NovelToon NovelToon
NOT Second Lead

NOT Second Lead

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Kantor / Romansa
Popularitas:4.9M
Nilai: 4.6
Nama Author: Rahma AR

Kamu pernah bilang, kenapa aku ngga mau sama kamu. Kamu aja yang ngga tau, aku mau banget sama kamu. Tapi kamu terlalu tinggi untuk aku raih.

Alexander Monoarfa jatuh cinta pada Rihana Fazira dan sempat kehilangan jejak gadis itu.

Rihana dibesarkan di panti asuhan oleh Bu Saras setelah mamanya meninggal. Karena itu dia takut menerima cinta dan perhatian Alexander yang anak konglomerat

Rihana sebenarnya adalah cucu dari keluarga Airlangga yang juga konglomerat.

Sesuatu yang buruk dulu terjadi pada orang tuanya yang ngga sengaja tidur bersama.

Terimakasih, ya sudah mampir♡♡♡

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sakit di hati

"Maaf, aku mau ke toilet dulu," pamitnya sambil berdiri. Dia sudah ngga bisa lagi menahannya. Perasaan terbuang yang nyata sampai membuat tubuhnya gemetar. Untungnya teman temannya sedang sibuk dengan topik masing masing. Mereka pun terlihat bahagia dengan teman teman baru mereka

"Oke, perlu ditemani?" tanya Winta ramah.

"Ngga usah, Win. Nanti kalo aku lama, kamu langsung balik ke kubikel aja," tolak Rihana dengan suara yang dibuatnya sebiasa mungkin.

"Oke, oke."

"Hati hati," timbrung Puspa.

"Ya."

Setelah menganggukkan kepalanya, Rihana mempercepat langkah kakinya yang terasa sulit dan berat.

Tubuhnya bergetar hebat. Keringat dingin benar benar sudah membasahi punggungnya.

Dia harus cepat sampai ke toilet sebelum semuanya meledak di sini.

Akhirnya sampai juga di toilet. Untung masih ada satu ruang yang kosong. Segera Rihana masuk dan membiarkan air matanya mendesak turun. Dia menahan isaknya karena masih mendengar suara suara orang berbicara di luar.

Kenapa?

Kenapa orang itu membuangmya dan mama?

Jahat sekali.

Jahat!

Hatinya terus mengutuk laki laki ngga bertanggung jawab yang ternyata pemilik dari perusahaan tempatnya bekerja.

Papanya ternyata masih ada.

Awalnya Rihana mengira tulisan nama itu hanyalah karangan mamanya semata. Ternyata ada wujud nyatanya.

Papanya bukan orang kaya biasa. Bahkan seorang konglomerat yang ngga mengharuskan anaknyq untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Tapi nyatanya dia sedari kecil harus hidup susah payah bersama mamanya. Untunglah takdir baik membawa mereka bertemu dengan ibu panti yang meringankqn beban mamanya dan menyayanginya setelah mamanya pergi. Sekarang takdir membawanya menjadi pekerja di salah satu perusahaan papanya.

Semua orang bisa melihat betapa kehudupan papanya sangat bahagia bersama keluarga tercintanya. Tapi tak ada satu pun yang tau kalo orang yang sangat dihormati dan dipuja puja ini membiarkan kehildupan lainnya telantar dan tak tersentuh olehnya.

Rihana ngga mungkin langsung keluar dari pekerjaan ini. Dia sudah dikontrak dan harus membayar pinalty yang cukup besar jika nekat mengundurkan diri. Juga terbayang kesulitan ibu panti dan adik adik angkatnya di pelupuk matanya. Dia ngga mungkin juga bisa mendapat pekerjaan dengan gaji setinggi ini dalam waktu dekat Rihana tau, ngga ada jalan keluar buatnya. Dia terpaksa bertahan di sini. Walaupun dia sangat membencinya. Dia benar benar sangat benci dengan takdir yang bercanda padanya.

