Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 - Mungkin
"Enak kok." Ayna mencicipi udang sambal yang telah dimasaknya. Rasanya tidak terlalu pedas dan juga tidak asin. Ia berharap Alex menyukai masakannya.
Ayna menyalin ke piring dan meletakkan di meja makan. Ada udang sambal, sop dan sambal terasi terhidang di atas meja.
Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore.
'Aku harus segera mandi.' Ayna mencium tubuhnya yang sudah bau udang. Ia harus segera mandi dan menyambut Alex pulang kerja.
Sejam kemudian bel berbunyi. Dengan setengah berlari Ayna menuju pintu. Wajahnya begitu bahagia melihat Alex yang juga tersenyum padanya.
"Ini untukmu, sayang." Alex memberikan Ayna buket bunga mawar putih, yang dibelinya tadi jalan.
Ayna menerima bunga mawar itu dengan perasaan yang ikut berbunga-bunga juga. Ia menghirup aroma pada bunga tersebut.
"Kamu suka bunganya?" Tanya Alex seraya merangkul Ayna berjalan masuk.
Ayna mengangguk bahagia. "Terima kasih ya, Mas Alex." Ucapnya. Pipi kiri Alex pun ia kecup.
"Sayang... kenapa nggak pakai baju yang tadi?" Tanya Alex menghadapkan Ayna padanya. Padahal ia sangat ingin melihat Ayna secara langsung memakai baju tidur itu.
"Jorok Mas, tadi aku masak. Mas, mau mandi dulu atau makan dulu?" Tanya Ayna yang membuat Alex tampak berpikir.
"Kalau aku mau kamu saja boleh?" Alex langsung melingkarkan tangannya di pinggang Ayna.
"Mas, harus mandi dulu lalu setelah itu makan." Ucap Ayna yang mengerti ke mana arah ucapan pria itu.
"Setelah makan?" Tanya Alex dengan wajah yang mulai mesum.
"Se-setelah makan, tidurlah Mas. Besokkan Mas Alex harus ke kantor lagi-"
Alex pun menggendong Ayna. Ia tidak perlu mandi atau makan. Saat ini ia menginginkan istrinya.
"Mas-Mas, ha-harus mandi dulu." Ucap Ayna gugup saat Alex meletakkannya di tempat tidur mereka.
"Untuk apa aku mandi aku sudah tampan lho, sayang." Alex kembali dengan mode pedenya.
"Ta-tapi Mas-" Ayna mengalihkan pandangannya melihat tubuh bertelanjang dada yang begitu seksi di hadapannya.
"Apa kamu tahu, saat kita menikah aku bahkan tidak mandi seharian." Alex memberitahukan rahasianya saat itu.
"Apa?" Ayna menutup mulutnya tidak percaya. "Mas Alex jorok."
"Jorok gimana? aku ini tampan lho, Ay." Alex menepikan rambut yang menutupi mata Ayna. Tangannya lalu mengelus pipi sang istri.
Ayna diam menikmati tiap detakan jantungnya yang berpacu kencang dan tatapan mata pria itu yang menyiratkan cinta. Sungguh ia merasa melayang dengan perasaan ini.
Alex perlahan mengecup kening, lalu turun ke hidung, kedua pipi Ayna. Ia menatap sejenak wajah Ayna dan menyatukan kembali bibir mereka.
Ayna menggenggam kedua tangan Alex, sentuhan-sentuhan bibir Alex di seluruh tubuhnya seperti sengatan aliran listrik.
Setelah puas menyentuh seluruh tubuh Ayna dan membuat wajah istrinya memerah, Alex akan melakukan kepuasaan yang sesungguhnya.
Alex mulai menggoyang tubuhnya, memberikan setiap hentakan-hentakan bergairah yang membuat Ayna mendeesah manja.
Beberapa waktu berlalu, Ayna memandangi wajah pria yang tersenyum di sampingnya.
Alex merapatkan tubuh Ayna padanya. Hatinya sangat bahagia dan bersyukur. Istrinya sekarang benar-benar ikhlas menerimanya, bahkan tidak ada keterpaksaan dalam pergulatan panas mereka.
"Mas, aku akan siapkan makanan." Ayna segera bangkit dari tempat tidur.
Alex mengangguk pelan. Perlahan pria itu menutup matanya. Rasa mengantuk mulai menguasainya.
Ayna berjalan sambil mengutipi pakaian mereka yang berhamburan ke mana-mana.
'Kayaknya tadi Mas Alex tidak pakai pakaian warna ini lah?'
