorang laki-laki buta karena perjodohan, ia harus menjalani hidup berumah tangga dengan laki-laki buta yang tempramen dan menyebalkan bagi nya.
penilaian laki-laki itu tentang diri nya yang di anggap hanya menginginkan harta nya, membuat ia berkomitmen membuktikan kalau ia gadis baik-baik.
Akan kah ia bisa menaklukan hati laki-laki itu?. Yuk Simak cerita nya. semoga suka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shanti san, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Naira mencoba menghubungi Bagas karena sejak 5 hari kepergian nya, Ia tidak juga menghubungi Naira. membuat Naira merasa khawatir dan juga sedih.
5 hari ini juga, Naira di temani Nana dan Erika, Namun hari ini Kedua sahabat nya harus pulang karena pekerjaan mereka yang tidak bisa di tinggal terlalu lama, Membuat malam ini Naira merasa kesepian berada di rumah sendirian yang hanya di temani pembantu rumah tangga yang tidak bisa di ajak mengobrol santai.
"Aku akan ke rumah Papa mengambil pakaian sisa ku saja." Ucap Naira lalu mengambil tas nya untuk berangkat ke rumah ayah nya.
Saat ia sampai di rumah ayah nya, ia di sambut oleh Vika membuat Naira mencoba menahan hati nya saat ia tahu akan mendengar celotehan tak penting Vika.
"Kak Naira." Ucap Vika sembari melihat ke luar, dan melihat Naira hanya sendirian.
"Kakak sendirian?, Apa Kak Bagas belum kembali?." Tanya Vika.
"Iya." Jawab nya singkat.
"Dimana Papa dan Mama?." Tanya Naira, karena yang ingin ia lihat di rumah ini hanya lah ayah nya.
"Ke acara pernikahan anak teman Papa, Emang nya kakak tidak di beritahu?.".
"UPS, aku lupa, kakak kan sudah ibaratkan Orang luar." Ucap Vika tertawa merasa lucu.
Naira menghela nafas untuk terus sabar, ia mengelengkan kepala nya, karena ia rasa yang di katakan Vika itu terlalu tidak penting.
"Aku hanya datang mengambil pakaian ku." Kata Naira.
"Memang nya kak Bagas gak kasih uang buat kakak untuk belanja?." Tanya Vika.
"Ada."
"Terus?."
"Aku tidak boros seperti mu Vika, lagi pula pakaian ku masih bisa di pakai." Jawab Naira. sebenarnya tidak penting untuk menjawab pertanyaan Vika. yang ia rasa semua yang di katakan nya untuk menyindirnya.
Setelah mengambil pakaian nya, Naira pun segera keluar dari rumah itu, sungguh malas saat bertemu dengan adik tirinya itu.
•••
Malam saat Naira berada di dalam kamar, Ia mencoba menelepon Bagas, dan kembali, ia tak mendapatkan jawaban nya. entah kemana pria itu berada.
"Apa dia tidak memikirkan ku, tidak mengkhawatirkan ku seperti aku mengkhawatirkan nya, Aku bahkan terus memikirkan nya, kenapa dia tidak?, kalau dia memikirkan ku dia pasti menghubungiku." Gumam Naira dengan kesal.
Ia lalu membaringkan tubuh nya terlentang di atas tempat tidur. menatap langit-langit dan membayangkan Bagas yang sudah 5 hari tidak menghubungi nya, Hingga Naira pun tertidur malam itu.
Saat pagi hari ia terbangun saat tirai jendela di buka oleh seseorang, membuat sinar matahari membias memasuki ruangan.
Samar-samar saat ia membuka mata nya, ia melihat Bagas sudah ada di dalam kamar. Ia pun senang, melompat dari tempat tidur dan memeluk suami nya itu dengan erat.
"Mas Bagas kenapa tidak ada kabar?." Tanya Naira.
Bagas tak menjawab nya, Melepaskan tangan Naira yang melingkar di tubuh nya.
"Kau semakin berani menyentuh ku." Ucap Bagas terdengar tegas dan terkesan tidak senang saat Naira melihat ekpresi wajah nya.
Mendapatkan balasan seperti itu, Naira pun agak cemberut. Sikap Bagas masih sama saja dengan nya, sangat dingin, susah untuk bisa bersikap seperti suami yang baik, atau pun bersikap sebagai teman saja sulit.
"Segera lah mandi, Papa dan Mama sudah ada di meja makan untuk sarapan." Kata Bagas.
"Apa?." Pekik Naira terkejut.
"Apa yang di pikirkan Mama dan papa saat melihat aku bangun begitu siang." Ucap Naira.
Lekas ia berlari ke kamar mandi. Bagas dengan tersenyum kecil lalu berjalan keluar dari kamar.
bukan pak Cipto