Ngga disangkanya, kembali ke ibu kota malah sangat memudahkannya bertemu dengan masalalu mamanya.

Air mata Rihana semakin deras mengalir. Rihana menutup keras mulitnya agar suara mengisaknya ngga keluar. Hatinya terluka Perih dan pedih. Kenyataan ini sangat menyakitkan.

Kini Rihana sudah keluar dari toilet setelah hampir setengah jam meratapi nasib. Dia pun sedang berdiri di depan kaca. Dia pura pura ngga melihat ada satu atau dua pegawai yang memperhatikannya.

Rihana mengusap wajahnya dengan air kran.

"Ini, pake aja."

Sebungkus kecil plastik tisu terulur di depannya ketika dia akan merogoh saku rokmya untuk mengambil tisu tersebut.

"Terimakasih," ucapnya aedikit malu karena pegawai itu tau keadaannya. Tapi wajahnya nampak maklum.

"Di marahi bos, ya? Kalo jadi anak baru di sini memang agak ditekan. Tapi ngga usah terlalu diambil hati," nasihat pegawai cantik itu dengan senyum manisnya.

Pegawai itu salah paham, tapi Rihana ngga akan mengoreksinya.

Rihana hanya tersenyum sambil menghapus titik titik air di wajahnya.

"Nih, pake ini, biar matanya ngga nampak sembab," katanya lagi sambil mengeluarkan obat atau vitamin(?) tetes mata dan memgulurkan padanya.

"Terima kasih, kak," jawabnya terharu. Dia bersyukur banyak bertemu orang orang yang baik hari ini.

"Namaku Daiva," katanya setelah menerima kembali obat tetes yang sudah digunakan.

"Aku Rihana, kak."

"Nih, bedakin lagi wajahnya," katanya sambil mengulurlan bedak yang lagi lagi dikeluarkan dari tas kosmetik kecil yang ditentengnya.

"Ngga usah, kak," tolak Rihana tambah sungkan.

"Pake aja. Itu juga refil sama sponnya baru aku beli tadi malam," senyumnya sambil menjejalkan kotak kecil berisi refil bedak merk yang cukup terkenal dan pasti mahal serta spon yang masih tersegel di plastik itu ke tangannya.

"Biar wajah kamu ngga kelihatan abis nangis," ucapnya sarat makna.

Rihana terdiam. Tapi benar juga yang dikatakan pegawai cantik di depannya. Winta dan Puspa pasti akan banyak bertanya jika nanti melihatnya.

"Sudah, ya, aku keluar dulu," pamitnya sambil melangkah pergi sebelum Rihana sempat merespon.

"Kak Daiva," panggil Rihana membuat pegawai cantik itu menoleh masih dengan wajah penuh senyum.

"Makasih banyak."

"Sama sama," ucapnya sambil melambaikan tangannya sebelum melangkah keluar.

Rihana sungguh terharu sampai ngga bisa berkata kata apa pun lagi untuk menyatakan rasa terima kasihnya. Apalagi dia sedang terpuruk sendiri di sini. Mendapat kebaikan seperti ini membuatnya lukanya sedikit terobati.

Banyak orang orang yang ngga ada hubungan darah dengannya tapi selalu baik.padanya.

Dewan Iskandardinata. Aku ngga butuh dirimu. Aku ngga minta uangmu dengan ngemis. Tapi aku bekerja, batinnya berteriak seolah menghibur dan menambah kekuatan hatinya.

Tapi deritanya masih berlanjut. Ketika Rihana sedang menunggu lift khusus karyawan bersama beberapa pegawai yang lain, pintu lift khusus petinggi perusahaan terbuka. Menghadirkan gadis yang tadi dilihatnya di lobi. Gadis itu merangkul lengan laki laki paruh baya yang masih tegap dan tampan berkharisma dengan manja.

Rihana menatap wajah laki laki itu dengan sorotan yang sangat tajam dan menusuk.

