Bagaimana perasaanmu jika teman kecilmu yang dahulunya cupu, kini menjadi pria tampan, terlebih lagi ia adalah seorang CEO di tempatmu bekerja?
Zanya andrea adalah seorang karyawan kontrak, ia terpilih menjadi asisten Marlon, sang CEO, yang belum pernah ia lihat wajahnya.
Betapa terkejutnya Zanya, karena ternyata Marlon adalah Hendika, teman kecilnya semasa SMP. Kenyataan bahwa Marlon tidak mengingatnya, membuat Zanya bertanya-tanya, apa yang terjadi sehingga Hendika berganti nama, dan kehilangan kenangannya semasa SMP.
Bekerja dengan Marlon membuat Zanya bertemu ayah yang telah meninggalkan dirinya sejak kecil.
Di perusahaan itu Zanya juga bertemu dengan Razka, mantan kekasihnya yang ternyata juga bekerja di sana dan merupakan karyawan favorit Marlon.
Pertemuannya dengan Marlon yang cukup intens, membuat benih-benih rasa suka mulai bertebaran dan perlahan berubah jadi cinta.
Mampukah Zanya mengendalikan perasaannya?
Yuk, ikuti kisah selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velvet Alyza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Crush
"Ada lagi yang Anda butuhkan, Pak?" tanya Radit setelah Marlon berganti pakaian.
"Gak ada, silahkan istirahat, Radit. Terimakasih untuk hari ini." Ujar Marlon sambil membuka kulkas dan mengambil air minum, dan meneguknya.
Radit tertegun sejenak. "Untuk makan malam...?"
"Saya akan makan malam dengan seseorang, kamu makan sendiri aja." Jawab Marlon.
"Oh, baiklah, Pak. Saya akan makan dengan Zanya. Kalau begitu, saya permisi, Pak..." Pamit Radit, kemudian ia keluar dari kediaman Marlon.
Marlon membelalakkan matanya, buru-buru ia berlari ke kamar untuk mengambil ponselnya. "Cepat cari alasan! Radit mau makan sama kamu, buat alasan agar dia gak curiga." ketik Marlon, kemudian mengirimkannya ke nomor Zanya.
Di depan pintu kediaman Zanya.
"Za, Ayo makan bareng!" Ajak Radit.
"Sorry, Dit... Gue ada janji makan sama teman SMP gue." Jawab Zanya.
"Loh? Kan elu gak boleh pergi-sendirian sama Pak Marlon?" Tanya Radit.
Zanya menempelkan telunjuknya di bibir. "Ssstt...!Makanya lu jangan bilang-bilang dia, oke?"ujarnya.
"Lagian kan gue gak pergi sendirian, gue pergi sama teman SMP gue." Lanjut Zanya.
"Tapi, Pak Marlon juga mau keluar makan malam sama orang, gak tau siapa. Awas elu kepergok!" ujar Radit.
Zanya nyaris tertawa, ia segera menggigit bibirnya. "Ya udah, gue berangkatnya nunggu dia udah pergi aja." Ujarnya.
"Ya udah, berarti gue makan sendiri. Bye!" Radit berjalan menuju kediamannya.
Marlon memicingkan matanya, agar bisa melihat dengan jelas dari lubang intip. Dilihatnya Radit meninggalkan Zanya, dan berjalan ke arah kediaman Radit sendiri. Marlon segera mengetik pesan.
"Gimana? Aman?" tanya Marlon dalam pesannya.
Tak lama Zanya membalas. "Aman! Tapi nanti Anda pergi duluan, ya. Nanti saya menyusul ke parkiran."
"Oke, kalau aku udah turun, aku ketuk gelang, ya." Balas Marlon.
***
Zanya selesai merias wajahnya, ia memakai make up tipis, agar memberi kesan segar di wajahnya. Malam ini ia mengenakan dress sebetis berlengan pendek warna krem, dengan motif bunga kecil-kecil yang membuatnya tampak feminim dan manis. Gelang di tangannya bergetar, isyarat dari Marlon bahwa pria itu sudah turun. Zanya segera keluar dari kediamannya dan turun ke parkiran.
Marlon duduk di mobilnya, matanya tak lepas dari pintu lift, menunggu Zanya keluar dari sana. Tak lama pintu lift ekslusif itu terbuka, dari Zanya keluar dari sana. Tampilannya malam ini sangat mempesona dengan baju terusan.
"Kenapa dia manis sekali, sampai ingin ku makan" Marlon bicara sendiri.
Zanya menghampiri mobil Marlon setengah berlari. Marlon tersenyum lebar, menatap gemas pada Zanya yang berlari menuju mobilnya.
Setelah sampai di mobil, Zanya langsung membuka pintu depan dan masuk sambil tertawa kecil.
"Ayo! Kita makan sushi!" Ujar Marlon.
Zanya mengangguk dengan mata berbinar-binar. "Setuju!" serunya.
"Nontonnya jadi atau gak?" tanyanya kemudian.
"Jadi laah...! Kita nonton di bioskop mobil lagi?" tanya Marlon.
Zanya menggelengkan kepala. "Gak, kali ini kita nonton di bioskop biasa." Jawab Zanya.
"Oke! Kita berangkat sekarang!" Ujar Marlon sambil menyalakan mobil.
***
"Kaluna itu seperti kamu, ya?" ujar Marlon sambil berjalan ke parkiran.
