Genre: Urban Fantasy dengan elemen Aksi dan Misteri
Garis Besar Cerita:
"Power" adalah sebuah novel web yang mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Arya Pratama yang hidup di Jakarta tahun 2030. Dia menemukan bahwa dirinya memiliki kemampuan supernatural untuk mengendalikan listrik. Namun, kekuatan ini membawanya ke dalam konflik berbahaya antara kelompok-kelompok rahasia yang memperebutkan kendali atas kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Rifa'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Rahasia Gunung Semeru"
Fajar menyingsing di ufuk timur ketika tim Penjaga Harmoni tiba di kaki Gunung Semeru. Puncak gunung yang menjulang tinggi terlihat diselimuti kabut tipis, seolah menyembunyikan rahasia-rahasia kuno yang tersimpan di dalamnya.
Arya memimpin kelompok, dengan Sang Pengacau yang masih terikat energi berjalan di belakangnya. Citra, Bima, dan Dewa mengapit di sisi-sisi, waspada terhadap segala kemungkinan bahaya.
"Perpustakaan kuno seharusnya berada di pertengahan gunung," ujar Dewa, matanya menyapu lereng gunung yang curam. "Tapi aku tidak melihat tanda-tanda bangunan apa pun."
Bima mengerutkan kening. "Mungkin tersembunyi oleh ilusi atau sihir?"
Saat mereka mulai mendaki, fenomena aneh kembali terjadi. Bebatuan di sekitar mereka sesekali berubah warna, dari abu-abu menjadi merah menyala, lalu kembali normal. Udara terasa bergetar, seolah-olah realitas itu sendiri sedang goyah.
"Dimensi-dimensi semakin tidak stabil," gumam Arya. "Kita harus bergegas."
Tiba-tiba, Sang Pengacau tertawa pelan. "Kalian masih belum mengerti, bukan? Setiap langkah kalian hanya memperburuk keadaan."
Citra menatapnya tajam. "Apa maksudmu?"
"Energi Avatar," jawab Sang Pengacau, matanya menatap Arya. "Setiap kali dia menggunakan kekuatannya, celah antar dimensi semakin melebar. Ironis, bukan? Sang penyelamat justru mempercepat kehancuran."
Arya terhenti, kata-kata Sang Pengacau menghantam keras. "Jika itu benar, bagaimana aku bisa menghentikan semua ini?"
Sebelum ada yang bisa menjawab, tanah di bawah kaki mereka mulai bergetar. Retakan-retakan muncul, dan dari dalamnya, cahaya berwarna-warni memancar.
"Mundur!" teriak Bima, menarik Citra menjauh dari retakan.
Namun, bukannya runtuh, tanah di hadapan mereka justru terbelah, membentuk sebuah tangga yang menuju ke bawah. Cahaya yang memancar dari dalam memberikan pemandangan surreal pada lorong bawah tanah yang terbentuk.
"Apakah... ini jalan menuju perpustakaan?" tanya Dewa, matanya melebar takjub.
Arya melangkah maju, merasakan energi kuno yang mengalir dari dalam lorong. "Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya."
Dengan hati-hati, mereka mulai menuruni tangga. Dinding-dinding lorong dihiasi ukiran-ukiran kuno yang menceritakan kisah-kisah dimensi dan kekuatan elemental. Semakin dalam mereka masuk, semakin kuat sensasi bahwa mereka telah melangkah ke dunia yang berbeda.
Akhirnya, mereka tiba di sebuah ruangan luas. Rak-rak tinggi penuh dengan gulungan dan buku-buku kuno memenuhi ruangan. Di tengah ruangan, sebuah meja batu dengan empat simbol elemental terukir di permukaannya berdiri megah.
"Ini dia," bisik Dewa, "Perpustakaan Kuno Semeru."
Saat mereka melangkah masuk, pintu di belakang mereka tertutup dengan suara dentuman keras. Arya berbalik, mencoba membukanya kembali, tapi sia-sia.
"Sepertinya kita terjebak di sini," ujar Citra, nada khawatir dalam suaranya.
Sang Pengacau, yang sejak tadi diam, tiba-tiba berbicara. "Bukan terjebak. Kalian telah dipilih."
"Dipilih? Oleh siapa?" tanya Bima.
Sebelum Sang Pengacau bisa menjawab, simbol-simbol di meja batu mulai bercahaya. Energi memancar dari meja, membentuk hologram empat sosok misterius.
"Oleh kami," suara bergema memenuhi ruangan. "Para Penjaga Empat Dimensi Elemental."
Arya dan timnya terpaku, menyadari bahwa mereka kini berhadapan dengan kekuatan yang jauh melampaui pemahaman mereka. Petualangan mereka baru saja mencapai titik balik yang tak terduga, dan jawaban atas misteri multiverse mungkin akhirnya akan terungkap.
sampai kapankah ini berakhir ujar Arya di dalam hatinya. Kalau ini masih menjadi titik awal yang baru buat kami. Maka kami tidak akan menyerah begitu saja, demi keselamatan umat manusia.