NovelToon NovelToon
Soulmate

Soulmate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: sJuliasih

Perjalanan kisah romansa dua remaja, Freya dan Tara yang penuh lika-liku. Tak hanya berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka juga harus menelan kenyataan pahit saat harus berpisah sebelum sempat mengutarakan perasaan satu sama lain. Pun mereka sempat saling melupakan saat di sibukkan dengan ambisi dan cita-cita mereka masing-masing.

Hanya satu yang akhirnya menjadi ujung takdir mereka. Bertemu kembali atau berpisah selamanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sJuliasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Tak pernah Freya bayangkan sebelumnya akan menikmati nasi goreng kesukaannya berdua, bersama dengan lelaki yang juga ia sukai. Pun di awal pertemuan mereka saat dua tahun yang lalu, Freya sama sekali tak pernah menduga jika ia akan sedekat ini dengan Tara. Walau hubungannya dengan lelaki itu masih hanya sebatas teman, tak lebih.

"Frey, lo yakin kaki lo udah nggak sakit?" tanya Tara usai menghabiskan nasi goreng di piringnya.

Freya mengangguk pelan.

"Bisa jalan dong berarti?!"

"Bisa, tapi...."

"Abis sarapan ini kita jalan yuk." lagi, Tara bersikap seolah ia dan Freya memiliki suatu hubungan spesial.

"Nggak ah. Gue capek, pengen istirahat." sahut Freya kembali melanjutkan aktifitas sarapannya yang memang belum selesai.

Tak terima ajakannya di tolak begitu saja, Tara pun mengungkit soal hutang balas budi yang harus di tepati Freya. Dengan santai ia menyilangkan tangan di atas meja makan, lalu menoleh ke arah gadis yang duduk di sebelah. "Lo lupa sama janji lo?"

Mendengar hal itu seketika saja Freya menoleh dan menghujam Tara dengan tatapan tajam. "Janji yang mana? soal yang di pendakian waktu itu? Iya?!"

Tara mengangguk. "Nah itu lo inget."

Freya memalingkan wajah sembari menyeringai. Mengingat perbuatan Tara semalam, ia rasa sudah cukup untuk melunasi hutang budi akan kebaikan Tara kepadanya.

"Tara, apa yang semalem lo lakuin ke gue itu belum cukup?"

Dahi lelaki itu langsung mengerut, seolah tak paham akan ucapan Freya.

"Alasan lo nggak mau gue traktir karna lo pengen nyium gue kan?!" sekak Freya tanpa basa-basi sedikit pun. "Lo itu udah ngambil first kiss gue tau nggak". Gadis itu terlihat sangat kesal, apalagi dengan sikap Tara yang seolah melupakan kejadian di kamarnya semalam.

"Jadi lo menganggap kiss yang cuma 5 detik di tambah 2 detik tadi bisa membayar semua rasa capek gue? Frey, gue gendong lo itu mulai dari jalur pendakian sampe villa. Dan lo bisa bayangin gimana capeknya gue, berapa banyak keringet gue yang harus menetes demi ngebantu lo."

"Nggak ikhlas banget emang ya lo jadi orang!"

"Bukan gitu Frey, gue cuma...."

"Udah lah males gue minta bantuan lo lagi."

Suasana di meja makan hening sejenak. Freya tak lagi mengutarakan kekesalannya. Ia pun menarik nafas panjang untuk menenangkan amarahnya yang sempat bergejolak.

Sementara Tara, membiarkan gadis itu tenang terlebih dahulu. Tara sebenarnya sangat tulus membantu Freya. Apa yang ia lakukan kepada gadis itu semata-mata karna rasa sayangnya. Tara begitu peduli akan rasa sakit yang di alami Freya.

Soal ia mengatakan bahwa semua yang di lakukannya tidak lah gratis, hanya lah sebuah alasan agar dirinya tetap bisa bertemu dengan gadis itu.

"Jadi mau jalan nggak nih?" tanya Tara lagi.

Dengan ketus Freya menjawab. "Yaudah, kemana?"

"Lo maunya kemana?" Tara malah bertanya balik.

"Nggak jelas banget sih lo. Kan lo sendiri yang ngajak gue, kenapa gue yang harus repot cari ide harus kemana!"

Tara hanya tersenyum mendapat kata-kata ketus dari Freya. Seolah hatinya begitu luas untuk menerima semua yang di lontarkan oleh gadis itu.

"Yaudah, buruan gih sana lo ganti. Gue mau ngajak lo ke suatu tempat." tukas Tara dengan lembut.

