NovelToon NovelToon
Agent UnMasked

Agent UnMasked

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Mata-mata/Agen / Roman-Angst Mafia
Popularitas:586
Nilai: 5
Nama Author: mommy JF

“Namamu ada di daftar eksekusi,” suara berat Carter menggema di saluran komunikasi.

Aiden membeku, matanya terpaku pada layar yang menampilkan foto dirinya dengan tulisan besar: TARGET: TERMINATE.

“Ini lelucon, kan?” Aiden berbisik, tapi tangannya sudah menggenggam pistol di pinggangnya.

“Bukan, Aiden. Mereka tahu segalanya. Operasi ini… ini dirancang untuk menghabisimu.”

“Siapa dalangnya?” Aiden bertanya, napasnya berat.

Carter terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Seseorang yang kau percaya. Lebih baik kau lari sekarang.”

Aiden mendengar suara langkah mendekat dari lorong. Ia segera mematikan komunikasi, melangkah mundur ke bayangan, dan mengarahkan pistolnya ke pintu.

Siapa pengkhianat itu, dan apa yang akan Aiden lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12: Miska atau Oberoi

Langit sore mulai meredup saat Aksara menyelinap di sekitar pasar tempat lelaki tua itu biasa terlihat. Selama tiga hari, Aksara diam-diam mengamati gerak-gerik pria tua yang mencurigakan itu. Penampilannya memang sederhana, namun ada sesuatu yang tidak biasa dalam cara ia membawa dirinya—tenang, sigap, dan selalu waspada. Seperti seseorang yang terbiasa hidup dalam bayang-bayang.

“Dia bukan pedagang biasa,” gumam Aksara pada dirinya sendiri.

Hari itu, Aksara memutuskan untuk mendekati lelaki tua itu lebih dekat. Saat pria tua itu berjalan menuju sebuah lorong sempit di belakang pasar, Aksara mengikutinya dari kejauhan. Namun, tanpa diduga, lelaki itu berhenti di ujung lorong dan berbalik cepat. Tatapan tajam pria tua itu langsung tertuju pada Aksara.

“Kau mengikuti aku, anak muda?” tanya lelaki itu dengan suara berat.

Aksara tidak menjawab. Ia tahu situasi ini bisa berubah menjadi berbahaya kapan saja.

Lelaki tua itu melangkah mendekat dengan waspada. “Kau bukan orang biasa. Siapa kau sebenarnya?”

Aksara tetap diam, tapi tangannya sudah bersiap di sisi, berjaga-jaga jika pria itu menyerangnya. Dan benar saja, lelaki tua itu tiba-tiba melancarkan serangan cepat. Aksara berhasil menghindar, namun pria itu terus menyerang tanpa henti. Mereka terlibat dalam perkelahian sengit di lorong sempit itu.

Saat Aksara melihat celah, ia langsung memberi tanda dengan jari-jarinya, kode rahasia yang hanya diketahui oleh segelintir orang di masa lalunya. Kode itu adalah isyarat universal di kalangan agen rahasia yang berarti ‘sekutu’.

Mata lelaki tua itu menyipit tajam. Ia menghentikan serangannya dan menatap Aksara dengan penuh selidik. Perlahan, pria itu mengangkat tangan kanannya dan membalas kode itu dengan gerakan serupa.

“Siapa namamu?” tanya lelaki itu serius.

“Aksara. Dulu, mereka memanggilku Aiden,” jawab Aksara tegas.

Lelaki tua itu mengangguk pelan, seolah mengerti sesuatu yang mendalam. “Ikut aku. Kita harus bicara di tempat yang lebih aman.”

Tanpa banyak bicara, Aksara mengikuti lelaki tua itu keluar dari lorong. Mereka berjalan cukup jauh hingga tiba di sebuah rumah kecil yang tersembunyi di pinggiran kota. Rumah itu tampak sederhana dari luar, namun ketika Aksara melangkah masuk, ia melihat berbagai peralatan komunikasi canggih yang tersembunyi di balik rak-rak buku dan lemari.

“Siapa kau sebenarnya?” tanya Aksara langsung, tidak ingin membuang waktu.

Lelaki tua itu tersenyum tipis. “Namaku Oberoi. Aku dulu bekerja di divisi rahasia yang sama sepertimu. Ketika kau menghilang, aku tahu ada sesuatu yang tidak beres. Tapi aku harus menjaga diriku tetap tersembunyi.”

Aksara menatap Oberoi dengan tajam. Nama itu tidak asing baginya. Oberoi adalah salah satu agen senior yang dikenal karena kecerdasannya. Tapi ada sesuatu yang lebih penting yang ingin diketahui Aksara.

“Apa kau tahu siapa Miska?” tanyanya tajam.

Oberoi terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. “Miska adalah nama kode untuk seseorang yang sangat berbahaya. Ia bukan sekadar agen biasa. Jika kau menjadi target Miska, itu artinya kau telah menyentuh sesuatu yang seharusnya tidak kau ketahui.”

Aksara semakin penasaran. “Apa hubungan Miska dengan organisasi kita?”

Oberoi menatap Aksara dalam-dalam. “Itulah yang harus kau cari tahu. Miska bukan hanya satu orang. Ia adalah bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar. Dan jika kau ingin selamat, kau harus lebih waspada.”

Aksara menggenggam erat kedua tangannya. Ia tahu jalan yang harus ia tempuh semakin berbahaya. Namun, ia tidak akan mundur. Dengan identitas barunya sebagai Aksara, ia akan mengungkap kebenaran, apa pun risikonya.

“Baik, kita mulai dari sini. Aku butuh semua informasi yang kau miliki tentang Miska dan mereka yang terlibat.”

