NovelToon NovelToon
Suami Penyembuh Luka

Suami Penyembuh Luka

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:3.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yunis WM

Kecewa, mungkin itulah yang saat ini di rasakan Donny Adriano Oliver. Bagaimana tidak harapan untuk segera membangun rumah tangga dengan kekasih yang sudah di cintainya selama enam tahun pupus sudah. Bukan karena penghianatan atau hilangnya cinta, tapi karena kekasihnya masih ingin melanjutkan mimpinya.

Mia Anggriani Bachtiar, dia calon istri yang di pilihkan papanya untuknya. Seorang gadis dengan luka masa lalu.

Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka. Akankah Donny yang masih memberi kesempatan kepada kekasihnya bisa jatuh cinta pada istrinya yang awalnya dia perlakukan seperti adik perempuan yang dia sayangi. atau Mia yang sudah lama menutup hati bisa luluh dan jatuh pada perhatian dan kasih sayang yang Donny berikan padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Epis 20 Teriris pisau (revisi)

Makan malam yang menyesakkan untuk Mia akhirnya selesai. Donny yang melihat istrinya itu tidak nyaman meminta ijin kepada orang tuanya untuk masuk ke kamar, padahal saat ini mereka sedang berbincang-bincang santai di ruang tengah.

“Ya sudah, kami juga sudah mau istirahat”, Johan yang juga melihat ketidak nyamanan menantunya memberi ijin mereka kembali ke kamar walaupun sebenarnya dia masih ingin mengobrol banyak dengan anak dan menantunya.

Johan berdecak dan melirik kesal ke arah istrinya yang membuat menantunya merasa tidak nyaman. Yang di lirikmalah membuang muka tak kalah kesalnya lalu meningalkan suaminya itu sendiri di ruang tengah.

Laura sebenarnya tak ingin ikut ke Indonesia karena masih belum bisa menerima Mia sebagai menantunya. Dan malam ini setelah mengamati dengan lebih jelas, tak ada yang istimewa padanya selain cantiknya yang natural. Dia yakin pernikahan putranya itu tidak akan berlangsung lama. Laura pun menyusul suaminya ke kamar.

Mia dan Donny pulang lebih awal dari biasanya karena Johan ingin makan malam bersama selama dia ada di rumah. Tidak ada yang boleh lembur. Hari ini mereka pulang bersama, Donny memaksa menjeputnya tadi agar papanya bisa melihat kalau mereka baik-baik saja menjalani pernikahannya.

Walaupun tidak ada yang dia tahu tentang masak memasak, Mia bersih keras membantu menyiapkan makan malam. Dan di sinilah dia, membuat semua orang yang ada di dapur panik dan kerepotan.

“Tuan besar dan Tuan muda akan marah kalau tahu anda di dapur Nyonya”, ujar Bu Mira. Mia berdecak “Mas Donny lagi di ruang kerja sama Om Johan”.

“Jadi apa yang bisa saya bantu”.  Mia tetap kekeh ingin membantu. “Kupas kentang aja”, Mia dengan semangat mengambil pisau dan memulai mengupas kentang. Semua orang menjadi canggung termasuk Pak Adam selaku koki keluarga ini hanya bisa geleng-geleng kepala.

Sambil mengupas kentang, matanya menjelajahi setiap sudut dapur ini. Ini pertama kalinya dia masuk ke ruangan yang selalu tertutup ini. Ada dua kulkas yang besarnya seperti lemarinya di kontrakan. Kompor elektrik, peralatan masak yang serbah mengkilat. Tepatnya seperti dapur yang ada di hotel tapi dalam versi yang lebih kecil.

“Aww…”, semua orang sontak berbalik ke arah suara. Dan semua orang jadi panik ketika darah segar mengalir dari ujung jari sang Nyonya muda.

“Sudah saya bilang anda tidak usah membantu Nyonya”. Bu Mira yang kesal mengambil kentang dan pisau dari tangan Mia, seorang pelayan  kemuadia datang dengan kotak p3k di tangannya. Mia mengernyitkan dahinya meras semua orang terlalu berlebihan.

“Biar saya aja”, Mia merampas plester obat yang di pegang Bu Mira yang bermaksud hendak memakaikannya lalu meningalkan dapur itu dengan perasaan jengkel.

“Hanya teriris pisau tapi reaksi mereka kayak aku mau bunuh diri saja”, Mia bergumam sambil melihat jarinya yang masih berdarah.

Kali ini Mia bisa lebih rileks dari kemarin setelah berbincang bincang dengan Karina tadi. Karina memberinya satu set perhiasan mewah sebagai hadiah pernikahan yang dulu tidak sempat dia berikan, dan juga dan juga tas branded sebagai oleh-oleh dari Spanyol.

