NovelToon NovelToon
I Love You, Bestie!

I Love You, Bestie!

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cintapertama / Teen School/College / Persahabatan
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: EuRo40

Dua orang sahabat yang terbiasa bersama baru menyadari kalau mereka telah jatuh cinta pada sahabat sendiri setelah jarak memisahkan. Namun, terlambat kah untuk mengakui perasan ketika hubungan mereka sudah tak seperti dulu lagi? Menjauh tanpa penjelasan, salah paham yang berakibat fatal. Setelah sekian tahun akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali. Akankah mereka bersama setelah semua salah paham berakhir?
Ikuti lika-liku perjalanan dua sahabat yang manis dalam menggapai cinta dan cita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EuRo40, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Sementara itu, di tempat lain. Ana dan Angga berdiri di depan pintu toilet. “Kita ngapain di sini?” tanya Angga bingung.

Pasalnya mereka sudah selesai dari tadi.

“Tunggu sebentar lagi. Kita jangan ganggu mereka dulu,” bisik Ana.

“Emangnya kenapa?” Angga benar-benar tidak mengerti.

“Karena ....” Ana bingung harus jujur atau tidak. Apakah tidak masalah jika Angga tahu? Akan tetapi mengingat jika Angga bisa membantu mendekatkan mereka tidak ada salahnya ia memberi tahu Angga.

“Ga, gue bilangin satu rahasia, tapi lo jangan bocorin ke Seno, ya!” Ana lebih dulu memberi peringatan sebelum memberi tahu rahasianya.

Angga menganggukkan kepala. Ana lalu mendekatkan mulut ke telinga Angga, berbisik satu kalimat yang membuat Angga terpaku.

“Elin suka Seno.” Itulah kalimat yang diucapkan Ana.

“Elin suka Seno, tapi Seno suka lo, An.” Andai Angga bisa mengatakan itu pada Ana. Sayangnya kalimat itu hanya ada dalam kepalanya saja.

Kenapa jadi ada cinta segitiga di persahabatan mereka? Rumit sekali. Bagaimana reaksi Ana jika tahu Seno menyukainya?

“Jadi, Ga. Kita bantuin Elin supaya jadian sama Seno. Beri mereka waktu untuk berduaan,” ucap Ana kemudian.

“Andai lo tahu, An. Seno juga minta gue untuk bantuin pendekatan sama lo,” batin Angga.

“Oh.” Angga bingung menanggapi ucapan Ana.

“Kayaknya udah cukup lama, ya? Jangan sampai Seno curiga kita nggak balik-balik. Yuk, kita ke sana!” Ana menarik tangan Angga.

“Aduh, sorry lama. Tadi antre di toiletnya,” ucap Ana begitu sampai di mejanya. Tangan Ana masih menggenggam tangan Angga. Tidak menyadari jika Seno menatap tautan tangan itu dengan tajam.

Ana lalu duduk di kursi. Angga juga ikut duduk. Elin sudah tidak tahan melihat tatapan Seno pada Ana. Ia lalu berdiri dan mengambil tasnya.

“Sorry, gue harus pulang duluan. Nyokap barusan telepon nyuruh gue cepat pulang ada yang penting katanya.” Setelah mengatakan alasan yang ia karang. Elin langsung pergi tanpa menunggu reaksi sahabat-sahabatnya.

“Lho, Elin kok pergi? Sen, lo, susul cepatan! Kasihan Elin pulang sendiri.” Ana panik dan bingung. Pasalnya yang terjadi tidak seperti yang dia bayangkan. Ada apa dengan Elin?

“Udah, nggak apa-apa. Dia bisa pulang sendiri. Gue udah pesenin ojek,” ucap Seno.

“Ih, bukan masalah itu!” Ana kesal, ia lalu berdiri dan berlari menyusul Elin.

“Lho, gue salah apa?” tanya Seno. Dia bingung kenapa Ana marah?

“Ga, emang gue salah? Elin yang mau pulang duluan. Gue nggak tahu apa-apa, malah gue pesenin ojek. Kenapa Ana marah, salah gue di mana?”

