Sebuah alam yang penuh kekacauan menunggu seorang pemimpin yang di
ramal kan. Dia yang akan terlahir, mencabut segala segel, dan kutukan. Serta segala alam akan terhubung segala dimensi akan tersambung, dia juga termasuk kekasih Sang Pengantar Tulisan, juga sang pewaris empat naga kuno. apa? dia bisa menaklukkan dua alam, yaitu Alam Eheiwha dan Alam Armanaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAHLEILI YUYI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21.Hukum Amenat
tempat ini, saat anugrah kecil turun." Ucap Juro bercerita.
"Tetua Apa dia pemimpin tertinggi Wuseru orang nya?" Tanya Yuyi ingin tau.
"Setiap tamu ke tempat ini, kami tidak pernah bertanya tentang latar belakang mereka, tugas kami penjaga Bait Dewi Timur, siapa pun tamu di Hadapan kami mereka semua Raja." Jawab Juro tersenyum lemah lembut.
"Oh, terima kasih Senior, atas jawaban nya mohon doa senior agar kami mencapai tingkat tertinggi Bait." Ucap Yuyi membungkukkan setengah badan.
"Semoga kalian mencapai puncak tertinggi Bait." Ucap Juro.
Lalu Yuyi dan Admiko melangkah menuju tangga hendak menuju keruang selanjut nya.
Ruang tingkat enam bergetar terdengar seperti riak air lalu perlahan sebuah kabut tipis tersibak, mereka melihat tangga dari emas dengan berbagai ukiran di setiap tangga dan dinding nya, pegangan nya juga terbuat dari emas murni.
"Kamu kenapa?" tanya Admiko pada Yuyi.
"Oh, tidak tidak apa-apa." Jawab Yuyi.
Tapi pikiran nya berkecamuk dengan tanda tanya baru.
Mereka terus melangkah menaiki tangga demi tangga, tangan lembut Yuyi dan putih seperti salju itu, agak memerah karena aturan Bait tidak boleh melepas kan bimbingan tangan.
"Apa nama yang tertera di dalam cawan Manha tadi, itu nama orang tua mu?" Tanya Admiko menatap Yuyi.
Yuyi terhenti menatap Admiko.
"Tidak, Karena nama perempuannya lain, nama mami ku bukan Iashi Wei li tapi Uanda" Jawab Yuyi menenangkan pikiran nya.
Mata hari telah condong ke balik gunung Famabao, cahaya kuning sore telah menunjukan tanda malam akan datang di lihat dari jendela-jendela bait burung-burung yang berterbangan di Danau Pelangi telah menuju tempat tidur di lubang-lubang gunung Famabao.
Seorang pria tua menyambut mereka dengan senyum ramah, di tangan kanan nya memegang manik-manik hitungan dan di ujung jubah hijau nya labu giok tergantung sebesar ibu jari kaki, serta para murid ruang tujuh, berdiri menghentikan kultivasi dan menyongsong guru mereka.
"Alam Matahari Berlian dan tingkat Bintang Mutiara." Ucap Tadeshi dalam hati.
"Selamat kalian telah mencapai tingkat ketujuh" Ucap Tadeshi menyapa mereka.
"Terima kasih Tetua" Jawab Yuyi membukukan badan dan serta di ikuti Admiko.
"Sebelum kalian, ada sepasang suami istri yang mencapai tingkat ke tujuh, tapi belum pernah mencapai tingkat selanjut nya sejak tempat ini di bangun, semoga kalian Rahim dan Sulbi takdir ramalan itu." Ucap Tadeshi.
"Maaf aku tidak mengerti yang Tetua ucap kan" Jawab Yuyi bingung.
"Jika kalian mencapai tingkat sembilan, kalian akan tahu jawabannya, semoga nanti vormasi Tiga Belas Bidadari Sorga menerima kalian" Ucap Tadeshi sambil mengajak mereka ke sebuah ruangan.
"Apa kalian akan melanjut kan perjalanan malam ini, atau tunggu esok pagi?" Tanya Tadeshi.
"Kami akan melanjut kan malam ini" Jawab Yuyi.
Dengan tegas dan ringkas tampa menunggu persetujuan Admiko.
"Apa tidak bertanya pada suami mu, jika dia capek?" Tanya Tadeshi.
"Tetua kami akan melanjut kan perjalanan." Jawab Admiko tampa basa basi.
"Jika itu keputusan kalian" Jawab Tadeshi.
Lalu Tadeshi, mengambil labu giok yang tergantung di ujung jubah nya, dan membuka lalu dia tuangkan ke tubuh Yuyi dan Admiko.
Pemandangan unik terjadi mereka seakan mandi di air terjun di atas awan, sehingga bintang dan bulan seakan bisa mereka gapai, dengan jelas mereka melihat jurang langit yang menganga.