Salah satu pelayan menarik kursi di samping Donny untuk Mia. “Terima kasih”, Mia tersenyum pada pelayan itu. Matanya berbinar ketika para pelayan mulai menyajikan makan malam. Steak. Mia sangat suka steak. Aroma saosnya benar-benar menggoda. Mia tersenyum senang. Reaksinya tidak luput dari perhatia Johan, mertuanya itu juga ikut senang melihatnya. Namun matanya tiba-tiba tertuju pada jari telunjuk menantunya itu yang terbalut plester obat.

“jari kamu kenapa sayang”, tanya Johan lembut. Semua orang yang ada di meja makan itu sontak melihat ke arah jarinya.

“Oh ini”, katanya sambil memamerkan jarinya itu. “tadi tidak sengaja ke iris pisau”, lanjutnya dengan senyum lebar. Bu Mira yang ada di belakang Johan menarik nafasnya lalu menunduk.

“Kenapa sampai teriris pisau”, tanya Donny tapi matanya menatap Bu Mira.

“Ta….” Belum sempat Mia menjawab Bu Mira sudah memotong ucapannya. “Tadi Nyonya muda membantu di dapur Tuan”, Bu Mira menjawab sambil menunduk. Dia sempat melihat ekpresi wajah Donny yang berubah saat tahu istrinya terluka.

“Apa Bu Mira kekurangan orang di dapur”, tanya Donny sarkas.

“Tidak Tuan, pelayan yang ada sekarang sudah cukup”.

“Lalu kenapa istri saya harus ikut membantu di dapur”. Suasana makan malam yang awalnya tenang menjadi sedikit tegang. Johan tidak pernah melihat Donny berbicara sarkas, tanpa ada yang menyadari seutas senyuman terbit di bibirnya melihat Donny yang marah hanya karena istrinya terluka, padahal itu hanya luka kecil. Itu menandakan Donny sudah mulai memberi perhatian pada istrinya.

“Maafkan saya Tuan”.  

Mia jadi tidak enak hati melihat Bu Mira, sekarang dia baru mengerti kenapa tadi Bu Mira mati-matian melarangnya  saat dirinya bersikeras untuk membantu menyiapkan makan malam. Apalagi saat jarinya teriris pisau, semua orang menjadi panik.

“Cuma di iris pisau kok, nggak sakit sama sekali”. Mia sekali lagi memamerkan jarinya yang berbalut plester obat itu dengan senyum yang lebih lebar. Donny hanya membuang nafas pelan melihatnya.

“Sudah-sudah, makanannya sudah hampir dingin. Ayo makan”. Semuanya pun mulai mengiris daging yang sudah tersedia di piring masing-masing setelah sang Tuan besar mempersilahkan semuanya makan.

“Perempuan memang harus bisa masak Don, tidak apa-apa sekali-kali istri kamu masuk ke dapur”. Laura yang sedari tadi diam mulai membuka suara. “Waktu ayahnya masih hidup, dia kan juga pasti masak untuk ayahnya. Benarkan?”. Laura melirik Mia sesaat.

Mia menggeleng. “Ada maa….”. Ucapannya terhenti, raut wajahnya berubah sendu. Dia hampir saja menyebut sebuah nama yang sudah sejak lama tidak ingin dia sebut.  Mia meletakkan garpu dan pisau dengan pelan sampai tidak menimbulkan bunyi. Selera makannya yang tadi menggebu, tiba-tiba hilang seketika.

Semuoa orang melihat ke arahnya saat dia tidak melanjutkan ucapannya. Wajahnya piasnya membuat semua orang terkecuali Laura menjadi khawatir.

“A…aku, aku naik duluan, tiba-tiba kepalaku jadi pusing”. Mia tidak bisa lagi melanjutkan makannya, dia bahkan belum merasakan seiris pun daging yang tadi sangat menggodanya.   

“Saya panggilkan dokter?”. Donny mengambil ponsel dari saku celananya hendak menghubungi dokter, namun Mia menhentikannya. “Aku hanya butuh istirahat sebentar”, kilahnya. “Permisi”.

Donny memandang punggung istrinya sampai tidak lagi terlihat olehnya.

“Apa ada yang salah dengan ucapan mama”? tanya Laura tanpa rasa bersalah.

“Mungkin Mia sensitife kalau membicarakan tentang ayahnya”, tebak Karina. Johan dan Donny hanya diam, tapi pikiran mereka tertuju pada Mia. Setelah menghabiskan makanannya, Donny langsung pamit kembali ke kamar. Dia sudah tidak sabar untuk melihat keadaan istrinya.

Donny membuka pintu kamar dengan pelan, dia tidak melihat istrinya di tempat tidur. Dia melangkah lebih dalam lagi dan menemukan istrinya di balkon sedang duduk memeluk kedua lututnya di atas kursi. Donny menghampirinya, laki-laki itu memakaikan selimut yang tadi dia ambil dari tempat tidur. Mia mendongak lalu tersenyum pada suaminya. Senyum yang terkesan di paksakan

“Sudah tidak pusing lagi?”, tanya Donny. Mia mengangguk pelan.