“Lo nggak salah, cuma kurang peka aja.” Angga menoleh ke arah Ana yang memeluk Elin. Tak lama ada sebuah motor yang mendekati mereka. Elin lalu mengangguk dan naik ke atas motor setelah memakai helm.

Sementara Seno sedang menggerutu kesal, “Kurang peka apa, sih? Dia yang mau pulang sendiri.”

“Tadi kalian ngobrol apa?” tanya Angga tidak peduli dengan gerutuan Seno.

“Tadi gue bilang sama Elin kalau gue suka Ana, tapi masa dia bilang gue jangan bilang sama Ana kecuali gue yakin Ana juga punya perasaan sama gue,” ucapnya sedikit kesal.

“Oh, pantas. Jadi, lo biarin Elin pulang sendiri karena lo kesal ama dia!” tuduh Angga dan itu memang benar.

“Dasar, oon. Ya pasti Elin kesal lah! Orang dia suka ama lo, lo-nya malah curhat suka Ana,” batin Angga.

Sayangnya Angga tidak bisa mengatakan hal itu pada Seno. Ia sudah berjanji merahasiakan perasaan Elin pada Seno. Lagi pula ia tidak ingin ikut campur pada hubungan orang lain meski itu sahabatnya sendiri. Ia saja sedang galau dengan perasaannya.

Ana kembali masuk ke dalam kafe. Ia duduk di bangkunya. “Gimana?” tanya Angga.

“Dia emang buru-buru, nyokap-nya nyuruh dia cepat pulang. Untung lo udah pesenin ojek Sen. Makasih katanya,” jawab Ana.

“Berarti lo, nggak usah khawatir. Nih, minum dulu.” Angga menyodorkan minuman Ana

yang masih setengah lagi.

Ana menyedot minuman tersebut dengan gelas yang dipegang oleh Angga. Seno kesal melihatnya. Harusnya ia yang berada di posisi Angga.

“Kita pulang aja, yuk. Nggak ada Elin jadi nggak asyik!” Seno jengah melihat adegan di depannya. Ia memilih pulang. Seno lalu pergi ke kasir untuk membayar semua makanan tersebut.

Ana dan Angga pun ikut berdiri. Mereka mengambil tas masing-masing lalu berjalan keluar. “Ga, bentar!” panggil Seno. Angga yakin ada yang ingin Seno bicarakan dengannya.

Angga menatap Ana. “An, lo duluan. Tunggu di motor sebentar,” ucapnya. Ana mengangguk lalu keluar.

Angga menghampiri Seno. Setelah selesai dengan transaksinya, Seno menatap Angga dengan wajah serius. “Ga, bisa nggak kalau Ana pulang bareng gue aja?” tanya Seno, ia ingin Ana naik motornya.

Angga sedikit terkejut mendengarnya. Ia tak pernah membiarkan Ana pulang dengan orang lain. “Sorry, Sen, kalau itu, gue nggak bisa. Gue udah janji sama nyokap Ana bakal jagain dia, pulang bareng dia. Lagian rumah gue juga sebelahan sama Ana. Pasti aneh kalau Ana pulang ama lo. Kalau lo suka Ana, lo harus bisa ambil hatinya tanpa ngejauhin Ana dari gue. Lo harus terima kedekatan gue sama Ana karena dia udah gue anggap adek gue dan dia juga nganggap gue kakak.” Setelah mengatakan itu Angga langsung pergi.

Seno mengepalkan tangannya, ingin marah, tetapi Angga benar. Karena Ana juga pasti tidak mau jauh dari Angga. Mereka sangat dekat sekali, tidak mungkin meminta Ana menjauhi Angga. Ia harus cari cara lain untuk mendekati Ana. Untuk sementara ia harus kuatkan hati melihat kedekatan mereka.

***

Pelajaran sedang berlangsung. Semua fokus mencatat materi di papan tulis. Seseorang mengetuk pintu kelas. “Masuk!” ucap guru.

