Jeanette Archer, seorang wanita bersuami, menghabiskan satu malam panas bersama seorang pria. Hal itu terjadi di acara ulang tahun adik kesayangannya.
Axton Brave Williams, yang anti pernikahan, menerima tantangan dari para sahabatnya untuk melepas keperjakaannya. Ia melakukan sebuah ONS dengan seorang wanita di sebuah klub.
Jean merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukannya, membuat dirinya menerima perlakuan suaminya yang semakin lama semakin acuh. Hingga pada akhirnya ia menemukan bahwa suaminya telah mengkhianatinya jauh sebelum mereka menikah.
Sebuah perceraian terjadi, bahkan kedua orang tuanya mendukung ia berpisah, karena wanita selingkuhan suaminya tengah hamil. Di hari yang sama, ia mengetahui bahwa dirinya tengah hamil akibat malam panas yang ia lewati.
Tak mendapat dukungan dari siapapun, membuatnya lari saat hamil dan kembali menikmati petualangannya di alam bersama anak dalam kandungannya. Hingga takdir membawanya kembali pada pria yang merupakan ayah anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENCALI OM
Jantung Jeanette berdetak dengan sangat cepat. Bagaimana tidak, Axton tadi berdiri sangat dekat dengannya, membuatnya bisa mencium harum maskulin dari tubuh pria itu.
Ia bahkan mengingat bagaimana terakhir kali ia melihat wajah Axton sedekat itu. Hanya saja hingga saat ini, ia tak mengingat malam panas yang ia lewatkan bersama dengan pria yang mirip dengan putranya itu.
Untung saja sekarang pria itu sudah pergi, jadi ia tidak merasa takut. Tapi jujur, ia lebih merasa gelisah saat ini. Jeanette melihat ke arah Alex yang masih tertidur.
"Mengapa kamu begitu cepat dekat dengannya? Bukankah kamu tidak suka berdekatan dengan orang yang baru kamu temui?" tanya Jeanette dengan pelan sambil mengusap rambut Alex.
*****
Zero telah menyiapkan kepulangan Axton ke Jakarta. Awalnya atasannya itu hanya akan berada di Bali selama 1 hari, tanpa menginap. Namun, ternyata mereka menghabiskan waktu 3 hari di sana.
Di dalam pesawat pribadinya, Axton hanya diam. Baru sebentar meninggalkan pulau Bali, ia sudah merindukannya lagi. Ntah mengapa ia sangat ingin selalu berada di dekat Alex, seperti ada yang berbeda.
Ia ingin meminta Zero mencari tahu semua hal tentang Jeanette dan juga Alex, namun ia mengurungkan niatnya. Ia akan mencari tahu sendiri, karena ia tak ingin kedua orang tuanya tahu apa yang sedang ia lakukan.
"Meeting dengan Tuan George Orlando akan diundur ke minggu depan, Tuan. Tuan Gilbert dan Tuan Mark juga akan ikut hadir," ucap Zero.
"Hmm ... Persiapkan semuanya dengan baik. Aku tak mau ada kesalahan meski sedikit saja."
"Baik, Tuan."
*****
1 minggu kemudian,
"Selamat datang, Tuan Orlando," sapa Axton.
Axton secara khusus menyambut kedatangan George Orlando, pria paruh baya yang merupakan pengusaha sekaligus bangsawan Inggris. Proyek bersama mereka 5 tahun lalu, merupakan proyek yang terbilang sangat sukses.
Sebagai apresiasi dari Tuan Orlando, ia akan membangun sebuah rumah sakit besar di Kuta, di mana Hotel besar milik Keluarga Williams juga berada. Ini adalah pertemuan pertama mereka untuk membicarakan tentang rencana proyek mereka itu.
"Bagaimana kabarmu? Kamu makin gagah saja," puji Tuan Orlando.
"Terima kasih, Tuan."
Axton bersama dengan Zero menjemput Tuan Orlando di bandara. Ia datang bersama dengan asisten pribadinya, Wesley.
"Kalau saja putriku masih hidup, aku pasti akan menjodohkannya denganmu," ucap Tuan Orlando dengan suara lirih. Ia kehilangan istrinya sesaat setelah melahirkan. Putrinya pun turut dinyatakan meninggal saat itu.
"Saya turut berduka, Tuan."
"Saya tidak apa. Sekarang saya memiliki Wesley. Ia sudah seperti anak kandung saya sendiri," ucap Tuan Orlando.
Axton mengantarkan Tuan Orlando dan Wesley ke sebuah hotel mewah milik Keluarga Williams. Ia menyiapkan sebuah penthouse khusus untuk Tuan Orlando.
"Selamat beristirahat, Tuan Orlando. Kita akan bertemu lagi besok. Zero yang akan menjemput anda," ucap Axton.
