"Jika kamu ingin melihat pelangi, kamu harus belajar melihat hujan."
Pernikahan Mario dan Karina sudah berjalan selama delapan tahun, dikaruniai buah hati tentulah hal yang didambakan oleh Mario dan Karina.
Didalam penantian itu, Mario datang dengan membawa seorang anak perempuan bernama Aluna, yang dia adopsi, Karina yang sudah lama mendambakan buah hati menyayangi Aluna dengan setulus hatinya.
Tapi semua harus berubah, saat Karina menyadari ada sikap berbeda dari Mario ke anak angkat mereka, sampai akhirnya Karina mengetahui bahwa Aluna adalah anak haram Mario dengan wanita lain, akankah pernikahan delapan tahun itu kandas karena hubungan gelap Mario dibelakang Karina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tujuh
"Apa kamu berpikiran jika aku membohongi'mu?" tanya Mario.
Karina tak langsung menjawab pertanyaan sang suami. Dia justru memberikan senyuman yang penuh tanda tanya. Hal itu membuat Mario semakin salah tingkah. Dia yang awalnya menyuapi dan bercanda dengan Aluna menghentikan semua.
"Karin, percayalah ... aku tak membohongi'mu. Aku mencintaimu," ucap Mario dengan nada lembut.
"Aku tak tau, Mas. Berbohong atau pun tidak, semua itu hanya kamu yang tau. Aku tak mau menebak yang akhirnya akan membuat salah satu di antara kita akan terluka dan sakit hati. Kamu pasti tak mau jika dituduh pembohong dan aku akan terluka dengan pikiranku sendiri. Cuma ...." Karina menghentikan ucapannya. Menatap tajam ke arah pria itu.
Sejak pertengkaran mereka lima tahun lalu, Mario tak pernah terlihat mencurigakan. Namun, sikapnya dengan Aluna membuat Karina sedikit ragu dengan kejujuran pria itu.
Karina tak mau terjebak dengan pikirannya sendiri. Dalam hatinya berkata, biarlah dia yang akan mencari tahu sendiri apa yang sedang ditutupi sang suami.
Tanpa pedulikan Mario lagi, Karina melanjutkan suapannya. Dia melirik sesekali ke arah suami dan anaknya.
"Bunda, aku suka pancake-nya. Enak banget. Bunda suka masak?" tanya Aluna sambil terus mengunyah makanan yang Mario suapkan.
"Suka tak suka, kalau kita wanita harus tetap masak buat keluarga," jawab Karina.
"Mami jarang masak. Yang masak di rumah itu Bi Imah ... Mami ...."
"Aluna ... Kalau makan jangan banyak bicara dulu. Nanti keselek!" seru Mario. Sepertinya dia sengaja memotong ucapan bocah itu.
Karina yang sudah mengerti, sengaja melanjutkan pertanyaannya. Semua agar Nuna terbuka. Bukankah anak kecil lebih jujur dan tak bisa menyembunyikan rahasia.
"Di rumah Nuna ada pembantunya?" tanya Karina.
"Ada ...," jawab bocah itu polos.
Mario tampak gelisah mendengar jawaban Aluna. Saat anak itu akan melanjutkan ucapannya, dia memandangi bocah itu dengan mata sedikit melotot membuatnya terdiam karena takut.
"Cepat habisin sarapannya. Kita akan pergi," ucap Mario dengan penuh penekanan.
"Kita mau kemana, Pi?" tanya Aluna.
"Ikut saja. Nanti kamu juga tau kemana kita pergi," jawab Mario. Sepertinya pria itu sedikit kesal dengan Aluna.
"Mas, kenapa harus membawa Aluna. Bukankah kamu ada meeting dan harus keluar kota. Biar Aluna di sini saja denganku. Bukankah dia akan diadopsi buat jadi anak kita. Biar aku lebih akrab dengannya," ujar Karina.
"Masih ada yang harus aku urus mengenai adopsinya. Nanti juga kamu akan sering bersama Nuna, Sayang," ucap Mario.
"Terserah Mas saja. Jika memang Nuna tak mengganggu pekerjaan kamu, Mas. Sepertinya kamu sangat nyaman jika Nuna ikut denganmu karena kamu kurang percaya aku bisa menjaganya," jawab Karina.
"Karin, aku harap kamu jangan salah paham. Dari tadi kamu seperti mencurigai'ku. Aku hanya tak mau merepotkan kamu. Lagi pula masih ada yang harus aku urus," balas Mario.
"Ya, Mas. Terserah kamu saja," kata Karina.
Selera makan Karina hilang karena perdebatan pagi ini. Dalam rumah tangga memang hal biasa jika ada silang pendapat tapi, dia merasa kali ini instingnya benar. Bukan dia mencari masalah tapi, sikap suaminya agak mencurigakan. Seperti ada yang dia tutupi.
Karina berdiri dan langsung menuju wastafel. Dia menyudahi sarapannya. Mario yang melihat perubahan di sikap sang istri juga ikut berdiri. Mendekati wanita itu dan memeluknya. Dia baru menyadari jika tadi belum melakukan itu.