Segera Freya bangkit dari duduknya. "Awas ya kalo lo ngajak gue ke tempat yang aneh! Gue ngeri, soalnya lo rada mesum." ancamnya seraya berjalan ke arah tangga yang berada tak jauh dari meja makan.

"Perlu bantuan gue nggak?" Tara menatap Freya yang mulai menaiki anak tangga.

"Nggak!" tolak gadis itu dengan sangat ketus.

Terkadang menyikapi seorang gadis yang tengah mengalami gejolak emosi hanya di perlukan kesabaran. Seperti yang di lakukan Tara saat ini. Memilih mengalah dan membiarkan Freya mengatakan apapun yang dia mau.

Sembari menunggu Freya bersiap, Tara pun berinisiatif membereskan meja makan. Ia menumpuk piring kotor lalu membawanya ke wastafel. Tara juga mengelap meja makan itu dengan cairan pembersih yang memang tersedia di sana. Meski di rumahnya sendiri ia tak pernah melakukan hal itu, Tara tetap terlihat cekatan.

Hampir setengah jam berlalu, Freya akhirnya kembali menemui Tara. Gadis itu mengenakan

kemeja garis lengan pendek dan di padukan dengan kulot beige yang sangat cocok dengan postur tubuhnya yang tak terlalu tinggi. Sementara rambutnya ia biarkan tergerai indah.

"Ayo. Gue udah siap." ajak gadis itu walau Tara hanya mematung menatapnya.

Tanpa memperdulikan Tara yang tak bergeming, Freya pun berjalan ke arah ruang tamu seraya menenteng sepatu kets putih miliknya. Ia duduk di sofa, lalu hendak memakai sepatu itu.

"Sini biar gue bantu." ujar Tara yang kini sudah berada di sampingnya. Padahal lelaki itu hanya diam saja ketika ia mengajaknya tadi.

Segera Tara membungkuk, menghadap Freya. Ia ambil sepatu kanan terlebih dulu lalu memakaikannya perlahan pada kaki gadis itu.

"Kenapa perbannya lo buka Frey?" tanya Tara sambil mendongakkan kepalanya.

"Iya soalnya basah. Kelupaan gue mau buka perbannya pas mau mandi." jawab Freya berusaha memalingkan wajah dari Tara.

Kembali Tara memakaikan sepatu pada kaki Freya. Dengan telaten ia membuat tali sepatu itu menjadi sebuah simpul agar Freya bisa nyaman nantinya saat berjalan.

Sebelum mereka pergi, tak lupa keduanya meminta izin kepada bunda Freya. Terlebih Tara, yang merasa bertanggung jawab karna ia lah yang sejak awal mengajak gadis itu.

"Kalian hati-hati ya. Oiya nak Tara, tolong jagain Freya ya." pesan bunda Freya yang jelas menaruh kekhawatiran terhadap anaknya. Apalagi Freya masih dalam kondisi pemulihan.

Tara mengangguk seraya melemparkan senyum. "Tante tenang aja. Saya bakalan jagain Freya kok. Yaudah kita pergi dulu ya bun, ehm maksud saya tante."

Usai berpamitan, bergegas keduanya menuju ke halaman rumah di mana motor Tara terparkir di sana.

"Pelan-pelan aja Frey." ucap Tara saat Freya hendak menaiki motornya.

Walau sedikit kesulitan, Freya pun berhasil menempati jok belakang kendaraan roda dua itu dengan menjadikan kedua bahu Tara sebagai tumpuan.

Tara mulai menyalakan mesin motornya, perlahan melaju meninggalkan halaman rumah Freya.

Tak berselang lama dari kepergian Freya, sebuah mobil putih tiba-tiba saja terparkir di sisi jalan tepat di depan pagar yang tak tertutup. Risa yang datang bersama Hana bergegas turun dari mobil dan melangkah lebar memasuki area perkarangan rumah sahabatnya.

"Pagi tante..." Risa menyapa sang pemilik rumah yang tengah mengistirahatkan tubuhnya sejenak pada sebuah kursi yang berada di garasi.

Tari pun tersentak dan langsung bangkit dari duduknya. Ia mengulas senyum hangat di hadapan kedua remaja itu.

"Keadaan Freya gimana tante?" tanya Hana yang tak sabar ingin melihat sahabatnya.

"Freya udah baikan kok nak Hana. Malah barusan dia pergi sama Tara." papar bunda Freya.

"Hah?!" kedua gadis itu ternganga tak percaya.

"Ayo masuk, biar tante buatkan minum." ucap bunda Freya.

