"Ini surat pengunduran diri saya tuan." Laura menyodorkan sebuah amplop pada atasanya. "Kenapa Laura? Apa yang harus saya katakan jika tuan Jimmy datang?" Ucap kepala bagian yang menerima surat pengunduran diri dari Laura. wanita bernama Laura itu tersenyum, "Tidak perlu jelaskan apapun Tuan, di dalam surat itu sudah ada penjelasan kenapa saya resign." Setelah dua tahun lebih bekerja di perusahaan besar, dengan terpaksa Laura chow mengundurkan diri karena suatu hal yang tidak memungkinkan dirinya harus bertahan. Lalu bagaimana dengan atasanya yang bernama Jimmy itu saat tahu sekertaris yang selama ini dia andalkan tiba-tiba resign?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Periksa
Kehidupan memang tak semulus jalan tol, apalagi untuk wanita seperti Laura, di mana dirinya sedang mengandung benih pria beristri. Laura yang mengandung tapi dari si istri ini banyak dirugikan. Celine tidak bisa menyadari kesalahan yang dia perbuat, justru menimbulkan kesalahan-kesalahan lain untuk memuluskan rencananya. Celine tidak berpikir bagaimana jika kejahatannya diketahui, baginya harta tahta dan Jimmy adalah yang terpenting.
Sedangkan bagi seorang Jimmy, keturunan adalah hal yang paling penting untuk melengkapi hidupnya. Selama dua tahun menikah Jimmy berpikir jika dirinya memiliki kekurangan, tapi ternyata semua hanya skenario Celine yang membohonginya.
Kini Laura berjalan memasuki lobby rumah sakit, hari ini adalah pemeriksaan untuk melihat jenis kelamin bayinya, dan Laura sangat antusias.
Ditemani Amalia Laura mendaftarkan namanya. Setelah selesai kedua wanita berbeda usia itu duduk di kursi tunggu.
"Mbak, kira-kira keponakan ku laki-laki atau perempuan." Ucap Amalia sambil mengusap perut Laura.
Laura tersenyum, "Apapun itu yang terpenting mereka sehat." Laura ikut mengusap perutnya sambil menunduk.
Laura ingat bagaimana saat Jimmy menyentuh perutnya waktu itu, bayi mereka menendang hingga membuat Jimmy sampai menitikkan air mata. Laura sendiri yang melihat merasa miris. Tega sekali Celine membohongi Jimmy selama itu, padahal mereka adalah sepasang suami Istri lalu kenapa pihak Jimmy yang dirugikan.
Jika saja dirinya tidak hamil, mungkin Jimmy tidak akan tahu sampai saat ini, pria itu pasti masih tenggelam dalam lubang kesedihan karena kekurangannya.
"Yang kuat ya sayang, ibu akan melakukan apapun untuk mu, lagi pula ayah mu sudah mengetahui kehadiran mu, dia sangat bahagia, meskipun di awal dia tidak percaya." Batin Laura sambil mengusap perutnya.
"Nyonya Laura Chow."
"Lia ayo," Laura berdiri dan hendak berjalan tapi Amalia justru memegangi perutnya.
"Mbak, mbak masuk sendiri ya, tiba-tiba perutku mules." Amalia meringis sambil memegangi perutnya.
"Ck, makanya jangan makan sambel banyak-banyak, kamu dikasih tahu ngeyel." Dumel Laura.
Amalia hanya nyengir dan pamit pergi menuju toilet.
Laura memasuki ruangan dokter sendiri, dan disambut dengan seorang dokter yang sudah menunggu.
"Selamat siang nyonya Laura." Sapa dokter wanita yang bertugas siang ini.
"Siang dok," Balas Laura ramah.
"Anda datang sendiri, apakah suami anda tidak ikut mangantar, padahal biasanya si ayah sangat antusias untuk melihat jenis kelamin bayinya." Ucap dokter itu sambil membaca buku laporan periksa Laura.
"Em, itu dok saya memang datang sendiri."
Brak
Tiba-tiba pintu dibuka kasar, membuat tiga orang didalam termasuk perawatan tersentak keget.
"Maaf tuan, ini-"
"Maaf saya datang terlambat sayang."
Perawatan yang akan bicara langsung diam saat mendengar ucapan Jimmy, apalagi pria itu sambil mencium kening Laura membuat dua orang didalam hanya bisa menunduk.
Berbeda dengan Laura yang malu hingga wajahnya merona.
"Saya pikir nyonya Laura datang sendiri, ternyata suaminya terlambat." Ucap si dokter sambil tersenyum.
Jimmy hanya tersenyum tipis, tapi matanya menatap Laura yang masih menunduk.
"Mana mungkin saya melewatkan pemeriksaan hari ini dok, saya sangat menunggu hari ini." Ucap Jimmy sambil menggenggam tangan Laura, si mantan sekertaris yang kabur membawa benihnya.
Laura terseyum, hatinya menghangat.
"Baiklah kita lakukan sekarang." Dokter berdiri diikuti Laura.
Dibantu perawatan Laura merebahkan tubuhnya di ranjang, sedangkan Jimmy berdiri disisi Laura berbaring.
"Maaf nyonya." Perawat menaikkan blouse yang Laura pakai hingga batas dada.
Rasa dingin menyapa kulit Laura saat perawatan mengoleskan sebuah gel kepermukaan perutnya.
"Kita mulai ya." Dokter mengarahkan sebuah alat kepermukaan kulit dan menekannya sedikit kuat, hingga tampak dimonitor sebuah keajaiban yang membuat Jimmy tertegun dengan mata berkaca-kaca.
"Sayang," Jimmy menatap Laura yang juga menatapnya haru.
"Bayi kita." Gumam Jimmy yang justru tak bisa mengendalikan air matanya.
*
*
JANGAN lupa mampir di Karya teman author di bawah ini 👇👇👇