Mario memeluk pinggang istrinya dan mengecup pipinya. Dia lalu berbisik, "Apa Bunda marah karena Papi lupa mengecup pipi merah ini," bisik Mario lembut.
Karina tak menjawab. Dia terus saja melakukan kegiatannya mencuci piring, mengindahkan kehadiran sang suami.
"Sayang, kamu marah?" tanya Mario saat melihat sang istri tak membalas perlakuannya.
"Apa Mas tak jadi pergi kerja? Nanti telat," ucap Karina. Dia sedang tak ingin di ganggu. Pikirannya masih tertuju pada kata-kata dan ucapan suaminya. Dia harus menyelidik, ada hubungan apa antara Aluna dan suaminya.
"Aku pergi kerja dulu. Nanti setelah meeting, aku langsung pulang. Kita ajak Nuna jalan-jalan. Takut bosan jika ada di rumah terus." Mario mengecup pipi Karina sekali lagi.
Setelah itu dia pamit pergi kerja dengan Aluna. Karina mengantar hingga ke teras saja. Dia lalu masuk sebelum Mario beranjak pergi.
**
Dalam perjalanan menuju kantor, Mario tampak mengajari Aluna agar tak bicara sembarangan lagi.
"Nuna, papi minta kamu jangan bicara apa pun tentang mami sama Bunda," ucap Mario membuka obrolan.
"Kenapa tak boleh, Papi?" tanya Aluna dengan wajah polosnya.
"Bunda adalah maminya Nuna saat ini. Bunda akan sedih jika Nuna masih menyebut mami. Atau Nuna mau kembali sama mami saja?" tanya Mario dengan sedikit menekan.
Mario berharap dengan penekanan yang dia lakukan Aluna akan takut dan tak mau lagi melakukan hal yang dilarang tersebut. Dia takut bocah itu akan membuka kebenaran yang selama ini dia simpan.
"Jadi Nuna tak boleh bilang-bilang mami?" tanya bocah itu lagi.
"Ya, kalau Bunda tanya-tanya tentang mami, Nuna juga tak boleh menjawab. Atau Nuna mau kembali ke rumah mami saja!" seru Mario.
"Nuna tak mau ke rumah mami. Nuna mau sama Bunda saja."
"Kalau begitu jangan pernah menyebut mami atau apa pun itu mengenai rumah yang dulu. Nuna, tak mau ditinggal sendiri lagi'kan? Kalau sama Bunda, Nuna akan dimasakin makanan enak dan disayangi. Tak akan dimarahi karena Bunda itu baik," ucap Mario membujuk bocah itu agar mau tutup mulut.
"Baik, Papi. Aku tak akan bicara mengenai mami lagi," ucap Aluna dengan suara pelan karena takut dikembalikan ke rumah Zoya.
Zoya selalu pergi meninggalkan dirinya dengan pembantu saja. Wanita itu juga pemarah. Aluna minta di suapi saja, dia akan mengomel sepanjang jalan kenangan.
Sementara itu di rumah, Karina segera berpakaian. Dia akan ke kantor suaminya. Sejak lima tahun belakangan ini dia tak pernah lagi ke perusahaan. Karena Mario selalu melarang.
Jika ada acara kantor barulah dirinya pergi, itu juga ditemani terus suaminya. Sehingga dia tak pernah tahu lagi dengan perkembangan perusahaan. Selama ini dia selalu saja mengikuti apa kata suaminya. Dilarang datang, dia memang tak pernah mengunjungi perusahaan tersebut. Hari ini dia ingin tahu apa sebenarnya yang Mario sembunyikan darinya.
"Apa selama ini aku telah dibodohi dan dibohongi Mas Mario?" tanya Karina pada dirinya sendiri.
Siang hari setelah masak, Karina melajukan mobilnya menuju perusahaan sang suami. Dia ingin tahu bagaimana Aluna di kantor. Apakah benar bocah itu sering ke sana seperti yang terlanjur suaminya katakan.
Karina memasuki perusahan dengan langkah pasti sambil satu tangannya menenteng rantang yang berisi bekal makan siang. Banyak karyawan yang memandanginya dengan wajah heran, karena dia yang tak pernah mengunjungi kantor kecuali jika ada acara ulang tahun atau perayaan lainnya.
"Bu Karina ...," panggil seorang karyawan. Karina tersenyum menanggapi.
"Aku mau bertemu Pak Mario. Dia ada di ruangan'kan?" tanya Karina.
Karyawan itu tampak gugup. Wajahnya seperti orang yang ketakutan. Karina akhirnya mengulangi pertanyaannya.
"Pak Mario ada di ruangan'kan?"
"Ada, Bu. Silakan masuk saja," jawab karyawan itu dengan gugup.
Karina tersenyum menanggapi sebelum kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang kerja suaminya.
Kamu harus mengatakan kebenaran ini ke Mario , biar bagaimana pun Mario harus tahu kebeneran ini
Dan semoga dgn kabar ini kan mempererat hubungan Karina dan Mario.
laaah lalu anak siapa ayah biologis dari Aluna. Berarti Mario korban dari Zoya