Pintu terbuka, seorang murid lelaki masuk kelas lalu menghampiri guru tersebut. Ia berbicara pada guru. “Angga kamu dipanggil wali kelas, di kantor,” ucap guru pada Angga.

Murid lelaki itu lalu keluar. Angga pun pamit pada guru kelas. Ia melangkah keluar. Ana mengernyit heran. Ada apa Angga dipanggil? Tidak biasanya. Apa Angga terlibat masalah?

“An, Angga kenapa dipanggil?” Elin berbisik di belakang Ana.

Ana mengedikkan bahunya tanda ia juga tak tahu. Ia akan tanyakan nanti pada Angga. Sekarang ia ingin fokus pada pelajarannya.

Hingga waktu istirahat tiba, Angga belum juga kembali. Ana mengirim pesan pada Angga via WhatsApp. Namun, sayang centrang satu. Seno datang ke kelas dan mengajak mereka ke kantin.

Sampai di kantin, Seno pergi memesan makanan, ia meminta para gadis untuk mencari tempat duduk. Selesai memesan Seno menghampiri dua sahabatnya. Melihat Ana duduk sendiri, ia memilih duduk bersama Ana. Padahal Elin sengaja tidak duduk di samping Ana karena ingin Seno duduk di samping Elin seperti biasa.

Ana juga kaget ketika Seno duduk di sampingnya. “Ini, makanan lo, buat Elin bentar lagi datang, tadi belum selesai dibikin, ucap Seno. Elin hanya tersenyum getir.

“Makasih, Sen.” Ana merasa tidak enak pada Elin, ia melirik sahabatnya itu. Kenapa semua jadi begini?

“Si Seno, kenapa, sih? Malah duduk di samping gue. Bawain makanan gue lagi. Jadi nggak nyaman gini. Angga juga mana tuh orang? Nggak datang-datang. Lagi ngapain, sih? Di WA nggak aktif,” gerutu Ana dalam hati.

Seno tersenyum senang karena makanan yang ia pesan tidak ditolak Ana. Makanan untuk Elin datang juga. Ana menambahkan sambal di makanannya, baru satu sendok sambal itu sudah dijauhkan darinya.

“Lo, harus kurangin makan pedas. Cukup satu sendok aja. Nanti sakit perut,” ucap Seno. Ana dan Elin melongo melihat tingkah Seno. Mereka lalu saling lirik.

“Sen, gue udah senang nggak ada Angga yang larang gue makan pedas. Kenapa lo juga ikut-ikutan larang gue, sih?” tanya Ana heran.

“Ya, karena gue peduli sama lo, emang salah peduli sama sahabat sendiri? Angga nggak ada bukan berarti lo bebas makan pedas. Tugas Angga, gue yang gantiin.” Seno bicara seraya menatap Ana lembut.

“Gantiin apa?” tanya seseorang yang baru datang.

...****************...

1
Realrf
usaha Angga, coba kontak lagi. Terkadang semua tidak seperti yang kita pikirkan, ce ilah bijak amat gue kwkkwkw
Realrf: /Determined//Determined//Determined//Determined/
EuRo: terima kasih kak. ❤️
total 2 replies
AFat
saya suka, alurnya ringan tapi saya menikmatinya. Kata-katanya simple dan jelas saya bisa membayangkan seolah-olah sedang menonton drama remaja. Keren, semangat terus thor!
AFat
jadi ingat masa SMA dulu. Ah emang masa SMA penuh warna.
EuRo: Ya, masa yang tak bisa terulang dan penuh kenangan, terima kasih banyak, kak. baca terus sampai tamat ya, kak. terima kasih juga like nya.
total 1 replies
Realrf
next thor
EuRo: Terima kasih banyak kak, sudah like. berarti banget buat aku. jadi penambah semangat!,🥰🥰❤️❤️
total 1 replies
Haryanti Rayyan
lanjut akak
EuRo: Terima kasih, Kak.
total 1 replies
Nazwatalita
Lanjut Thorr
EuRo: Terima kasih, Kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!