" Om om, mau jadi ayah Aga ndak. Aga ndak punya ayah. Ibu Aga tantik lho Om."
" Hahaha, anak ini lucu bener."
Seorang bocah kecil tiba-tiba bicara seperti itu kepada pria asing. Wajah polosnya tersebut tidak bisa membuat si pria marah meskipun dia dipinang dadakan oleh bocah itu.
Tapi siapa sangka anak kecil itu datang bersama dengan seseorang yang ia kenal.
" Kamu, ini anakmu?"
" Maaf, kami permisi."
Wanita itu langsung pergi membuat si pria penasaran.
Siapa sebenarnya mereka dan apa yang terjadi? Dan mengapa Aga mengatakan bahwa tidak punya ayah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JAYO 21: Om nya Selem
Suasana ruang tamu kediaman Ryder seketika berubah menjadi sebuah kutub utara. Ya, rasanya amat sangat dingin. Ryder tentu tidak tahu apa yang terjadi, terlebih wanita yang datang bersama Kaivan rupanya pernah bekerja di perusahaannya. Sepertinya Ryder waktu itu belum ada di sana sehingga dia tidak tahu akan hal itu.
" Apakah Pak Davka dan Kak Dara saling mengenal?"
Diam, Davka terlihat kebingungan. Sedangkan Erika, wajah wanita itu terlihat seperti tidak suka dengan kedatangan Dara. Terlebih ada Aga yang sekarang di pangku oleh Kaivan. Atmosfernya sungguh sangat tidak mengenakkan.
" Sialan, dari tadi perasaanku nggak enak ternyata ini toh yang akan terjadi. Huh, kok ya bisa-bisanya kita ketemu di sini?" Erika bermonolog dalam hati, ia sungguh merasa kesal. Orang yang sangat tidak ingin dia temui malah justru datang dengan sendirinya. Sekuat apapun dia menghindar sepetinya tetap akan bertemu juga.
Namun yang membuat Erika semakin kesal adalah ekspresi dari Davka. Calon suaminya itu tampaknya malah senang ketika melihat sang mantan istri. Dan ekspresi ketidaksukaan jelas Davka perlihatkan kepada Kaivan.
" Dia temannya Tuan Ryder, dan katanya mereka sahabatan dari orang tua mereka. Jadi apa pria ini adalah orang yang punya pengaruh juga. Nggak mungkin kan circle Tuan Ryder itu ecek-ecekan?" Kini giliran Davka yang berbicara selama hati. Ia sungguh tidak suka melihat Kaivan yang begitu dekat dengan Dara. Apalagi saat ini Kaivan terlihat menggenggam erat tangan Dara, dimana Dara juga sepetinya menyambut itu.
" Ya, baiklah. Aku nggak tahu ini sebenarnya ada apa. Tapi Pak Davka, Bang Kaivan ini adalah teman ku yang ku ceritakan tadi. Beliau adalah Direktur Utama dari A-DIS malang. Dimana A-DIS adalah perusahaan yang berpusat di Jakarta yang didirikan oleh ayah beliau. Baru 3 tahun ya Bang yang di Malang."
" Aish, kamu ngapain sih pake buka-buka kartu. Aku lho kesini mau silaturahmi bukan mau bisnis. Ryder, aku harus bawa anak aku istirahat nih. Kamu lanjutin aja ngobrol sama tamu."
" Astaga, lupa aku Bang. Iya gih, kamar mana aja pakai. Itu ada Tomi, Tom layani Abang dengan baik."
Tomi, asisten sekaligus pengurus rumah yang ditempati Ryder membungkuk hormat lalu mempersilakan Kaivan dan Dara untuk beranjak dari ruang tamu. Pria berusia 30 an itu mengantarkan Kaivan menuju kamar untuk beristirahat. Entahlah, sedari tadi Aga hanya menempel pada Kaivan. Saat Davka menatap Aga, bocah kecil itu langung membalikkan tubuhnya dan memeluk Kaivan dengan erat.
" Maaf Dara, aku nggak tahu kalau pria itu di sini." Kaivan berbisik, ia sungguh sangat menyesal. Sungguh tidak ada niatnya untuk membuat Dara dan Davka bertemu, semua ini hanyalah sebuah kebetulan semata.
" Nggak Van, bukan salah mu. Mungkin ini takdir dari Allah." Ya seperti itulah, mau sekeras apa Dara menghindar mereka tetap akan bertemu jika sudah ditakdirkan. Cepat atau lambat pasti akan terjadi karena tempat tinggal mereka yang tidak jauh. Dan Davka lambat laun juga akan tahu kalau Aga adalah putranya, itu tidak bisa dipungkiri.