"Nggak usah repot-repot tante. Kita ke sini cuma mau liat keadaannya Freya." sahut Risa takut merepotkan sang tuan rumah.

Tak ingin berlama-lama, kedua gadis itu pun memilih berpamitan. Percuma juga mereka menunggu, karna tidak tau kapan Freya akan kembali.

***

Motor Tara kini memasuki area di mana sisi kanan dan kirinya hanya terdapat pepohonan rimbun. Tak ada lagi bangunan pencakar langit. Jalanan pun terkesan sunyi karna hanya beberapa kendaraan saja yang berlalu lalang.

"Kita mau ke mana sih Tar?" teriak Freya agar Tara yang memakai helm full face bisa mendengar suaranya.

"Udah lo tenang aja." jawab lelaki itu santai.

Freya berdecih pelan. Bagaimana mungkin ia bisa bersikap tenang, sementara jalan yang mereka lalui terasa asing baginya. Sembari mengeratkan pegangan pada pinggang Tara, gadis itu mengedarkan pandangan secara bergantian dengan menoleh ke arah kanan dan kiri mereka.

Takut kalau ada segerombolan orang yang mengintai dan berniat jahat kepada mereka. Terlebih Freya khawatir jika ada binatang buas yang mungkin saja keluar dari balik pepohonan dan semak belukar lalu menyergap mereka secara tiba-tiba.

"Nikmati aja perjalanannya Frey. Lo nggak usah mikirin yang aneh-aneh." ujar Tara saat melihat wajah Freya dari spion motornya. Dengan ragu Freya pun mengangguk. Setidaknya ucapan Tara membuatnya sedikit tenang.

Tepat di penghujung jalan, motor Tara semakin melambat saat birunya air laut mulai memanjakan mata.

"Kenapa dari awal lo nggak bilang aja sih kalo kita mau ke pantai?" Freya kesal sekaligus senang.

Tara tersenyum dari balik helmnya. "Gue kan mau ngasih lo surprise."

"Dalam rangka apa?!"

"Dalam rangka ingin membahagiakan lo."

Dadanya Freya seketika saja berdegup cepat. Secepat desiran ombak yang menyapu ribuan pasir di pesisir pantai.

Setelah menemukan tempat yang pas untuk memarkirkan motornya, Tara pun menepi tepat di

depan sebuah saung. Tak ada orang lain di pantai itu. Hanya ada Tara dan Freya. Tara sengaja mengajak Freya ke pantai yang memang jarang di kunjungi oleh wisatawan.

Tara ingin berdua saja. Menikmati kebersamaan dan mengukir cerita mereka.

Semilir angin laut menyambut keduanya. Sembari berjalan beriringan, mereka menginjakkan kaki di hamparan pasir putih yang lembut dan terbentang luas.

Senyum Freya seketika mengembang sempurna saat menatap ke arah laut yang terlihat tenang. Hanya sesekali ombak kecil bermain di bibir pantai.

"Makasih ya Tar. Gue seneng banget bisa main ke pantai lagi. Gue jadi teringet sama cerita nyokap, kalo dulunya bokap gue itu sering banget ngajak gue sama nyokap pergi ke pantai. Gue nggak tau gimana bahagianya gue waktu itu, karna di saat itu gue masih kecil banget. Sekitar 4 tahunan mungkin. " Freya membuka suara dengan tak mengalihkan pandangan sedikit pun dari jernihnya air laut.

Tara tersenyum menatap Freya. "Lo nggak perlu say thanks sama gue Frey. Memang udah niat gue pengen liat lo bahagia." sahut lelaki yang mengenakan kaos berwarna hampir sama dengan warna laut.

"Apa alasan lo pengen membahagiakan orang yang hanya sekedar teman buat lo?"

"Frey, bagi gue, lo lebih dari itu. Gue rasa lo pun peka akan hal itu."

Benar kata Tara. Meski pun Tara tak pernah mengutarakan perasaannya, namun entah kenapa hati Freya bisa memahami bahwa lelaki itu memang mengganggap dirinya sebagai seseorang yang spesial.

Bahkan dari cara Tara memperlakukannya, sudah sangat jelas bahwa Tara begitu menyukainya. Dan rasa suka itu mulai menjelma menjadi perasaan yang Tara sendiri tak mampu menjelaskannya. Satu hal yang pasti, bahwa Tara ingin memiliki Freya.

***

1
korokoro
kaget banget Tara, jangan nakal main cubit pipi aja/Scowl/
Julia H: namanya juga modus kak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!