“Ada yang mau kamu bilang”, tanya Donny lagi dengan lembut. “Bukankah kita sudah menjadi saudara”. Mia menatapnya. “Aku kangen ayah”.

“Aku mau ke Bandung akhir pekan”, ucapnya. Donny berfikir sejenak lalu mengambil ponsel dari saku celananya dan menghubungi seseorang. Mia hanya mengernyitkan alisnya tidak mengerti.

“Apa saya ada jadwal penting akhir pekan?” tanya Donny ketika paggilangnya terhubung. Dia menggaukkan kepalanya mendengar jawaban dari seberang. “Saya menegrti”. Donny lalu memustukan sambungan teleponnya dan meletekkan ponselnya di atas meja.

“Saya akan temani kamu ke bandung”. Mia membulatkan matanya. “Tidak perlu, Mas.” Tolaknya mengibas-ngibaska kedua tangannya. “Aku bisa naik bus”.

“ Saya tidak akan membiarkan kamu pergi sendirian”, sergah Donny. “Lagi pula, saya juga belum pernah berkunjung ke makam Ayah kamu sejak kita menikah”. Mia tidak bisa bicara lagi. Dia tahu Donny susah di bantah kalau sudah mengambil keputusan.

“Kamu belum makan apa-apa tadi”. Donny mengusap lembut surai coklat Mia, wanita itu menatapnya dengan menunjukkan wajah memelas. Donny mencubit pipinya karena merasa gemas.

“Saya akan meminta Bu Mira membawa makan malam kamu ke kamar”. Donny berdiri, tapi dia kemudian berbalik ketika Mia menarik ujung bajunya. Donny lalu duduk kembali,bertanya dengan mengangkat kedua alisnya.

“Nanti mama kamu marah kalau aku makan di kamar”. Donny terkekeh pelan membuat Mia mengerutcutkan sedikit bibirnya.

“Mama saya kan mama kamu juga”, ucap Donny.

“Tapi kan Tante Laura nggak suka sama aku”. Donny mengelus lembut rambut  wanita yang sudah dia anggap seperti adiknya itu. “Mama orang yang paling baik, dia cuma belum kenal kamu aja”. Senyum Donny semakin melebar melihat Mia yagn masih saja memasang wajah masamnya. Dia lalu berdiri meninggalkan Mia untuk meminta pelayan membawa makanan untuknya.

Baru saja Donny membuka pintu kamarnya hendak mencari Bu Mira, wanita paruh baya itu sudah berada di depan kamar Donny dengan dua orang pelayan di belakangnya.

Donny menaikkan kedula alisnya. “Tuan besar meminta saya membawa makan malam untuk Nyonya, Tuan”. Donny lalu membuka lebar pintu memberi jalan Bu mira dan dua opelayan lainnya masuk. 

1
Sumini Ningsih
oooh begitu ceritanya makasih thor udah memberi pejelasan /Rose//Heart/
Sumini Ningsih
yang sabar mia
Sumini Ningsih
ahir ahir ini sebenarnya selalu merindukan mia
Sumini Ningsih
natasya di manfaatin kakanya,natasya yg kerja kakanya yg memake uangnya
Sumini Ningsih
lama lama rasa cinta itu akan pudar
Sumini Ningsih
setiap orang yg pernah dekat denga mia pasti pesannya sama,apa yg sebenarnya telah terjadi pd mia
Sumini Ningsih
akuin aja donny klo kamu mulau nyaman hidup sama mia
Sumini Ningsih
mia dulunya sekampus sama clara,tp clara selalu iri sama mia
Sumini Ningsih
cerita dong thor tentang masalalunya fiona sama mia sebenarnya ada apa teka teki ini bikin penasaran
Sumini Ningsih
siapa si wanita itu,matre bener
Sumini Ningsih
lanjut
Sumini Ningsih
semoga selalu bahagia mia dan donny
Sumini Ningsih
sebensrnya trgedi yg di alami mia safiona apa sih
Sumini Ningsih
cie..cie..mulai ada yg aneh dengan dony
Sumini Ningsih
nangan kenyamana,nanti sakit hati lagi
Sumini Ningsih
aku mah sebel masa sama istri malah nawari jadi kakak beradik,klo akumah mendingan udahan aja,tar klo bapaknya dony marah bilang aja terus terang ama pernikahan merrka
Sumini Ningsih
cepet sembuh mia,kalau suami mu bawa cewe lagi kamu cuekin aja
Sumini Ningsih
aku bacanya sambil menguras air mata
Sumini Ningsih
mendingan ga usah di lanjutin maendingan cerai aja dari pada mia tambah sakit hati
Sumini Ningsih
lajut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!