Mereka baru selesai menonton film 'Home Sweet Loan' yang menceritakan tentang kehidupan seorang gadis bernama Kaluna yang berjuang untuk memiliki rumah sendiri.
"Gak, dia lebih hebat dari saya. Saya hanya memenuhi kebutuhan saya, gak harus menanggung biaya hidup keluarga." Jawab Zanya.
"Tapi kamu kan menanggung hutang keluargamu." ujar Marlon.
Zanya tersenyum pahit. "Iya juga sih..." Ujarnya.
Marlon tersenyum, "Semangat!" ucapnya sambil menepuk bahu Zanya.
Zanya membalas senyum Marlon. "Terimakasih, Pak." Jawabnya.
"Oh iya, mulai bulan depan kamu udah bisa menikmati hasil dari saham kamu di perusahaan ayahmu." Ujar Marlon.
Zanya menghela napas. "Entahlah, Pak. Saya malah bingung uangnya untuk apa." ujarnya tertawa kecil.
"Kamu bisa tabung, terus kamu beli rumah." Marlon memberi saran.
Zanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil bibirnya membentuk huruf O. Marlon gemas dengan anggukan Zanya, tanpa sadar tangannya mengacak rambut Zanya.
Marlon tersadar, apa yang ia lakukan? kenapa tangannya bergerak tanpa menunggu perintah dari otaknya? Ia pun berhenti mengacak rambut Zanya.
"Kamu menggemaskan." Ujarnya.Kemudian ia menelan ludahnya, apa katanya barusan? Mengapa ia mengatakan hal itu? Kenapa semua anggota tubuhnya bergerak sesukanya tanpa menunggu perintah otaknya?
Wajah Zanya memerah, ia tersipu oleh perlakuan Marlon. Pria itu mengacak-acak rambutnya, mungkin bagi Marlon itu adalah hal biasa. Tapi, baginya hal itu mampu membuatnya meleleh, ditambah lagi ucapan Marlon yang mengatakan Zanya menggemaskan, membuat wajah Zanya semakin memerah.
"Ayo, kita pulang! Nanti Radit mencari kita." Ujar Marlon.
"Ayo!" jawab Zanya.
***
Zanya selesai mandi dan memakai piyamanya, ia duduk di depan meja kerja di kamarnya, yang sering ia fungsikan sebagai meja rias. Ia menyapukan kapas yang sudah ia basahi dengan toner ke wajahnya, setelah itu ia memakai serum, dan krim malam.
Setelah memakai rangkaian perawatan wajah, Zanya memakai serum rambutnya, lalu memijat-mijat kepalanya. Zanya menghentikan pijatan di kepalanya, ia teringat perlakuan Marlon yang mengacak-acak rambutnya tadi. Zanya tak bisa menahan senyumannya, lalu ia berjalan ke kasur, dan menghempaskan tubuhnya.
"Apa alasan cowok mengacak-acak rambut cewek?" tanyanya pada diri sendiri.
"Ah! Ayo kita tanya google!" Zanya tiba-tiba mendapat ide. Lalu ia mengetik sesuatu di ponselnya.
"Nah, ini dia! Ayo kita baca!" Zanya bicara sendiri sambil menatap ponselnya, lalu ia menggulirkan layar ponselnya dan mulai membaca.
"Hah? Dia ingin melindungimu." Bacanya.
"Aaaah... So sweet!" Zanya membenamkan wajahnya di bantal, sedangkan kakinya menendang-nendang kasur.
Zanya kembali mengangkat wajahnya, dan menggulirkan layar ponselnya dan lanjut membaca.
"Dia gemas padamu." Bacanya, lalu ia memeluk boneka kucing dari Marlon. "Aaaah.... Padahal dia juga gemesin." ujarnya.
Zanya kembali menatap layar ponselnya. "Dia suka berada di dekatmu." Bacanya. Ia tersenyum lebar, lalu menutup wajahnya dengan boneka kucing, kini kakinya menendang-nendang udara. "Gue juga suka berada di dekat dia...!" ujarnya sambil tertawa.
***
Marlon mengeringkan rambutnya sambil bercermin, bibirnya menyunggingkan senyum lebar. Melihat tangannya yang menggosok-gosok rambutnya memakai handuk, membuatnya teringat saat dirinya mengacak-acak rambut Zanya tadi. Ia menatap tangan kanannya.
"Sejak kapan tangan ini bergerak tanpa menunggu perintah dari otak? Anggota tubu yang terlalu cepat bergerak, atau otak yang terlalu lama berpikir?" tanyanya pada diri sendiri.
Ia kembali menatap cermin, dan teringat Zanya yang berlari-lari kecil mendatanginya di parkiran, sebuah senyuman mengembang di bibirnya. Kemudian ia merubah ekspresi wajahnya menjadi serius.
"Jangan senyum-senyum! Kamu juga, asal bergerak tanpa nunggu perintah otak!" ujarnya sambil menunjuk pantulan wajahnya di cermin, kemudian pergi meninggalkan cermin dan berjalan menuju tempat tidurnya.
2 jam sebelumnya.
Dari dalam mobil, Fenty mengawasi putranya yang sedang mengobrol dengan seorang gadis, tangan putranya terlihat mengelus pucuk kepala gadis itu.
"Marlon... Kenapa kamu terus jatuh cinta pada orang yang sama?" Bisiknya sedih.
Kelamaan Up gua sedot Ubun² lu thor /Facepalm/