"Semoga Vormasi ke tingkat delapan tidak menolak kalian" Ucap Tadeshi.
Lalu dari udara keluar gulungan putih dengan tulisan kuning, dari tubuh Yuyi dan Admiko keluar sebuah asap putih, dan menjadi nama mereka berdua, lalu menyatu dengan gulungan itu, di atas nama mereka ada nama yang tertulis yang familiar bagi Admiko. Admiko tersenyum membaca nama yang tertera itu.
"Ternyata nenek dan kakek orang nya, yang mencapai tingkat tujuh ini" Ucap Admiko dalam Hati.
"Hei, apa kamu mengenal orang yang punya nama itu?" Tanya Yuyi sambil menyenggol Admiko.
"Kenal" Jawab Admiko tersadar dari lamunan nya.
"Apa mereka dari selatan?" Tanya Yuyi lagi.
"Ya, mereka dari selatan, mantan pemimpin tertinggi Agung Tanah Selatan." Jawab Admiko.
"Ooo," Ucap Yuyi tidak bertanya Lagi.
"Tetua Senior, mohon doa Tetua, semoga kami mencapai tempat tertinggi bait" Ucap Yuyi membukukan badan pada Tadeshi.
"Semoga kalian yang di tunggu Raja dan Ratu" Ucap Tadeshi, lalu Admiko dan Yuyi melangkah menuju tangga.
Tadeshi wajah nya pucat karena jika vormasi menolak mereka, ternyata ketakutan Tadeshi menjadi senyum yang tiada tara, karena langkah admiko dan Yuyi tiada hambatan.
"Semoga setelah ini, kami leluasa menjelajahi alam Eihewha tampa gangguan dan beban lagi" Ucap Tadeshi tersenyum sumringah.
...*******...
Di sebuah ruangan di Wuserhu.
"Aku telah menyerah kan putri ku pada orang yang salah, putra mu tidak sanggup melindungi putri ku dari orang luar. Apa lagi dia orang selatan" Ucap Broto pada ayah Hongli.
"Tuan besar Agung Whuseru pemimpin Tertinggi Benua Selatan, aku mohon beri aku kesempatan satu kali lagi" Ucap Jiang Li dengan bersujud di belakang Broto.
"Tidak Ada kesempatan lagi, Yuyi telah sah sekarang memiliki suami, mereka telah berada dalam Bait Dewi Timur, ternyata putra mu hanya seorang pecundang" Ucap Broto, tampa menoleh ke arah Jiang Li sedikit pun.
"Aku salah, aku salah, aku salah membesar kan putra ku" Ucap Jiang Li menangis, sambil bersujud tampa berani mengangkat kepala.
"Aku percayakan putri ku pada kalian, tapi kalian memberikan pangkal musibah dan aib ini terhadap keluarga ku" Ucap Broto dengan mata berapi.
"Tuan besar, kami pantas mendapat kan apa pun hukum dari tuan, tapi satu yang ingin ku pinta, kita telah bersahabat bagai kan saudara selama ini" Ucap Jiang Li memohon.
"Apa yang kau berikan pada ku, masih bisa kita di bilang sahabat dan saudara" Jawab Broto singkat.
"Aku berikan sebuah kesempatan satu kali lagi, tapi apa yang ku berikan pada mu akan ku ambil kembali, aku menghormati persahabatan kita, setelah ini kamu hanya orang Amenat"
Ucap Broto lagi, hukum Amenat sedikit lebih bagus dari hukuman Tatto Budak Buangan di benua selatan, lebih buruk dari penjara di Rambut Ratu.
Amenat hukum paling hina di benua utara, hanya di anggap penduduk pengungsi di tanah segala kekuasaan Wuserhu, di cap sebagai penduduk penumpang, hampir sama dengan hukuman Budak Rantai.
"Tuan jangan lakukan ini" Ucap Jiang Li terhenti, karena tuan Broto langsung menyela ucapan nya.
"Aku bukan Tuan mu lagi, pengawal seret dia keluar, label keluarga Jiang Li sebagai keluarga Amenat, beritakan ke segala tanah kekuasaan Wuserhu, kecuali putri ku" Ucap Broto sangat marah.
"Tuan, tuan, jangan laku kan ini, aku mohon" Teriak Jiang Li hingga suara nya menghilang di seret para bawahan Broto.
...*******...
Di tempat lain di antara negara Wuserhu dan Wuxian.
"Kenapa kartu koin ku, tidak bisa di gunakan lagi" Ucap Hongli.
Dia marah-marah ke semua pengawal nya dan dia menyumpahi segala orang-orang, karena selain niatnya yang gagal di tambah lagi kartu koin yang
Bersambung*******