Sementara pegawai yang lainnya mengangguk sopan. Tapi ketika mata laki.laki itu bersirobok dengan mata Rihana, gadis itu cepat cepat menundukkan kepalanya. Tanpa menampilkan ekspresinya.

Sopan ngga sopan, bodoh amat, batinnya ngga peduli.

Rihana seolah merasakan kalo laki laki itu masih menatapnya sampai dia memasuki ke dalam liftnya yang terbuka bersama pegawai yang lainnya. Tapi Rihana tetap.menundukkan kepalanya, bahkan semakin dalam walau ada sedikit rindu dan sakit menyelusup dalam rongga dadanya.

Ngga lama kemudian Rihana pun sampai di lantai dimana kubikelnya berada dengan nafas masih terasa sesak dan hati yang sakit.

"Lama banget di toiletnya," sambut Winta dengan senyumnya.

"Tadi kebanyakan sambal, ya? ledek Puspa tertawa kecil.

Rihana tersenyum tipis.

"Tadi antri," bohongnya meyakinkan. Kedua teman barunya pun terlihat percaya.

"Pantasan kamu ngga ngumpul lagi," tukas Winta sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

"Maaf, ya, kita ninggalin kamu tadi," tukas Puspa sambil menepuk bahunya. Masih ada waktu sepuluh menit untuk bersantai.

"Ngga apa apa."

Winta dan Puspa tersenyum lega.

"Minta nomer ponsel kamu, dong," ucap Winta sambil memberikan ponselnya pada Rihana. Rihana pun mengetikkan angka angka itu dengan cukup cepat.

"Ini."

"Oke."

Ngga lama kemudian terdengar bunyi getaran ponselnya.

'Itu nomerku, ya," kata Winta dengan wajah penuh senyum.

"Dikirim ke aku, Win," pinta Puspa.

"Oke.'

Ngga lama kemudian ponsel Rihana kembali bergetar.

"Itu nomerku,' tukas Puspa cepat.

"Disave, ya, Ri," sambungnya lagi.

"Oke."

Ada yang dingin mengalir dalan rongga dadanya yang awalnya panas dan sesak. Sekarang mulai terasa nyaman.

Rihana tersenyum lagi.

Dia pasti kuat menjalaninya, batinnya mulai tenamg.

1
Karmila Fadilafif
Lumayan
winda aulia
dewan kutunggu rasa sesalmuu..
winda aulia
kutunggu sampai km menyesal sampai dasar dewan. dewannnnn.....dewaaannnnn..............gemes aku dewannn......
winda aulia
banyak sekali derita ya Rihana ini..GPP sdh biarpun GK jadi sama Alex gpp..yg penting kumpul sama keluarga ibunya. masalah papanya bodo amet. astaga kenapa GK tegas sekali cowok" ini..
3sna
tp bisa punya anak
3sna
yakin pak,,buktinya udh nelantarin masih waras pak dewan
3sna
nyerinya sampe atiku
Suzaidah Zainuddin
Luar biasa
Sri Siyamsih
walau kadang netizen itu julid to kl ini tolong Aurora jgn sia"kan prmbelaan mereka, tanpa mereka kau takan terkenal 😁
Sri Siyamsih
tp bener sih kl bisa xavi yg nikah sm zerina aj he he
Sri Siyamsih
awas xavi jgn macam" , jgn memperkeruh suasana
Sri Siyamsih
psikopat Aurora, yg ad masuk penjara
Sri Siyamsih
hadew Herdiiin knp g d rekam pkai hp, hah...
Sri Siyamsih
blm tau kalau biang keroknya si Aurora
Sri Siyamsih
lebih cpt lebih baik sih
Sri Siyamsih
kurang sreg dgn visual, entahlah
Sri Siyamsih
bidadari versi jalang
Sri Siyamsih
dag dig dug
Sri Siyamsih
setujuuuu kasih pelajaran. 😂😂
Sri Siyamsih
ayo om gercep lindungi Rihana, kasihan dia terll lama menderita
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!