" Aga sayang, kenapa hmm. Apa Aga ada yang sakit, apa ngantuk?" tanya Kaivan kepada bocah kecil itu. Sudah berada di kamar tapi Aga masih melekat pada Kaivan dan malah semakin erat.
" Kenapa sayang, coba ngomong." Kini giliran Dara yang bicara sambil mengusap punggung putranya dengan lembut.
" Aga tatut, Aga tatut Om yang tadi. Mutanya selem, Aga nda mau lihat Om yang tadi. Muta tantenya juga selem, taya nda suta lihat Aga."
Shaaaah
Kaivan dan Dara saling pandang, mereka tentu terkejut dengan apa yang baru saja terucap dari bibir seorang anak kecil. Terlebih Dara, belum pernah Dara melihat Aga merespon begitu terhadap orang lain. Meskipun terhadap orang asing dan yang tidak disukai, Aga tidak pernah sampai berkata seperti itu.
" Ya udah nda apa, orang-orang itu nggak jahat kok. Aga nggak perlu takut, tapi kalau Aga nggak mau lihat sekarang juga nggak apa-apa. Nah, sekarang Aga main sama Ibu ya, Om ke luar dulu buat ambil minum. Aga pasti haus kan?"
Aga mengangguk dan Dara mengambil Aga dari pelukan Kaivan. Terlihat raut wajah Aga yang benar-benar merasa terintimidasi dengan pertemuan tadi. Sejenak Kaivan merasa bersalah karena tidak melihat secara seksama tatapan wanita yang datang bersama Davka terhadap Aga.
Jika benar apa yang dikatakan oleh Ryder, berarti wanita itu adalah calon istri Davka. Dan mungkin dia tahu kalau Aga adalah anak dari Davka dan Dara. Ini harus Kaivan selidiki.
Dan, ucapannya untuk ambil minum tadi kepada Aga hanyalah sebuah alasan yang dipakai untuk Kaivan agar bisa kembali ke luar.
" Sudah pulang kah mereka?"
" Iya Bang, sebenarnya ada apa? Kenapa ekspresi Kak Dara begitu, dan Aga, anak kecil tadi kayak takut."
Ryder membawa Kaivan menuju ke dapur untuk berbicara lebih nyaman, ia juga memerintahkan Tomi untuk menyiapkan makan siang bagi tamunya. Ia juga meminta Tomi untuk mencari mainan yang disukai oleh anak laki-laki seusia Aga.
" Pia tadi mantan suami Dara, dan sebenarnya aku kesini mau tanya tentang itu, tapi melihat reaksimu, kayaknya kamu belum di BHP saat mereka bersama. Dari cerita Dara, mereka berpisah bahkan saat Aga masih belum usia setahun, dan pria tadi nggak tahu bahwa Aga adalah anaknya."
" Apa?"
Ryder terkejut, sangat terkejut malah mendengar fakta itu. Bagaimana bisa seorang Ayah tidak mengenali darah dagingnya sendiri. Sebuah prediksi langung Ryder lakukan, bahwa selama ini Davka sama sekali tidak bertanggungjawab atas kehidupan putranya. Meskipun bercerai, anak akan memiliki hak nafkah dari ayahnya dan itu pasti tidak dilakukan oleh Davka.
" Yup, isi kepalanya benar Ry."
" Waah brengsek bener itu laki. Buseet deh. Padahal image nya dia tuh bagus banget lho, karyawan teladan, sopan, loyal, dan baik. Tapi ternyata, gilaa juga tuh laki."
Wajah Ryder mengeras, ia terlihat marah saat ini. Dan pada akhirnya Ryder mengerti mengapa ekspresi wajah Dara tadi sangat tidak bagus. Ada sorot kemarahan di sana.
" Bang, jangan-jangan Erika itu penyebab perpisahan mereka?"
" Aku juga nggak tahu, makanya aku mau nyari tahu lewat kamu. Kalua benar begitu, aku nggak akan ngebiarin dia deket-deket lagi sama Dara. Kamu bisa lihat kan Ry gimana tatapan tuh laki ke Dara. Pengen aku tonjok tuh muka asli. Lah disampingnya jelas ada calon istrinya, tapi tatapan ke Dara penuh damba begitu."
Ryder setuju Engan ucapan Kaivan. Ia pun juga bisa melihat hal tersebut tadi. Seperti orang yang tidak paham situasi, Davka hanya fokus menatap Dara tanpa merasa bahwa suasana di tempat itu tidak nyaman tadi.
TBC
Guys, retensi ku jelek bener. Hahhaha, aku jadi bingung mau diapain ini karyanya. 😂, semoga masih ada hal baik.
tunggu aja tnggal mainnya... seorang loe bleh aja diatas angin tpi nnti kehancuran siap memelukmu 😏😏