"Baik, terima kasih," Tuan Orlando tersenyum.
Wajah Axton kembali datar setelah pertemuan itu. Sejak kepulangannya dari Bali, pikirannya seakan tak lepas dari sana. Ada perasaan rindu yang membuatnya ingin bertemu dengan anak laki laki bernama Alex yang menurutnya sangat genius.
Ia ingin sekali kembali ke Pulau Bali, namun ia tak memiliki alasan apapun. Oleh karena itulah, ketika Tuan Orlando menawarkan kembali kerja sama, Axton menawarkan Pulau Bali sebagai lokasi proyek mereka.
*****
"Sayang, kamu tidak bermain dengan Abra?" tanya Jeanette.
"Tidak mau!"
Jeanette mendekati Alex. Putranya itu terlihat berbeda setelah kepulangan mereka dari rumah sakit. Ia selalu mencari Axton, membuat hati Jeanette terasa sakit karena putranya mencari seseorang yang justru tak menginginkan kehadiran mereka.
"Bagaimana kalau kita pergi berkemah?" tanya Jeannete.
"Belkemah?"
"Hmm ... Kamu menyukainya kan?" Alex langsung mengangguk dengan cepat.
"Baiklah, ayo kita siap siap," Alex langsung mengambil tas ransel kecilnya dan memasukkan beberapa mainannya ke sana. Sementara Jeanette mengambil ransel dan memasukkan pakaian dan keperluan lainnya. Ia juga menyiapkan tenda mereka dan meletakkannya di atas sepeda motor.
"Kamu siap?" tanya Jeanette.
"Siap, Mom!" Alex tertawa sambil memberi hormat.
Mereka menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam perjalanan menuju sebuah gunung bernama Gunung Pohen. Gunung Pohen adalah gunung yang terletak di Kabupaten Tabanan dan sangat ramah untuk pendaki pemula.
Jeanette pernah pergi ke sana saat ia baru sampai Pulau Bali. Jalur pendakian yang hanya sepanjang 1,2 km, membuatnya yakin ia mampu melakukannya dulu saat hamil, seperti saat sekarang ini, bersama putranya.
Ada beberapa spot untuk foto di Gunung Pohen, misalnya Patung Ganesha dan Patung Hanoman. Mereka pun mencari tempat untuk mendirikan tenda dan bermalam di sana.
Selama tinggal di Pulau Bali, Jeanette harus beberapa kali memperpanjang izin tinggalnya, bahkan ia harus pergi ke Singapura, baru kembali masuk lagi ke Indonesia. Ia harus melakukannya agar tetap bisa tinggal di Pulau Bali.
"Lihat apa yang Mommy bawa," Jeanette memperlihatkan makanan kesukaan Alex. Setelah membuat api unggun kecil, Jeanette membakar sosis kesukaan Alex. Mereka makan malam dengan sederhana ditemani suasana malam dan bintang yang terlihat dari tempat meeeka berada.
Alex menoleh ke arah Jeanette, "Mom."
"Ada apa, sayang?"
"Apa Om tidak akan menemuiku lagi? Alex kangen," ucap Alex.
Jeanette terdiam. Ia kini mulai menyadari bahwa antara Axton dan Alex, memiliki kedekatan yang tak bisa dihilangkan. Putranya itu bisa langsung dekat, bahkan sejak hari itu, ia selalu mencari Axton.
"Mommy tidak tahu, sayang. Mungkin ia sudah pulang karena berada di sini hanya untuk berlibur," jawab Jeanette sebisanya.
"Mom, kapan komputelku datang?"
"Mungkin besok sore. Mommy sudah memesannya 2 hari yang lalu."
Wajah Alex kembali berbinar, meskipun tadi ia sempat sedih karena tak bisa bertemu dengan Axton.
"Kita pulang, Mom."
"Pulang?" tanya Jeanette heran.
"Hmm ... Nanti komputelku diambil Abla."
Jeanette ingin tertawa, "tidak sayang, tenang saja. Kita akan menginap di sini dan pulang besok pagi. Jadi saat komputermu datang, kita sudah berada di rumah."
Alex menganggukkan kepalanya senang. Namun, malam itu penuh dengan drama. Alex tidak dapat memejamkan matanya karena terus membayangkan komputer barunya nanti. Ia bahkan terus bertanya pada Jeanette, membuat Jeanette kehabisan kata kata untuk menjawabnya.
Aku bisa mencali Om sendili nanti. - Alex terus tersenyum memikirkan rencana rencananya saat komputer miliknya datang.
🧡 🧡 🧡
juga asal usul tokoh2nya...
sungguh mantap sekali ✌️🌹🌹🌹
terus berkarya dan sehat selalu 😘😘