Oberoi mengangguk. “Kita akan bekerja sama. Tapi ingat, setiap langkah yang kita ambil harus sangat hati-hati. Jika mereka tahu kita bergerak, kita bisa tamat.”

Dan kini, di bawah langit malam yang kelam, Aksara merasa sesuatu yang aneh merayapi dirinya. Seolah ada yang mengawasi dari kejauhan. Apakah mereka benar-benar aman di sini? Ataukah jebakan telah dipasang untuk mereka?

Saat mereka melanjutkan percakapan, bunyi samar dari alat pemantau di sudut ruangan menarik perhatian Aksara. Oberoi segera mematikan perangkat itu, wajahnya tegang. “Kita tidak sendiri,” bisiknya.

Aksara segera bergerak, memeriksa setiap sudut ruangan dengan detektor gelombang frekuensi. Benar saja, sebuah Perangkat penyadap kecil tertanam di salah satu peralatan komunikasi Oberoi. Dengan cepat, ia menonaktifkan alat itu dan memutus sambungan.

“Kita harus pindah lagi,” kata Aksara serius.

Oberoi mengangguk setuju. “Aku tahu satu tempat lain. Lebih tersembunyi dan aman. Tapi kita harus bergerak cepat, sebelum mereka melacak kita.”

Tanpa menunggu lama, mereka bersiap. Tasya yang berada di markas utama masih menjadi mata-mata bagi mereka, namun kini Aksara menyadari bahwa lawannya lebih cerdas dan jauh lebih berbahaya dari yang ia perkirakan. Jalan di depannya penuh risiko, tapi ia tidak akan berhenti hingga semua pertanyaan terjawab.

“Ini belum berakhir,” gumam Aksara sambil menatap langit malam. “Miska, siapa pun kau, aku akan menemukanmu.”

“Bukan hanya menemukanmu,” Aksara melanjutkan dalam hati, “Aku akan memastikan kau membayar atas semua yang telah kau lakukan.”

Mereka bergerak dengan hati-hati di bawah perlindungan malam. Aliyah, yang meski terlihat tenang, sesekali melirik Aksara dengan rasa khawatir. “Apa kau yakin ini tempat yang aman?” tanyanya pelan.

Oberoi mengangguk. “Tempat ini hanya aku yang tahu. Bahkan organisasi lama tidak pernah berhasil menemukannya.”

Perjalanan mereka melewati hutan kecil di pinggiran kota itu semakin mencekam. Suara ranting yang patah di kejauhan membuat Aksara berhenti sejenak, memperhatikan sekeliling dengan cermat. Mereka harus bergerak cepat, namun tetap waspada. Setiap langkah terasa seperti tarikan napas terakhir sebelum badai besar datang.

Setelah beberapa jam berjalan, mereka tiba di sebuah rumah tua yang tersembunyi di balik rerimbunan pohon. Rumah itu tampak sangat sederhana, namun memiliki pintu besi yang berat dan tebal di bagian bawahnya—sebuah pintu masuk menuju bunker bawah tanah.

Oberoi membuka pintu itu dengan sebuah kunci khusus, lalu memberi isyarat kepada Aksara dan Aliyah untuk masuk. Di dalamnya, bunker tersebut terlihat jauh lebih modern dari luarannya—dilengkapi dengan peralatan teknologi canggih dan beberapa ruang kecil untuk beristirahat.

“Sini, kau bisa gunakan ini,” kata Oberoi sambil menyerahkan sebuah perangkat kepada Aksara. “Aku tidak tahu apa yang kau cari, tapi jika kau ingin menelusuri jejak Miska, ini mungkin akan membantumu.”

Aksara mengambil perangkat itu dengan hati-hati. “Apa ini?”

“Sebuah pemindai frekuensi tinggi. Jika ada pesan terenkripsi yang dikirimkan ke markas besar mereka, kau bisa menangkapnya di sini. Tapi butuh waktu dan kesabaran.”

Aliyah mendekat, menatap perangkat itu dengan rasa ingin tahu. “Jadi… kita akan menunggu pesan dari mereka?”

Aksara mengangguk pelan, namun pikirannya masih terfokus pada sesuatu yang lain. Tatapan matanya menerawang jauh, mengingat kembali pertemuannya dengan Oberoi beberapa hari lalu, hingga ke detail barang-barang yang dibawa lelaki tua itu. Ada satu benda kecil di antara barang-barang Oberoi yang mencuri perhatian Aksara—sebuah simbol di ukiran logam, yang tampaknya sangat familiar.

“Apa kau yakin kau tidak menyembunyikan sesuatu dariku, Oberoi?” tanya Aksara tiba-tiba, membuat suasana di dalam bunker berubah tegang.

Oberoi tersenyum tipis, namun kali ini senyumnya lebih seperti topeng yang menutupi sesuatu. “Kita semua punya rahasia, Aksara. Kau hanya perlu tahu kapan waktunya semua rahasia itu terungkap.”

Aksara tidak membalas, tetapi rasa curiga mulai tumbuh di dalam dirinya. Bukan hanya tentang Miska, tapi juga tentang Oberoi. Mungkin… orang tua ini bukan sekadar penyelamatnya. Mungkin, ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi, sesuatu yang melibatkan semua orang di sekelilingnya tanpa ia sadari.

Bersambung.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hi semuanya, jangan lupa like dan komentarnya ya.

Terima kasih.

1
Aleana~✯
hai kak aku mampir....yuk mampir juga di novel' ku jika berkenan 😊
Erik Andika: mampir di channel ku kak kalo berkenan juga
ziear: oke kak
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!