Ayna ingat tadi pagi Alex memakai kemeja polos warna biru, kenapa sekarang menjadi kuning. Wanita itu juga mencium kemeja dan jasnya.
'Ini baru.' Batin Ayna.
Ayna melihat Alex dan ingin bertanya. Tapi melihat suaminya sudah mendengkur, ia akan tanyakan nanti saja.
###
"Mas, tambah lagi?" Tanya Ayna melihat piring Alex yang sudah bersih.
Melihat anggukan itu, Ayna mengisi kembali piring.
"Terima kasih, sayang." Alex mengecup pipi kiri Ayna. Ia pun kembali menikmati masakan sang istri yang membuat lidahnya tidak bisa berhenti menari.
Wajah Ayna tersenyum menatap Alex yang begitu lahap. Pria itu tidak pernah komplen apapun tentang apa yang dimasaknya.
Setelah piring Alex bersih, ia pun menenggak air dalam gelas.
"Mas..." Panggil Ayna yang membuat Alex langsung menoleh.
"I-itu, kenapa ganti pakaian baru? yang tadi pagi dipakai mana? aku akan mencucinya."
Alex tampak berpikir, apa ia harus mengatakan pada Ayna bahwa ia membuang pakaian itu? tapi jika tetap dipakai wangi parfum Mona pasti menempel di pakaiannya dan Alex tidak mau Ayna berpikir curiga padanya. Apalagi jika Ayna sampai mengira ia berselingkuh.
"Tadi pakaianku kotor dan aku membeli pakaian baru." Alex mulai beralasan.
"Terus mana pakaiannya, Mas?"
"Sepertinya ketinggalan di kantor. Aku lupa bawa pulang, karena aku terburu-buru pulang biar cepat ketemu sama kamu." Alex mencubit kedua pipi Ayna dengan gemas. Ia tahu berbohong itu dosa, tapi ia tidak mau istrinya menaruh curiga padanya.
"Oh... besok jangan lupa dibawa pulang. Biar aku cuci."
"Ok. Tapi besok libur, Ay." Jawab Alex cepat. Ia akan memikirkan alasan lain besok.
"Iya, nanti saat kerja."
Alex mengangguk.
"Oh iya Mas, Aku kangen Ayah sama Bunda." Ayna menyandarkan kepalanya di bahu Alex.
"Besok kita ke sana." Ucap Alex sambil tangannya mengelus-elus kepala Ayna.
"Terima kasih, Mas." Tangan Ayna terulur melingkar di tubuh Alex. Pria asing yang datang tiba-tiba dan perlahan menyembuhkan luka hatinya.
###
"Kenapa?" Tanya Jo yang baru tiba di sebuah kafe dan melihat Mona menidurkan kepala di meja sambil menangis.
"Kenapa Alex?" Tanya Rani yang meminta penjelasan pada Jo. Mungkin saja Jo tahu.
"Kenapa Alex?" Jo malah balik bertanya. Ia tidak mengerti.
"Ini minum dulu." Dafa datang membawa nampan berisi minuman. Dafa dan Jo saling melirik.
"Sebenarnya apa yang dilakukan Alex sampai membuat Mona menangis?" Tanya Dafa penasaran.
Mona membenarkan posisi duduknya sambil mengusap air matanya. "Aku malu."
"Mona malu. Alex menolaknya." Rani mempertegas cerita temannya.
"Alex yang berkali-kali ditolak biasa saja." Jo langsung meringis, Rani malah mencubit perutnya.
"Mona sudah bersedia menerima Alex. Tapi kenapa teman kalian itu malah menolaknya?" Rani sungguh bingung pada Alex.
Jo dan Dafa masih tampak bingung. Hingga akhirnya Mona menceritakan semua.
'Oh pantes. Lantaran dipeluk Mona, Alex jadi membuang pakaiannya.' Kini Jo mengerti kenapa Alex masuk kantor hanya memakai kaos polos. Ia juga mendengar dari para karyawan, tadi pagi Alex masuk kantor sambil melepas pakaian dan membuangnya ke tong sampah.
"Sudahlah Mon, sebaiknya lupakan Alex!" Ucap Dafa menyarankan.
"Benar, kau baru mencoba menerima Alex. Jadi tidak akan sulit untuk melupakannya." Jo juga menimpali ucapan Dafa.
"Apa Alex sudah mempunyai wanita lain?" Tanya Mona menatap tajam kedua pria itu.
"Mungkin."
.
.
.
sukses untuk karya selanjutnya😘
apalagi tanduknya bukan merah tapi pink kak author 😘